Maafnya Aryan Sakha

670 56 0
                                    

"Aryan,"

Posisi mereka lobi gedung. Beberapa orang lumayan rame lalu lalang.

"Iya, sayang?" Aryan masukin tangannya sebelah ke kantung celana pendeknya, udah gitu cuma pake sendal jepit lagi ni orang.

"Maaf kebiasaan ya. Ngga bisa bohong nih hatiku masih sayang kamu. Sayang banget."

"Aryan, hidupku ini ngga sebercanda itu."

Aryan serius mau mati. Gatau, ngertiin cewek susah banget ternyata. Maunya apa coba deh.

Kalau mau dia sih halalin, tapi kan belum bisa. Apalagi Karin masang wajah kayak mau depak dia selamanya gitu dari hidupnya.



"Iya, udah oke. Ini salah aku, Karina. Brengsek aku. Aku culik terus nikahin ya?"

Sebenarnya dalem hati takut banget Aryan, takut Karin ninggalin dia. Mending ngambek, tapi jangan ninggalin.

"Aryan, serius."

"Oke, mau kamu apa Karina?" Aryan menenggelamkan tangannya di kantong hoodie hitamnya. Dia pasrah, mencoba bicara serius. Tapi kalau serius gini malah makin sakit rasanya,

"Mau aku, stop bercanda kayak gini. Minta ibu kamu seolah kebetulan ketemu sama aku di supermarket. Terus ke mall, makan, beliin aku baju. Mungkin sayangnya ibu ke aku ngga sebercanda kamu, i can feel it. Tapi kamu ngga bisa bercandain semua ini terus terusan.

Dan stop bertingkah seperti nggak ada empat hari lalu. Udah tau lama aku, jauh sebelum hari itu. Cuma belum kuat aja ninggalin kamunya."

"Sekarang kuat gitu?"

Aryan nantangin, dia ngga bakal berhenti sebelum dapat yang dia mau. Dan yang dia mau cuma Karinanya.

"Kenapa pergi sama Daffa malam itu? Dia kasih tahu soal taruhan?"

Muka Aryan berubah serius.

"..."

Berakhir di dalam Jeepnya. Aryan terlihat habis kesabaran. Ini salahnya juga sih.

Aryan melajukan Jeepnya, entah kemana sesuka dia. Karin mengunci mulutnya, ga ada niat mau bicara sama makhluk di sampingnya ini.

"Udah nggak takut ya sama Papaku?" ucap Karin, setelah perjalanan lumayan lama. Dan dia gatau ini udah dimana.

Gila.

Aryan beneran nyulik dia.

"Balikin aku ke rumah."

"Aryan ih."

Karin wajahnya memerah. Dia gatau lagi. Lagian ini dimana sih. Dia total bete hari ini, Aryan merusak semuanya.

"Kamu tau aku punya rumah dimana-mana. Dan cuma akan di isi sama kamu, Karina."

***

"Turun or gendong?"

"Gak." Karin melipat kedua tangannya.

"Kamu tuh," Aryan tampak menghela nafasnya.

"..."

"Aku harus apa supaya kamu maafin aku, Karina?"

Kalau Aryan udah manggil Karina gini, dia tau pacarnya itu---mantannya tidak main-main. Kepleset mulu lidah, heran.

"Ngapain kamu sama si sayur sop'hah?" Karin memukul pundaknya, ga ngaruh apa-apa buat Aryan.

"Party." jawab Aryan.

"Kapan sih kamu hargain hubungan kita? Kapan kamu pernah dengerin aku? Gaada artinya buat kamu kan," Karin membalikkan badannya, membelakangi Aryan.

Posisi Aryan membuka pintu Jeep di samping Karin, tapi cewek itu membelakanginya.

"Nangis kamu?"

Aryan memaksa naik, duduk di satu jok mobil yang sama dengan Karin. Dia dekap tubuh pacarnya ke pelukan. Back hug yang hangat. Pintu mobil di biarkan terbuka, angin sore menemani dan langit udah mau berwarna jingga dikit lagi.

"Maaf, Karin." Aryan mendusel di ceruk lehernya, menciumi rambut Karin. Vanilla campur stroberi, enak.

"Kamu ujung-ujungnya minta maaf, ntar di ulang lagi."

"Janji gak."

Aryan cium pipinya dari samping, posisi mereka agak ribet, tapi Aryan tetep ciumin pipinya berkali kali. Kemudian iseng di gigit-gigit.

"Heh, basah goblok pipiku."

"Sejak kapan pacar aku kasar?"

"Siapa pacar. Gaada."


"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bersambung...

Mau abis dikit lagi (gatauu kayaknya sih ya)

Liatinn aja, pantau terusss 😙😉👍👌

Love kaliann semuaa, makasih udah baca bad things.

Bad ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang