Spongebob dan Lamaran

585 51 8
                                    

Aku berharap kalian suka cerita ini ya, I try my best when i write every chapter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku berharap kalian suka cerita ini ya, I try my best when i write every chapter. Betulin kekurangan yg sebelumnya. Meningkatkan standar kepenulisan, diksi, dll agar jadi lebih baik.



Jangan mampir doang yaa, harap VOTE dan COMMENT. Aku senang banget kalau kalian comment tau nggak?

💓💓


Indah tanpa bisa di gambarkan menggunakan kata-kata.

Sore harinya indah,  sekelompok burung hitam kecil terbang bersama di langit berwarna oranye. Angin berhembus, hembusannya seolah sangat hati-hati, seolah bersinergi menciptakan keindahan dan kedamaian di sore hari.

"Gofoodnya udah di bawah!"

Karin ambil gofoodnya. Aryan nunggu, berjalan di sebuah jalan panjang rahasia gitu, yang ngehubungin langsung ke balkon ajaib di rumah Karin. Di lantai dua.

Tempat ini...

Bersejarah.

Aryan dan Karin yang membuatnya. Bahkan jalan rahasia itu, they made it.

Sebuah balkon sederhana sih, tapi lumayan luas. Dan luas juga kenangan merekanya. Lantainya warna putih dengan vigenette pattern berwarna hitam. Bahkan Aryan ingat, dia yang mengerjakan pekerjaan memasang keramik itu.

Keringatnya habis disini waktu itu, tapi itu jadi saksi bisu cintanya terhadap Karin.

Duh, mana sih toko cincin. Aryan mau beli cincin buat lamar anak orang.

"Aryan, ambilin TV boleh ngga? Aku minta tolong...hehe" Karin dengan puppy eyesnya, Aryan mengernyit awalnya heran TV buat apa.

Karin udah kembali, bawa satu plastik lumayan besar dan dengan aroma menggoda yang langsung menyeruak.

"Kamu ngga mau ambilin? Gimana nanti di masa depan aku lebih repotin kamu?"

"Emang apa?"

"Ya misalnya, mungkin ya mungkin. Gantiin popok anak bayi?".

Diam. Hening.

Karin salah tingkah, aduh kejauhan ngomongnya kan.

"Kok diem pacar aku?"

"Emang udah balikan kita?"

"Sudah. Kan on the way pelaminan. Acie pipimu merah. Eits, semuka deng. Tuh merah semua."

Aryan berlalu.

Meninggalkan Karin yang memerah dan menghangat sekaligus. Malah sekujur tubuhnya sudah menghangat.

***

Jadi, Aryan ngambil TV karena Karin mau mereka makan sambil nonton TV. Kebetulan ada roll kabel yang menghubungkan dengan stop kontak di balkon.

Bad ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang