Dua Belas

2.1K 161 7
                                    

Hari ini adalah jadwal peluncuran perdana cabang fashion baru Em Way Collection. Em Way Accessories. Pameran dan segala rangkaian acara dilaksanakan di sebuah gedung dengan biaya sewa yang mahal. Sesuai prediksi, produk pertama koleksi aksesoris milik Miyoung laku keras. Bahkan tercatat pada sistem pre-order sejumlah tepat seribu buah perjenisnya dan itu dinyatakan Sold Out. Belum lagi Em Way fashion collection juga mengeluarkan desain yang senada dan cocok digunakan dengan aksesoris keluaran terbaru itu.

"Selamat ya nyonya Miyoung. Anda kembali mendulang kesuksesan." kata seorang partner yang berlangganan baju dari Miyoung.

"Terima kasih." kata Miyoung dengan anggunnya.

"Lihat siapa yang mengantongi banyak uang sekarang. Di saat bisnis alat olahragaku hanya bergerak datar, bisnis fashionmu menjulang."  kata Jeno.

"Saling mengimbangi itu lebih baik bukan?" tukas Miyoung. "Makan malam di rumah Incheon?" tanya Miyoung.

"Mungkin iya. Aku tak yakin kalau harus kembali ke rumah atau menetap di kantor. Kita pulang ke Incheon saja." Jeno akhinya memutuskan hal yang terbaik untuk keluarganya.

"Ibu, aku cantik kan pakai anting ini?" tanya Haera yang centil di hadapan Miyoung dengan memakai anting versi mini dari desain yang dijual. Desain yang dipakai Haera saat ini bukanlah produk yang eksklusif sehingga produksinya tak terbatas.

"Putri ibu sangat cantik. Kembalilah dulu, ibu dan ayah menyusul nanti." kata Miyoung yang membiarkan Haera pergi ke area belakang tempat pameran.

***

Haera dan Haemi bermain-main di ruang transit. Mereka tak sengaja melihat seseorang yang tengah mengontrol keamanan di luar gedung. Mereka sangat tak asing dengan postur tubuh kurus tinggi seperti itu. Haemi dan Haera menarik sang kakak untuk melihatnya lebih jelas lagi di balik jendela.

Jaeyoon yang dipaksa melihat keluar jendela hanya pasrah. Akan tetapi matanya tetap jeli memastikan orang yang ada di luar itu.

"Bukannya itu paman Jaemin? Kata ayah, Paman Jaemin keluar dari pekerjaannya." Jaeyoon ragu.

"Tapi kenapa paman ada di sini? Lihat, paman Jaemin berkelahi dengan beberapa orang." Haemi tak sengaja melihat perkelahian itu.

"Tutup mata kalian atau berbalik!" perintah Jaeyoon.

Haemi dan Haera menuruti kata kakaknya dengan gerakan yang polos. Jaeyoon mengajak dua adiknya itu mundur dari jendela. Jaeyoon mengambil walkie talkie dari meja dan mengabari beberapa bodyguard lain untuk menjaga pintu masuk dan akses lain.

"Keadaan di luar sedang tidak aman. Perketat penjagaan akses keluar gedung. Ganti." kata Jaeyoon dengan lancar di walkie talkie memerintah para bodyguard.

"Semua akses kami amankan dan tak ada pengunjung yang keluar gedung, tuan muda." jawab salah satu bodyguard.

"Katakan pada ayah apa yang terjadi!" kini Jeno yang bersuara lewat walkie talkienya.

"Seseorang sedang diserang sekelompok penjaga yang tak kukenal, ayah. Sepertinya mereka ingin menyusup." jawab Jaeyoon.

Hina dan Herin tentu terkejut karena anak semuda Jaeyoon bisa mengontrol  keadaan sekitar dan mengendalikan keamanan. Belum lagi ia hanya bersekolah di sekolah dasar umum. Bukan sekolah khusus.

"Ayah selalu mengajarkanku bagaimana berkomunikasi dengan para bodyguard. Ayah juga membiarkan aku kursus beberapa beladiri sekaligus dengan paman Donghyuck. Saat sekolah menengah nanti, aku akan kursus menembak juga." jelas Jaeyoon.

Memang, cukup berbahaya untuk anak seumuran Jaeyoon untuk melakukan semua itu. Akan tetapi, itu adalah kebutuhan perusahaan yang punya rival sebuah underground bussiness. Yang melibatkan mafia-mafia berbahaya. Hal itu membuat Jaeyoon harus sangat berjaga-jaga. Bahkan kedua adiknya, Haemi dan Haera sudah punya keahlian beladiri masing-masing. Haemi dengan Taekwondonya dan Haera dengan Hapkidonya.

CEO Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang