Tiga

4.2K 258 2
                                    

Selamat malam...
Pasti kau menikmati pestanya tanpaku kan?
Kalau kau mencariku, aku ada di kamar anak-anak.
Selamat tidur, tuan Model.
Istirahatlah.

Kalimat itulah yang ditorehkan Miyoung pada selembar kertas catatan yang ia taruh di tempat tidur kamar hotelnya bersama Jeno. Jeno menemukan tulisan itu ketika ia kembali dari gala dinner megah rangkaian Fashion Week. Untuk memastikan, Jeno pergi ke kamar anak-anaknya. Miyoung terlihat sudah tidur dengan posisi memeluk Haemi. Namun, dari posisinya itu, Jeno yakin kalau Miyoung tak begitu nyaman. Jeno mendekat untuk mencium kening dan pipi istrinya. Akan tetapi saat ia menempelkan bibirnya pada kulit putih pipi Miyoung, sang objek membuka matanya.

"Ma...maaf telah membangunkanmu." Jeno gugup saat memundurkan posisi duduknya.

Miyoung hanya tersenyum lalu memposisikan dirinya duduk. Ia membalas mencium pipi Jeno yang membuat Jeno gerah. "Aku belum benar-benar tidur. Aku mengkhawatirkanmu." katanya.

"Justru aku yang harusnya khawatir tentangmu." elak Jeno.

"Boleh ku jujur tentang sesuatu hari ini? Entah mengapa kakiku sangat lemas begitu aku pergi tadi. Jaeyoon menemukan aku terjatuh di dekat ranjang." Miyoung tertunduk.

Jeno memijat pelan bagian paha lalu turun ke bagian betis Miyoung. Mengetes apakah syarafnya masih bekerja. Miyoung merespon dengan meringis kesakitan. Setelah itu ia menangis. Jeno langsung mengangkatnya berpindah ke kamar yang seharusnya mereka berdua tempati.

"Kau harus banyak istirahat, Nyonya Desainer. Kakimu ini harus sehat." bisik Jeno yang berbaring di sampingnya.

"Tuan model juga begitu, besok tuan akan dilihat puluhan ribu pasang mata." balas Miyoung. "Peluk aku untuk meyakinkan janjimu kalau kau hanya milikku." tambahnya sebelum terlelap.

***

Miyoung terbangun dari tidurnya dan merasa kakinya kembali normal. Ia melihat seseorang yang masih tertidur sambil memeluknya erat, Jeno. Karena posisi saling berhadapan, Miyoung hanya perlu sedikit menggigit ujung hidung mancung Jeno untuk mengganggu tidurnya. Jeno menggeleng kesakitan dan akhirnya terbangun.

"Selamat pagi, tuan Model. Hari ini kau harus bersiap pagi sekali karena kau akan berjalan cukup jauh dari hotel ini ke tempat utama Fahion Week. Akses transportasi ditutup karena hanya ada jalan lurus itu. Terima kasih sudah meyakinkanku kalau kau milikku juga." Miyoung bangkit lalu merapikan tempat tidur.

"Kakimu sudah normal lagi? Pijatanku berhasil?" tanya Jeno dengan suara parau saat melihat istrinya berdiri sempurna.

Miyoung tersenyum. Ia lalu pergi ke almari penyimpanan hotel di kamar yang memang menyiapkan menu camilan dan makan pagi di kamar masing-masing tamu. Ia melihat ada roti tawar dan beraneka selai, biskuit, susu segar satu botol penuh, sereal, aneka saus, isian sandwich siap pakai, dan berbagai jenis cokelat dan permen. Miyoung mengeluarkan roti tawar dan saus serta daging siap saji dan sayuran. Miyoung memanaskan daging siap saji di microwave yang merupakan fasilitas tambahan di setiap kamar eksklusif. Setelah dagingnya matang, ia menaruhnya di atas roti berlumur saus tomat. Ia menambah beberapa sayuran isian sandwich di atasnya. Ia menambahkan saus lain yang sekiranya tidak pedas. Ia menutupnya dengan selembar roti lagi dan sedikit menekannya agar padat.

Ia berjalan mendekati Jeno dan memberikannya. Ia menuang susu di gelas kosong yang disiapkan hotel di atas nakas. Jeno tersenyum sebelum memakan sandwich daging buatan Miyoung kesukaannya.

"Kamu tidak makan?" tanya Jeno saat mulai melahap Sandwichnya.

"aku akan makan sereal jagung. Tunggu sebentar." Miyoung mengambil mangkuk di rak bawah almari penyimpanan. Ia mengambil sesuatu juga dari kulkas mini yang ada di sana. "Aku baru tahu kalau di sini disediakan bir dan minuman soda." kata Miyoung.

CEO Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang