Doyoung tidak bisa berhenti tertawa karena ulah Sun Hee yang terlampau lucu. Gadis kecil itu bercerita tentang bagaimana seorang Moon Taeil panik saat bermain petak umpet dengan putri kecilnya, dan berakhir dengan menyuruh semua pelayan untuk mencari pada seisi rumah.
"Papa hampir menangis karena tidak bisa menemukanku. Padahal aku hanya bersembunyi di belakang lemari es."
Pria Kim menyeka air matanya akibat cerita itu.
"Ternyata Papamu bisa menangis karena hal seperti itu."
"Apalagi waktu Papa mencoba resep masakan baruku. Uncle harus lihat ekspresinya."
"Ayo ceritakan."
Suatu sore yang menyenangkan bagi Sun Hee karena ada Doyoung yang menemani. Bibir mungilnya menceritakan tiap kejadian lucu yang ia alami bersama sang Papa, hingga membuat Kim Doyoung terpingkal karenanya.
Entah itu cerita sungguhan atau karangan Sun Hee semata, Doyoung tetap mendengarkan dengan baik. Karena bagaimanapun, gadis kecil itu telah mencuri sebagian dari hatinya.
...
"Kau yakin hanya seperti ini?" Tanya Jungwoo sambil menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Alpha Moon.
"Kau tidak ingin lebih dalam? Atau aku harus lebih agresif dari ini?"
"Cukup." Jawab Taeil dengan nada yang dingin.
"Baiklah." Pria cantik itu semakin mengeratkan pelukannya.
"Kau benar. Rasanya memang beda."
"Sudah kubilang, ini tidak akan berhasil." Sahut Jungwoo diiringi kikikan kecil darinya.
"Kita hanya berpelukan, namun rasanya hatiku menolak."
"Itu tandanya kau tidak menikmati kehadiranku disini, Alpha Moon."
"Tapiㅡ"
Jungwoo melepas pelukannya, lalu menatap sang Alpha dengan senyuman tipis yang menggoda.
"Sudah. Kau pasti sudah memiliki jawabannya. Tugasku selesai."
"Jungwoo, aku masih tidㅡ"
Alpha Moon refleks menjauh saat Jungwoo mendekatkan wajahnya, dan bibir mereka hampir bersentuhan.
"Lihat, kau masih mau mengelak?"
Taeil diam, lalu memikirkan tentang kalimat pria cantik di hadapannya.
"Johnny pernah mengatakan bahwa aku Omega paling menarik di matanya. Entah karena senyumanku, atau sikapku yang sedikit.. errㅡ nakal."
Jungwoo masih berusaha untuk mendekati sang Alpha dengan menarik kerah bajunya.
"Tapi baru kali ini aku mendapat penolakan." Lanjutnya dengan tatapan menyayu.
"Apa maksudmu?" Kali ini Taeil benar-benar risih.
"Jangan bodoh, dan akui perasaanmu pada Omega itu."
...
"Bodoh sekali Taeil Hyung menyuruhmu untuk melepas tanda itu." Ucap Taeyong sambil menuang jus apel pada gelasnya dan milik Doyoung.
"K-kenapa?" Pria kelinci itu masih bingung dengan kehadiran sosok 'dingin' di hadapannya dengan topik intens seperti ini.
"Kau sangat menarik, Kim Doyoung. Bukankah kau dulu pernah mengambil hati suamiku, Jung Jaehyun?"
Mendengar nama itu, pundak Doyoung terasa menegang.
"Tidak usah takut. Kita sama-sama Omega, dan aku tidak akan melukaimu." Ucap Taeyong sambil sedikit meremat gelas milik mereka berdua, hingga menimbulkan embun di permukaannya.
"Jaehyun bukan tipe yang mudah tersulut emosi. Dia sangat tenang, namun menghanyutkan. Bukan begitu?"
Pertanyaan Taeyong lagi-lagi membuatnya merasa tersudut.
"Tapi berkat kau, ia menjadi lebih ganas. Aku tidak pernah menyangka ia akan menyerang Taeil Hyung hanya karena kau berada di pihaknya." Si pria es menyesap jus apelnya, lalu mengernyitkan dahi karena asamnya minuman itu.
"A-aku harus mengecek Sun Heeㅡ kalau dia bangunㅡ" Doyoung berusaha kabur dari percakapan itu karena merasa sangat tidak nyaman.
"Ini sudah larut malam. Anak sekecil itu tidak akan bangun.. unlessㅡ" Lee Taeyong menjentikkan jarinya, kemudian muncul titik-titik salju dari atap rumah, semakin lama semakin banyak dan berukuran besar. Doyoung tidak mau suhu rumah ini menjadi lebih dingin dan membuat banyak orang kerepotan.
"Baiklah, apa poinmu datang menemuiku?"
Taeyong menyunggingkan senyumnya.
"Pertanyaan bagus, Kim Doyoung. Yang perlu kau lakukan sekarang adalah..."
...
Hal yang sangat tidak dimengerti oleh seorang Moon Taeil saat ini:
Rumahnya penuh dengan salju.
"Yak Lee Taeyong apa yang kau lakukan pada rumahku?!" Teriaknya saat berada di ruang tamu.
"Aku hanya ingin menambah kesan romantis pada rumah pucat ini." Jawab pria es santai.
"Rumah ini semakin pucat karena saljumu, bodoh."
Taeyong terpingkal karena jawaban itu.
"Bersihkan sekarang juga atauㅡ"
"Baiklah, akan kubersihkan. Lagipula aku tidak ingin merasakan pelukan yang akan menyebabkan tulangku hancur dalam hitungan detik."
Taeil nyaris melontarkan umpatannya pada Taeyong saat mendengar suara isakan dari arah belakang rumahnya.
"Alangkah baiknya jika kau menenangkan Omegamu daripada mengataiku, Alpha Moon. Sepertinya makhluk manis itu sedang terpukul."
"Doyoung?"
Jack Frost mengangguk. Tangan kurusnya menunjuk ke arah taman belakang, dimana Doyoung berada.
Taeil membawa tungkainya ke arah dimana Taeyong menunjuk, dan ternyata benar.
Doyoung sedang menangis disana.
"Doyoung..?" Panggilnya selembut mungkin.
Namun tidak ada sahutan.
"Kim Doyㅡ"
"Brengsek!"
"Astaga apa yaㅡ"
Pria Kim menghambur ke pelukan sang Alpha sambil menangis.
"Kau keterlaluan!"
"Huh?" Taeil masih belum mendapatkan poinnya.
"K-kau tidak merasakannya?"
Taeil melonggarkan pelukan Doyoung untuk mencari penjelasan.
"Apa maksudmu?"
"Ini." Pria Kim menunjukkan leher bagian kanannya.
Melihat itu, kedua iris kelam Taeil berubah warna seketika.
"Kau.. ditandai?"
Ehe 😶
I love my readers so much 😗
KAMU SEDANG MEMBACA
Awaken [ON HOLD]
FanfictionTaeil cannot control himself, unless when he met his faith, Kim Doyoung. A story with ABOverse