Bonus Chapter

4.1K 187 8
                                    

Jeno masih belum bisa menghilangkan bayang-bayang istrinya di dalam benak terdalamnya. Ia masih belum bisa menerima kepergian sang istri. Apapun yang Jeno lakukan cukup membuatnya teringat pada mendiang sang istri.

Hari ini Jeno memutuskan untuk melatih otot-ototnya dengan pergi ke pusat olahraga. Meskipun ia punya unit pusat olahraga sendiri di rumah, itu akan membuatnya teringat pada Miyoung yang selalu menunggunya di ruang khusus yoga. Jadilah ia memilih untuk mencoba berolahraga di luar unit miliknya. Ia mendatangi sebuah pusat olahraga yang selalu ramai oleh pelanggan di pusat kota Seoul.

Banyak yang memperhatikan keberadaan Jeno di pusat olahraga itu. Bukan hanya karena ia adalah orang terpandang di Korea Selatan, tetapi juga karena tubuh atletis sempurna yang ia miliki. Bahkan, wanita-wanita yang berprofesi sebagai pendamping gym berebutan ingin mendampingi Jeno begitu tahu kalau Tuan Besar Korea Selatan itu telah menjadi seorang duda.

"Maaf, saya akan mengkhianati istri saya kalau saya menerima tawaran ditemani kalian. Meskipun itu juga ada tarifnya." tolaknya halus.

Jeno masuk ke ruangan yang dikenal sebagai ruang eksklusif di pusat olahraga itu. Hanya segelintir orang yang mampu membayar untuk berlangganan di space khusus tersebut. Pelatih profesional dengan harga pelatihan tertinggi, alat-alat yang tersedia di ruangan itu adalah produksi perusahaan Jeno yang dikenal sebagai alat olahraga mewah. Sesuatu yang membuatnya seperti pulang ke rumah.

Ia mencoba rangkaian angkat beban untuk pembentukan otot-otot tubuhnya. Saat melakukan angkat beban, Jeno merasa kalau disampingnya ada Miyoung yang menemaninya dan terus mengagumi otot-otot besarnya. Jeno terhenti karena bayang-bayang itu.

Ia menatap pantulan dirinya di cermin ruangan tersebut. Kekar adalah kata yang tepat untuknya saat ini. Namun, dalam tubuhnya terdapat hati yang rapuh dan kehilangan penyembuh lukanya. Ia membuang muka dan memlilih membersihkan dirinya menyelesaikan rangkaian latihan hari ini.

***

Haemi menjadi sangat pendiam di sekolahnya sepeninggal Haera dan sang ibu. Terlihat jelas luka yang Haemi rasakan dan itu membuat perhatian guru-gurunya tertuju padanya tiap saat. Perubahan sikap itu diikuti dengan penurunan nilai Haemi juga.

Akhirnya guru-guru di sekolah Haemi menyarankan untuk melaksanakan pembelajaran khusus untuk Haemi di rumah. Semacam homeschooling khusus untuk Haemi. Sebab kalau Haemi berada di sekolah, ia merasa tertekan karena iri pada teman-temannya yang masih punya orang tua lengkap.

"Mulai sekarang, Haemi di rumah saja. Ibu guru yang akan datang untuk Haemi. Haemi bisa puas bermain di rumah sebelum ibu datang. Tapi ingat, nilai Haemi..." salah satu ibu guru Haemi mengobrol intensif dengan Haemi di ruang konseling.

"Nilai Haemi harus meningkat lagi." jawab Haemi lirih.

Guru itupun mengantar Haemi pulang ke rumah dan sekaligus bermaksud menemui Jeno sebagai orang tua siswa. kebetulan saat itu Jeno baru saja pulang dari pusat olahraga. Ibu Raekwon, guru Haemi langsung meminta Jeno mengobrol di dalam ruang kerjanya. tentunya mereka ingin membicarakan tentang program khusus untuk Haemi berupa homeschooling. 

"Baiklah, saya selaku wali kelas Haemi ingin menyampaikan beberapa hal berkaitan dengan Haemi. Sebab Haemi mengalami kendala di dalam kelas, saya memutuskan untuk memberikan program khusus pada Haemi."

"Program khusus?" Jeno menatap intens Raekwon.

"Homeschooling, disebabkan Haemi mengalami penurunan percaya diri dan juga penurunan nilai. Saya harap, dengan homeschooling ini Haemi bisa memperbaiki nilainya." jelas Raekwon.

Jeno terdiam sejenak dan menatap wajah Haemi. Haemi sendiri tersenyum mendengar penjelasan wali kelasnya tersebut. Sebab, dia setuju dengan  apa yang wali kelasnya itu tuturkan. Jeno berkali-kali menggaruk kepalanya yang tak gatal. sebelum ia angkat bicara, ia merubah posisi duduknya beberapa kali.

"Jika saya lihat dari wajah Haemi, dia pasti setuju dengan hal tersebut. Jika dia setuju dan suka dengan hal itu, maka saya juga setuju dengannya juga." respon Jeno.

"Mulai Senin depan, Haemi tak perlu lagi datang ke sekolah. Saya yang akan detang ke sini setiap saya memiliki waktu luang. " kata Raekwon.

***

Jaeyoon menjadi anak yang semakin pandai di sekolahnya sepeninggal Miyoung. Ia berjanji dan bertekad benar-benar ingin melanjutkan bisnis ayahnya. Jaeyoon termotivasi begitu tahu cerita soal ayahnya yang pernah kuliah di Amerika sebelum menikah dengan sang ibu. Tapi tentunya, dia berusaha menghindari hal negatif yang ayahnya lakukan saat bersama ibunya sebelum menikah yang berakhir dengan hadirnya dirinya.

Jaeyoon tak menganggap hal itu hal yang hina. Justru itu membuatnya terpacu untuk membantah kalau ia adalah anak haram yang pantas dibuang. Ia mencoba untuk menmatahkan perkataan orang soal dirinya bukanlah harapan keluarga. Itu terbukti saat ia lulus Sekolah Dasar dan mendapat ranking pertama. Ayahnya, Jeno, memeluknya dengan erat di atas panggung. Ia memberikan pidato singkat ucapan terima kasih dan sarkastik yang menyindir saingan bisninsnya yang merendahkan sang Putra, Jaeyoon.

***

"Ayolah tuan Jeno, anda adalah partner bisnis terbaik kami. Anda cukup mengenal putri kami dengan baik. Perusahaan fashionnya tak kalah saing dengan milik almarhumah nyonya Miyoung." bujuk partner bisnis pemegang saham tertinggi kedua.

"No, I promised with my wife to be a loyal husband for her. My heart already stolen by her. I would not break it easily. I trust that I only need one woman in my life, only Kim Miyoung." tegas Jeno.

"I will make your fashion boutique, factory, and the company bigger." timpal perempuan yang dimaksud.

"I can't trust you, I can read your mind if you want an acquisition. I can't give it to you, Em Way gonna be Em Way forever." Jeno melenggang pergi dan memerintah secara diam-diam kepada dua bodyguard barunya. "Bring the girl outside my room or this buliding."

"Kamu bisa membaca pikiran licik anak saya rupanya. Maafkan hal itu. Baiklah tuan Jeno bagaimana soal kelanjutan bisnis kita?" tanya sang ayah.

"Bicarakan hal itu besok saja. Or text me if it really urgent.  If you want my money, text me how much do you need." Jeno duduk di kursinya dan menatap foto Miyoung yang terpajang di atas meja kerjanya. "Don't forget to check our subcompany under your management."

Jeno seketika mengubah ruangan terlapis kaca itu dengan tampilan tembok kaca satu arah. Ia butuh waktu untuk sendiri. Hanya ia dan foto Miyoung dan dirinya. Foto kelulusan SMA Miyoung dengannya cukup membangkitkan kenangan. Frame fotonya berdebu dan mulai usang. Kertas fotonya pun mulai menguning.

"Jujur, aku benar-benar tidak bisa melupakanmu. Andaikan traumamu tak sebesar itu, mungkin kamu masih di sini. Mendampingiku. Tapi ya sudahlah. Aku sudah berjanji padamu untuk tidak menikah lagi. Aku tak akan melanggarnya sampai kapanpun, hingga aku terbaring di sampingmu, mungkin." Jeno membersihkan kaca pelindung fotonya. Lalu ia memeluk foto tersebut dan menitikkan air mata.

****
Kimrene23
0919

Finish

CEO Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang