Lima

3.2K 209 0
                                    

"Ponselnya tak dapat dihubungi. Dia sudah kembali ke Korea mungkin." kata Herin yang sudah menyerah menelepon suaminya.

"Mungkin dia sedang penerbangan ke Korea." simpul Hina.

"Benar juga." sahut yang lain.

Miyoung hanya terdiam di atas kursi rodanya. Ia masih sedikit memikirkan tentang ucapan Jaemin soal wanita-wanita sewaan Jeno. Apakah Jeno juga punya hal demikian di negara lain termasuk di Hawaii? Miyoung menahan airmatanya agar tak mengalir. Ia menatap tiket keberangkatan ke Hawaiinya.

"Jangan pikirkan apa-apa lagi. Rencana liburan kita di Paris sudah gagal, sekarang waktunya kita berlibur di Hawaii saja." Jeno mendorong kursi roda Miyoung melewati mesin check in otomatis.

"Ibu, jangan bersedih lagi. Ayo kita berlibur!" hibur Haemi dengan ceria.

Miyoung masih dalam mode diamnya. Menanggapi semuanya hanya dengan senyum tipis dan anggukan. Ia tak mau membuang tenaganya lebih banyak lagi. Ia tak ingin menghancurkan liburan yang kali ini.

Ketika masuk pesawat, Miyoung baru bersuara. Ia bertanya pada Jeno kemana mereka akan pergi selama di Hawaii. Jeno menjawabnya dengan menambahkan pencetan pada hidung Miyoung.

"Kau takut kelelahan bukan? Aku menyewa sebuah Homestay tepat di pinggir laut. Aku menyewa Homestay itu karena terdapat fasilitas Pantai Private tepat di depan homestay, kafe, lounge, pusat oleh-oleh dan cinderamata eksklusif. Tak perlu pergi jauh-jauh kesana kemari."

"Kita tidak pergi?" tanya Miyoung.

"Ti. Dak." tekan Jeno.

"Bagaimana dengan Hae, Jaeyoon, Rosean dan Hyuka?" tanya Miyoung.

"Ada taman bermain di dekat pantai. Mereka memang tidak disarankan mendekati bibir pantai. Tapi permainan di sana cukup menyenangkan dan aman bagi anak seusia mereka." kini yang menjawab adalah Hina.

Jeno mengusap punggung tangan Miyoung yang terbalut perban bekas infus yang kemarin sedikit terkoyak. Luka sobek akibat jarum infus yang tergeser membuat Miyoung harus mendapat jahitan sebelum keluar dari rumah sakit.  Ia menatap Miyoung dengan senyumnya. Mata sabit yang kini jarang terlihat karena Jeno yang stress akan pekerjaannya.

***

Perjalanan memakan waktu cukup lama. Namun, mereka bisa langsung terbang dengan helikopter menuju Homestay yang dituju. Miyoung berada dalam gendongan Jeno selama naik dan turun helikopter. Miyoung hanya terdiam karena baru kali ini suaminya itu bertindak seperti itu padanya. Jeno benar-benar mendampingi Miyoung hingga masuk ke dalam Homestay dan duduk di teras yang menghadap ke laut berair biru cerah.

"Kau suka kan? Warna biru cerah dan hamparan pasir putih." Jeno menemaninya dengan duduk di atas pagar.

"Sangat suka. Terima kasih."  Miyoung menatap langit dan air laut yang berwarna senada.

"Mau mencoba minuman khas kafe Homestay ini?" tanya Jeno.

"B..Boleh." Miyoung agak ragu.

Ada seorang pelayan yang datang membawa dua buah kelapa hijau. Dia menjabarkan isi dari kelapa hijau tersebut. Miyoung mencicipi segarnya air kelapa muda dan rasa buah yang tercampur di dalamnya. Ia begitu menyukainya. Miyoung juga mencicipi snack yang dibawakan oleh pelayan tadi bersamaan dengan minuman tadi.

"Hari pertama liburan yang menyenangkan bukan? Lihatlah aksiku." Jeno melepas atasannya dan langsung terjun ke laut berair seperti kaca itu. Air laut menyiprat hingga ke teras dan sedikit mengenai pakaian Miyoung.

"Hei! Bajuku basah tuan Lee Jeno." kesal Miyoung.

Jeno masih asyik berkeliling area laut yang memang berbatasan langsung dengan kamar mereka. Area laut itu aman sebab disekat rapat oleh jembatan penghubung homestay dan area lain. Beruntung laut kini sedang pasang. Sehingga, sekat itu terisi penuh dengan air. Jika laut surut, sekat itu mengepung pasir putih yang aman untuk dimainkan anak-anak atau mungkin menjadi kolam dangkal.

CEO Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang