Two of Us

567 43 2
                                    

.

.

.

Karin mainin ponselnya dengan posisi tiduran. Ga lama, berasa kasurnya bergerak.

"Tidur dulu ya aku?"

"Eh, enggak enggak."

"Apa?"

Depan mereka hamparan luas laut, ya laut. Warnanya biru dan sangaaaat indah. Hanya di batasi kaca bening ga sampe setinggi dada orang dewasa.

"Bicarain,"

"Bicarain apa sayangku?" Aryan melingkarkan tangannya, sukses melingkupi tubuh Karin. Karin meringkuk; terlihat kecil di pelukannya.

"Gimana..kalau aku jadian sama Daffa?"


Aryan diam. Wajahnya berubah ekspresi menjadi datar.

"Jawab, itu taruhannya kan?"

Karin menolehkan kepalanya, tubuhnya sedikit bergerak agar sejajar dengan Aryan yang sebelumnya pemandangannya hanya dada bidang lelaki itu.

"Kamu mau aku mati ya?"

"Kok jadi mati?"

Angin semilir menjadi penyejuk, ngga perlu pendingin ruangan.

"Kamu sendiri jadiin aku taruhan. Kalo Daffa bisa jadiin aku miliknya, kamu mau apa? Bisa apa?"

"..."

"Bakal lepasin aku gitu aja?"

"Gak, sayang."

"Terus apa yang bakal kamu lakuin?"

"Mempertahankan kamu. Bukan merebut kamu dari Daffa, because you'll never be his mine."

"Sotoy banget anaknya. Percaya diri tinggi pula, idih."

"Kekuatan cinta, sayang."

"Cinta bisa buat makan nggak?"

"Enggak. Tapi karena cinta, aku semangat buat sukses, tiap bangun tidur kebayang wajah kamu. Makasih ya."

Kedengaran gombal, begitu Aryan. Tapi kata-kata sederhana itu, ngga akan Karin dapat dari lelaki manapun. Yang menyayanginya kayak gini.

"Aryan,"

"Iya sayang, kenapa? Ngomong aja sini, ngga pernah bosan akunya dengerin kamu, tenang."

"Aku mau ngomong."

"Okeee, dari dulu aku suka kalau kamu cerewet."

"Yakin? Omongan aku pernah di dengerin apa,"

"E, kita tidur disini malam ini?"

"Iya, kenapa? Kamu gak suka?"

Gila, cewek mana yang nggak suka. Tapi Karin itu nggak pernah meminta ke Aryan. Saking jaraaaang banget, Aryan gatau harus ngapain.

Ya, dia berikan saja yang dia mau berikan ke Karin.

Contohnya kayak villa ini, suguhan pemandangan super indah, waktu yang berharga di luangkan hanya buat berdua.

Tempat itu sebenarnya ngga penting, tapi waktu yang di luangkan itu so precious menurut Karin, berharga banget.

Dan Aryan jadiin dia prioroitasnya, setelah keluarganya. Itu buat Karin ngerasa spesial.

"Gak."

"Lho? Beneran? Kamu mau kemana sayang? Aku bisa sewa pulau di Maldives. Mau ya?"

Karin mengarahkan telunjuknya di bibir Aryan, buat cowok itu berhenti bicara.

Bad ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang