2

3K 543 136
                                    

Doyoung seolah kehabisan nafas. Dadanya naik turun, mulutnya terbuka untuk menghirup rakus udara di sekitarnya.

Sial.

Pria kelinci itu tidak berhenti merutuki dirinya sendiri.

Sambil mengatur nafasnya, Doyoung duduk di salah satu bangku panjang di dekat pintu masuk. Kedua tangannya menyangga dahi yang basah oleh peluh.

Ketika nafasnya mulai teratur, Doyoung merasakan ada sepasang sepatu berdiri di hadapannya.

Seseorang dengan senyum yang manis menghiasi pandangan Doyoung saat dirinya mendongak, menatap siapa pemilik sepatu tersebut.

"Aku lihat kau berlari. Ini, minum dulu." Ucap pria itu sambil mengulurkan minuman isotonik dingin dari tangannya.

Doyoung tersenyum, lalu mengambil minuman itu.

"Terimakasih."

Pria itu duduk, memberi jarak antara dirinya dengan Doyoung.

"Hyung sedang apa disini?" Tanya Doyoung sesaat setelah menenggak seperempat botol minuman.

"Menemuimu, tentu saja." Ucapnya sambil tersenyum, menampilkan deretan gigi yang menawan.

"Dalam rangka?" Doyoung penasaran.

"Aku ingin kau menemaniku datang ke acara gala dinner dengan pengusaha yang baru saja bekerja sama dengan perusahaanku."

Doyoung mengernyit.

"Kenapa harus aku?"

"Karena kau yang bisa kuandalkan, Kim."

"Tapi, kau punya teman lainㅡ"

"Aku butuh bantuanmu."

"Hansol Hyungㅡ"

"Pengusaha yang sedang menjalin bisnis denganku bukanlah seorang yang main-main. Aku membutuhkan bakatmu untuk membaca pergerakannya. Dia terkenal sebagai Alpha hitam yang cukup kejam. Meski wajahnya tidak terlihat sekejam itu."

"Tapiㅡ"

Hansol meraih sebelah tangan Doyoung yang bebas, lalu menggenggamnya erat.

"Aku mohon hanya sekali ini saja. Karena aku tidak tau apa yang akan terjadi padaku dan perusahaanku. Ini kesempatan terakhir yang diberikan Ayah kepadaku."

Doyoung menatap mata Hansol sesaat, lalu menundukkan pandangannya.

"Kau melihatnya, bukan? Kau melihat kebenaran dalam diriku, kan?"

Doyoung mengangguk pelan.

"Bantu aku, Doyoung-ah. Aku membutuhkanmu."

Doyoung mengangkat kepalanya, lalu tersenyum teduh.

"Beritahu aku tanggalnya."

...

Di sisi lain, Taeil dan putrinya melihat pemandangan itu. Dimana pria bernama Kim Doyoung dipeluk oleh pria lain, yang posturnya lebih besar.

"Papa, itu paman yang tadi." Sun Hee menunjuk ke arah kedua pria yang sedang berpelukan.

Taeil hanya terdiam, es krim di tangan kanannya mulai meleleh.

"Mari kita berterimakasih lain waktu, sayang. Sepertinya ini bukan saat yang tepat."

Sun Hee yang sedang asik menjilat es krim di tangannya mengangguk.

...

Dalam perjalanan pulang, Taeil menggendong putrinya yang mulai kelelahan. Kepala gadis itu lunglai di pundak sebelah kanan sang Papa.

Awaken [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang