2 ⭐ Hate ✨

6.3K 877 23
                                    

"Jaehyun!!"
Jaehyun membuka matanya dengan malas. Suara Ayah membuatnya mual seketika.

"JAEHYUN!" sahut Ayah lagi, kali ini sambil menggedor-gedor pintunya.

"Apaan?" sahut Jaehyun tanpa beranjak dari tempat tidurnya.

"Apaan? APAAN?! Makan malam bersama! Cepat keluar!" sahut Ayah lagi.

Jaehyun bangun dengan sangat terpaksa, lalu membuka pintu kamarnya. Seluruh keluarganya tampak sudah berkumpul di meja makan. Walau demikian, Jaehyun lebih merasakan suasana yg suram dibandingkan dengan suasana yang hangat.

Tanpa mencuci muka, Jaehyun langsung mengambil tempat di meja.

"Apa Ayah harus selalu teriak teriak buat manggil kamu setiap kita mau makan?" tanya Ayah ketus begitu Jaehyun menampakkan diri.

"Kalian bisa mulai makan tanpa aku," jawab Jaehyun sambil memandang Ayah dingin.

"Saat makan malam itu waktu untuk keluarga berkumpul," Ayah tidak membalas pandangannya dan menyendok sosis.

"Kayak ada pembicaraan keluarga aja," gumam Jaehyun sengit.

Ayah tampak tak memedulikan kata kata Jaehyun. Dia mengalihkan pandangannya kepada Jeffrey yang sedang asyik melahap ayam goreng.

"Gimana kuliahnya, Nak?" tanyanya.
Jaehyun yang mendengar nya pun langsung mendengus.

"Oh, baik, Yah. Bentar lagi ujian," jawab Jeffrey tenang.

"Oh, gitu. Belajar yg rajin ya. Biar IP-mu nggak merosot kayak kakakmu ini," sindir Ayah membuat Jaehyun melotot.

"IP-ku nggak merosot," sambar Jaehyun.

"Oh, ya, sama kayak semester sebelumnya, tapi sama jeleknya," kata Ayah sambil melemparkan pandangan masam.

"Kamu tau Jae, kalo kamu begitu terus, kamu bisa di-DO."

"Cepat atau lambat aku juga bakal di DO, kan? Aku cuma mempermudah prosesnya aja," tandas Jaehyun.

"IP-mu yg cuma dua koma satu itu nggak bisa membanggakan siapa pun, Jaehyun. Apa kamu nggak malu, hah?" Intonasi Ayah sekarang mulai naik.

"Malu? Untuk apa malu? Itu udah hasil terbaik yg aku bisa," jawab Jaehyun.

Ayah mendengus. "Bohong. Kamu bisa lebih baik dari itu. Kamu aja yang nggak mau usaha. Kamu cuma mau cari sensasi supaya kamu lebih diperhatikan."

Jaehyun memandang Ayah tak percaya. "Aku ragu sensasi apa yang bisa aku lakuin supaya lebih diperhatiin. Mungkin aku harus ngebakar rumah ini baru bisa diperhatiin," jawab Jaehyun ketus, lalu meninggalkan meja, tak berminat untuk makan malam dengan situasi seperti ini.

"Jaehyun! Kembali ke sini sekarang juga!" sahut Ayah garang.

Jaehyun tak memedulikan teriakan teriakan Ayah. Dengan langkah besar, dia masuk ke kamarnya, lalu membanting pintunya.

Dia melangkah ke tape, menyetel CD Disturbed dengan volume maksimum, lalu dengan kalap membanting semua benda yang dilihatnya.

"Brengsek!" serunya setelah dia kehabisan tenaga. Jaehyun terduduk di samping tempat tidur, lalu menjambak-jambak rambutnya.

Dunia tidak adil.
Dunia tak pernah adil padanya.
Ayah memang menyebalkan.
Ibu juga sama menyebalkan.
Jeffrey lebih menyebalkan.
Seisi rumah ini menyebalkan.

Semuanya selalu bersikap seperti keluarga kecil bahagia. Jaehyun merasa seperti dia tidak diterima di keluarga ini. Jaehyun selalu saja berbeda. Jaehyun membanting tubuhnya ke tempat tidur, lalu mulai menyesali keberadaannya di dunia, sama
seperti malam - malam sebelumnya.

hello, sunshine. (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang