Miyoung pergi menilik butiknya yang mulai menjual pakaian dengan desain-desain baru. Tentu saja lebih ramai dari ketika ia hanya menjual desain eksklusif dan berharga mahal. Bahkan beberapa ukuran dan warna terjual habis hanya dalam waktu beberapa jam saja. Keuntungan sangat besar bisa Miyoung peroleh hanya dalam waktu satu hari ini saja.
Jeno tentu terkejut dengan pesatnya kenaikan omzet dan juga laba perusahaan. Ide istrinya berhasil mengembalikan keuntungan perusahaan dengan cepat. Jeno memeluk istrinya itu begitu masuk ke dalam ruang pimpinan butik.
"Aku sangat bangga padamu. Kau melakukan yang terbaik. Jangan pernah jatuh sakit lagi, aku akan sangat mengkhawatirkanmu." ucapnya.
"Tidak akan, selama kau ada di sisiku." jawab Miyoung.
Jeno mengangkat tubuh istrinya itu hingga menyentuh pinggangnya. Miyoung mengaitkan kakinya di pinggang Jeno agar tak terjatuh. Wajah mereka kini sejajar. Miyoung berubah jadi sangat manja karenanya. Jeno perlahan mundur untuk mendudukkan dirinya di sofa.
"Akhhh... Kau mencuri start." erang Jeno ketika Miyoung menelusupkan wajahnya ke leher Jeno dan memberinya tanda cinta.
"Aku ingin keluar dari kebiasaan. Kau yang biasanya mulai duluan dan itu menyakitkan untukku." balas Miyoung sebelum mencetak tanda lain di bagian tubuh Jeno.
"Akhh... Tak kusangka kau mahir melakukannya." Jeno mengerang ketika sudah ada tiga tanda di lehernya.
Miyoung tak menjawab, ia meletakkan kepalanya di pundak Jeno dengan napas tak teratur. Jeno mengerti keadaan istrinya itu dan membiarkannya tertidur dalam posisi itu. Ia menepuk punggung istrinya itu pelan. Jeno lalu membawanya ke kamar yang memang selalu disediakan di ruang pimpinan.
"Sayang, ada sesuatu yang mengganggumu? Merasakan sakit?"tanya Jeno kepada Miyoung yang tampak lemas.
"Sangat sakit... Bagian kewanitaanku..." ucap Miyoung dengan mengerang.
"Apa yang terjadi? Apa yang wanita gila itu lakukan padamu?" tanya Jeno.
Miyoung terdiam. Ia malah teringat tragedi memilukan beberapa hari lalu. Ia tiba-tiba berteriak karena traumanya. Jeno perlahan memeluknya dan bertanya apakah ia mau dibawa ke rumah sakit. Miyoung menggeleng. Miyoung menolak dirinya dirawat di rumah sakit lagi. Jeno akhirnya menelepon dokter spesialis dalam, spesialis kandungan, dan juga spesialis trauma. Jeno menemani Miyoung dengan tidur di sampingnya sampai dokter datang.
****
"Maaf sebelumnya saya mengatakan hal ini. Terjadi kerusakan pada rahim nyonya Miyoung karena benturan benda asing secara berlebihan. Apakah nyonya mengalami penyiksaan pada bagian intimnya?" Ujar dokter spesialis kandungan.
Jeno hanya mengusap wajahnya karena cukup syok. Sangat di luar dugaan istrinya bisa menerima hal demikian. Jeno melirik Miyoung yang kini sedang ditangani oleh dokter spesialis penyakit dalam dan trauma.
"Maaf sekali lagi, sepertinya nyonya akan kesulitan memiliki momongan lagi." Jeno spontan menangis karena ucapan dokter kali ini. Padahal keinginannya saat ini adalah memiliki momongan lagi sebagai pelipur lara setelah kepergian Haera.
"Tuan Jeno, mohon maaf nyonya sekarang mengalami traumatik berat. Nyonya hanya bisa beristirahat di rumah untuk sementara waktu." ucap spesialis trauma yang selesai menangani Miyoung. "Nyonya mungkin akan mengalami amnesia periodikal, beliau akan mengalami lupa ingatan untuk beberapa waktu tertentu." lanjutnya.
Jeno langsung menghampiri Miyoung yang terbaring lemah. Jeno memeluk istrinya yang seperti kebingungan saat ini. Ia mengusap puncak kepala Miyoung untuk mendapat perhatiannya. Miyoung menoleh pada Jeno dan membalas pelukan Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO Lee Jeno
Fanfiction[Sequel of Bad Boy (Lee Jeno)] Mampukah cinta yang telah lama tumbuh seketika hancur saat kebenaran demi kebenaran di balik semuanya terungkap. Banyak yang tak terduga dalam kehidupan mereka pada masa sekarang. Bahkan orang-orang yang tidak terduga...