Jangan Lama-Lama

648 59 7
                                    




Gatau nulis apa, nikmatin aja ya.
Selamat membaca 🖤




Mengantar gadisnya pulang, setelah liburan singkat mereka. Mereka berdua, di tambah keluarganya sih.

"Liburannya kurang asik nih.



Ada Mama Papaku. Ada Megumi juga."




"Maksud kamu apasih,"

"Yaiya, gabisa bebas aja pergaulan kita." Aryan pasang poker face; smirk jahil.

Kemudian jidatnya dapat pukulan kecil, ngga akit lah emang pacarnya sekuat apa.

"Kaya gitu doang? Nakal ya pukul-pukul."

"Mulut kamu itu yang nakal, perlu di rukiyah."

Setelah itu rambut hitamnya di rapihin sama pacarnya, rambutnya udah ngga di warnain macem-macem, dia masih takut kena drop out. Masa depannya di pertaruhkan sih.

Demi gadis di hadapannya ini, ya. Kalo dia di drop out, terancam nggak bisa 'hak milik' in gadisnya.

Kayak gini bikin Aryan ngerasa di sayang. Enak gitu. Dielusin rambutnya, di kasih tatapan sayang penuh arti kayak gini.

"Apa?" kata Karin merhatiin muka ke-enak-an Aryan. Senyum cowok itu ngga jelas.

Karin yang udah dua tahun sama ini makhluk aja, kadang masih nggak bisa artiin apa yang ada di dalam kepala pacarnya itu.

"Sayang sama aku ngga?" tanya Aryan.

"Ngga." Jawab Karin cepat.

"Oke, bye-bye."

Aryan pura-pura ngambek, Karin ngga nahan dia yang udah balik badan siap membuka pintu Jeepnya.

Niatnya akting, tapi gagal.

"Harus sayang aku, sayang aku doang." Aryan menangkup pipi gadisnya, membatalkan aktingnya.

"Kangen kamu di sekolah." Karin merengut sedikit, lucu. Aryan ingin, tapi di tahan. Ya, taulah ingin apa.

"Oke deh, demi masa depan aku."

"Masa depan kamu?" Karin membeo.

Posisi Aryan saat ini, melingkarkan lengannya di pinggang Karin, mendekatkan tubuh mereka. Anget cuy.

"Iyalah masa depanku. Aku kan mau punya anak banyak. Harus kaya, harus sukses. Anak aku nanti dikasih makan apa coba."

"Hoo gitu."

"Ibunya kamu ya."

Maksa gitu nadanya.

"Sok gede kamu, ngomongin masa depan terus. Sekolah dulu, kurang kurangin party sama nongkrongnya."

"Oke. Bentar."

Jawaban jadi pelukan di sore hari, Aryan memejamkan matanya, menikmati campuran antara kehangatan pelukan dengan angin semilir yang menyapa keduanya.

Ya, mereka itu jarang skin ship. Tapi kemarin Aryan lost control, dia mencium Karin.

Brengsek Aryan.

"Maafin aku kemarin lost control ke kamunya."

Aryan mempererat pelukannya, dadanya mendadak terasa sesak dan air mata terasa mengenang di pelupuk mata, tapi dia tahan biar ngga jatuh.

Bad ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang