11⭐ This and That 🌟

4.3K 685 44
                                    

Jaehyun mengisap rokoknya dalam sampai dadanya terasa sesak, lalu mengembuskannya
keras keras. Dibenturkannya bagian belakang kepalanya ke pohon sehingga terasa sakit, lalu dia menengadah ke langit.

Tadi, setelah melihat Taeyong dan Jeffrey bersama di gazebo, Jaehyun segera berjalan kalap keluar rumah tanpa memedulikan teriakan Ayah, lalu akhirnya sampai di tempat ini, taman tempat Jaehyun, Taeyong, dan Jeffrey berjanji sepuluh tahun lalu.Jaehyun juga tidak tahu mengapa kakinya membawanya ke tempat ini.

Jaehyun berjongkok, bersandar pada pohon yg bertuliskan 'Jaehyun-Taeyong-Jeffrey', lalu mengisap rokok lagi.

Jeffrey itu-- Dia selalu saja mengambil apa pun milik Jaehyun. Ayah dan Ibu. Semua pemberian Ayah dan
Ibu. Somi. Juga Taeyong.

Jaehyun mendengus keras. Taeyong, Anak itu bukan milik Jaehyub. Bahkan mungkin saja sudah menjadi milik Jeffrey.

Seperti semuanya, Jeffrey tidak akan melepaskan begitu saja Taeyong yang pernah menjadi bagian dari hidup Jaehyun.
Masih menjadi bagian dari hidup Jaehyun.

Jaehyun membenturkan kepalanya lagi dengan lebih keras ke pohon untuk menyingkirkan
pikirannya barusan. Taeyong sudah keluar dari hidupnya sejak sepuluh tahun yg lalu, sejak Taeyong memutuskan untuk pergi ke luar negeri. Taeyong sudah tak ada baginya. Saat ini, yang ada di
rumahnya hanyalah pria yg akan menjadi kekasih Jeffrey.

"Jaehyun?"

Jaehyun menundukkan kepala, melihat siapa yang memanggilnya. Sebenarnya, Jaehyun tak perlu melakukannya, karna dia sudah tahu dari suaranya.

Taeyong. Berdiri tepat di depan Jaehyun dengan kedua tangan di depan dada. Jaehyun mendengus
melihat anak itu, yang lebih terlihat defensif daripada kedinginan.

"Ngapain kamu di sini? Kenapa nggak pulang?" tanya Taeyong cemas.

"Lo bukan istri gue," jawab Jaehyun spontan, lalu detik berikutnya menyesal telah berkata sesuatu yang akan menjadi fantasinya seumur hidup.

Taeyong menatap Jaehyun sedih. Jaehyun sekarang sudah tak bisa dikenalinya lagi. Taeyong mengawasi Jaehyun yang kembali mengisap rokoknya.

"Rokok nggak bagus lho, buat kesehatan," kata Taeyong.

"Nggak ada yang peduli sama kesehatan gue," tukas Jaehyun.

Bahkan Jaehyun sendiri tak peduli pada kesehatannya.

"Aku peduli," kata Taeyong tiba tiba, membuat Jaehyun selama beberapa saat merasakan perhatian yang tak pernah didapatkannya. Namun detik berikutnya, Jaehyun mendengus.

"Kayak gue percaya," kata Jaehyun datar.

"Kenapa kamu nggak percaya?" tanya Taeyong.

Jaehyun memandang Taeyong tak percaya. "Kenapa gue nggak percaya? Pertanyaan bagus. Akting yang bagus,"

Jaehyun bangkit dan menghampiri Taeyong, lalu melewatinya.

"Jaehyun. " Taeyong memegang tangan Jaehyun. Darah Jaehyun berdesir, dan detak jantungnya mengalami percepatan gila-gilaan.

"Aku peduli sama kamu."

"Simpen perhatian lo buat Jeffrey," sergah Jaehyun. "Gue udah terbiasa nggak dikasih perhatian."

Saat Jaehyun melangkah menjauh, Taeyong merasa sesak napas. Taeyong tidak mau Jaehyun pergi. Taeyong sudah menunggu saat yang tepat untuk berdua saja dengan Jaehyun.

"Apa kamu udah ngelupain aku?" sahut Taeyong membuat langkah Jaehyun terhenti.

"Aku harus denger dari mulut kamu sendiri. Aku nggak percaya sama orang lain! Aku percaya sama kamu! "

Pasti Jeffrey yang sudah memberitahu Taeyong bahwa Jaehyun sudah melupakan Taeyong.

"Jeffrey bener. Gue udah ngelupain lo. Lo pikir, gue bakal inget lo terus selama sepuluh taun? Kayak lo pantes diinget aja," Jaehyun mengirup rokoknya dengan emosi.

Taeyong hampir menangis. "Kenapa, Jae? Kenapa kamu berhenti inget sama aku? Kenapa? Aku selalu inget sama kamu! Aku nggak pernah berhenti mengharapkan hari itu tiba!" sahutnya parau.

"Hari itu tiba? Hari itu udah lewat, Taeyong, hampir setengah taun! Lo pikir, pue mau nungguin lo sampe tua? Yang bener aja! Dan lo selama sepuluh taun inget sama gue? Lo pikir gue bego?"
sahut Jaehyun tak sabar. Kepalanya terasa sangat sakit.

"Jaehyun, aku nggak bohong!" sahut Taeyong, sekarang air matanya sudah mengalir.

Jaehyun membuang rokoknya. "Oh, jadi gue yg bohong? Jadi, lo selama sepuluh taun ini ngirim
surat? Nelepon? Ngasih alamat lo di sana? Ngasih kabar kalo lo masih idup, hah, iya??"

Taeyong menangis tersedu-sedu. Jaehyun menatapnya sebal, lalu menginjak puntung rokok hingga
nyalanya padam.

"Lo tau, lo seharusnya nggak usah dateng lagi ke sini," kata Jaehyun sebelum berbalik dan
meninggalkan Taeyong yg masih terisak.

Taeyong merasa lututnya bergetar dan tak kuat lagi menyangganya. Dia terduduk di lapangan basket yg dingin sambil terus terisak.

Mungkin memang sebaiknya dia tak datang lagi ke sini.

-

"Mau ke mana kamu?" jerit Ayah begitu Jaehyun memasuki rumah. Jarum jam baru saja bergerak ke
pukul sembilan malam.

"Ke kamar," jawab Jaehyun ketus sambil bergerak cepat menuju kamarnya.

"Seharusnya kamu nggak usah pulang!" sahut ayahnya lagi.
"Sana tidur di luar!"

"OKE!" Jaehyun balas menyahut dari dalam kamar. Dia memasukkan beberapa pakaian dan buku ke ranselnya, lalu keluar kamar dan berderap menuju pintu.

"HEH? Anak nakal!! Mau ke mana lagi kamu?" Ayah terdengar semakin berang karna Jaehyun
malah menurutinya.

"Katanya tidur di luar! Aku jabanin!" Jaehyun membanting pintu, lalu menghilang di kegelapan
malam.

"Anak kurang ajar!" sahut Ayah yg langsung ditenangkan oleh Ibu.

Ibu melirik cemas ke arah Jeffrey. "Jef, Taeyong mana?"

"Tadi sih katanya mau ke kamar," kata Jeffrey lalu memeriksa kamar Jaehyun. Tak ada siapa pun.

Jeffrey bergerak ke arah kamar mandi, tetapi juga kosong.

Menyadari ada hal yg tidak beres, Jeffrey segera menyambar jaketnya dan berlari ke luar rumah, menyusuri jalan kompleksnya.

Langkah Jeffrey terhenti di depan taman. Taeyong tampak sedang
terduduk di lapangan basket sambil terisak.

Dada Jeffrey mendadak terasa sakit. Dengan langkah cepat Jeffrey mendekati Taeyong, melepas jaketnya, lalu meletakkannya di atas tubuh Taeyong yang berguncang.

Mendadak, Taeyong bergeming. Dia tahu itu Jeffrey, walaupun dia belum melihatnya. Jaehyun tidak
akan melakukan hal seperti ini.

Jaehyun sendiri duduk di depan Taeyong, lalu mengusap-usap pelan kepalanya.

Jeffrey tahu ini perbuatan Jaehyun. Pasti Jaehyun telah mengatakan sesuatu yg menyakiti hati Taeyong.

Sesuatu tentang melupakannya.

To Be Continued

hello, sunshine. (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang