***
"Keluasan adalah ruang kita. Udara adalah jiwa kita, dan kita adalah sebentuk kebebasan."***
Ada satu hal yang tidak bisa kucerna saat kau menghubungkanku dengan sebuah benang merah. Ada apa denganmu? Apakah kau lupa jika kau lebih dariku tentang itu? Jika kau dan aku berada di dunia yang sama meski diriku hanya seorang pemula, dan kau segera menepis keras suaraku, "Jangan mengotak-ngotakkan dirimu!"
Aku pun mengiyakan. Sejak itu aku menyadari sesuatu; setiap pola yang kau gambarkan adalah bentuk yang tak mudah kupahami dengan kesederhanaanku. Kau unik, cukup rumit dan berbeda. Aku mulai memberimu tempat dalam logikaku.
Aku masih ingat dengan kekonyolanku saat itu. Mengiramu si merah jambu membuatku geli seketika, menciptakan rona aneh yang bisa kulihat saat aku berhadapan dengan pantulan diriku sendiri. Lalu, kau bilang dalam dongengmu jika saat itu kau telah menjadi sebuah 'kepala' yang kehilangan anggotanya, dan memiliki seorang peri kecil. Aku tak mengapa dan menganggap itu adalah bagian dari sebuah perjalananmu. Sudah kubilang sebelumnya padamu, Aku tak melihat sebentuk daging dengan mataku. Aku merasakan, menggali sesuatu yang kusebut dengan kenyamanan, dan itu kudapat darimu. Tak peduli siapa dan apa dirimu di mata dunia. Bagiku; kau layak berada dalam logika.
Tak ada sesuatu yang lain. Kau dan aku masih berada di jalan yang sama, di garis yang berbeda. Seekor ikan liar yang lebih suka bergerak bebas di lautan, meski kutahu terdapat banyak bahaya di dalamnya, itulah diriku, dan ternyata kau pun sama. Bedanya, kau tinggal di dasar laut yang lebih gelap. Namun, keindahan yang tersembunyi di dalamnya jauh lebih membuai dari teritoriku. Bahaya tak menghentikanmu untuk terus berkeliaran. Jadi, bisakah aku menyebutmu Raja Laut? Penguasa samudra yang memegang kendali dan benci akuarium? Jika iya, matilah aku dalam pusara yang mulai menarikku lebih dalam ke arahmu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
28.800 DETIK
RomansaJika 'aku rindu' saja sudah tak kaupercaya. Bagaimana jika 'aku cinta' mendarat tepat di dadamu? Menghilang bukan berarti melupakan, hanya saja spasi kita butuhkan untuk saling memahami. Membisu bukan berarti tak memedulikan, hanya saja diam lebih t...