15⭐ a Thing🌟

4.1K 656 18
                                    

Jaehyun terbangun sangat siang keesokan harinya. Semua keluarganya sudah sibuk dengan
aktivitasnya masing masing, begitu pula Taeyong.

Begitu Jaehyun membuka mata dan melemparkan pandangan ke arah meja makan, Jaehyun menangkap Taeyong sedang memerhatikannya. Ternyata sudah waktunya makan siang.

"Makan siang, Jae," kata Ibu. "Tapi lukanya dibersihin dulu."

Jaehyun merasa tidak berselera untuk makan. Dia masih merasakan darah di mulutnya. Tapi Jaehyun
akhirnya bangkit untuk mencuci mukanya dan membersihkan lukanya.

Setelah itu, Jaehyun bergabung dengan semua orang di meja makan. Jaehyun tidak berusaha melihat Taeyong.

Sebenarnya, Jaehyun berusaha untuk tidak melihat siapa pun dan berkonsentrasi pada piringnya.
Semua orang sepertinya bersikap tak pernah terjadi apa pun.
Makan siang berjalan begitu tenang. Tak seorang pun ingin membuka pembicaraan. Jaehyun yg
pertama kali menyudahi makannya, bergerak ke gazebo untuk menjauhkan diri dari semua anggota keluarganya.

Baru beberapa menit Jaehyun menatap taman, Taeyong muncul. Jaehyun sedang sangat tak ingin bertemu dengannya, terutama setelah semalam Jaehyun dihabisi karna dirinya.

Tampak tak menyadari itu, Taeyong mengambil tempat duduk di depan Jaehyun. Jaehyun harus mengalihkan pandangannya ke arah kolam renang.

"Jae, aku udah cerita yang sebenernya sama mereka," kata Taeyong. "Dan mereka percaya sama aku."

Jaehyun mengangguk-anggukkan kepala. "Mereka percaya lo tapi nggak kasih kesempatan buat
gue cerita," gumam Jaehyun, tak tampak kecewa. "Dan siapa pun terlalu gengsi untuk minta maaf."
Taeyong tampak serba salah setelah Jaehyun mengatakannya. Jaehyun melirik Taeyong sebentar.

"Lo nggak perlu ngerasa bersalah. Gue udah terlalu terbiasa sama itu semua."

"Jae, aku minta maaf," sesal Taeyong. "Gara gara aku-"

"Bukan gara2 lo," sambar Jaehyun cepat. "Nggak ada lo juga, ini selalu terjadi. Lo cuma ada di
tempat dan waku yg salah."

Taeyong mengamati sosok yg terlihat tegar itu. Jaehyun sebenarnya menderita. Taeyong bisa merasakan
itu.

"Jae, aku mau ngebantu kamu," kata Taeyong sungguh sungguh.

"Gue baik baik aja," sergah Jaehyun sambil mengernyitkan dahi.

"Bohong," kata Taeyong tegas.

"Kamu sebenarnya sangat butuh bantuan. Aku mau bantu kamu."

"Lo ngomong apa sih, Taeyong? Gue nggak butuh bantuan apa pun, apalagi dari seseorang yg nggak
berarti buat gue," sahut Jaehyun ketus lalu meninggalkan Taeyong.

"Jae, gue mau ngomong."
Jaehyun menoleh ke arah Jeffrey yg menyambutnya di pintu, lalu bersikap seolah menunggu Jeffrey
berbicara.

"Nggak di sini," kata Jeffrey lagi, lalu berjalan ke pintu depan menuju teras. Jaehyun mengikutinya.

"Apaan?" tanya Jaehyun yang berjalan di belakang Jeffrey.

Mendadak, Jeffrey berbalik dan dengan secepat kilat meninju wajah Jaehyun.

Jaehyun yg tak sempat mengelak terhuyung ke belakang, lalu bergerak dengan buas ke arah Jeffrey.

Jaehyun sudah mengunggu begitu lama untuk melakukannya, sekarang kesempatan itu datang.

Kesempatan untuk menghajar Jeffrey.

Jaehyun menarik kaus Jeffrey, lalu meninju perutnya. Jeffrey tak pernah bisa berkelahi dengan Jaehyun.

Jeffrey tidak sekuat Jaehyun. Setelah meninju perut Jeffrey, Jaehyun meninju wajahnya.
Jaehyun terengah-engah menyaksikan Jeffrey terjatuh.
Jeffrey menatap Jaehyun sengit.

"Kenapa lo, banci?" sahut Jaehyun sambil menyeka darahnya dengan punggung tangan, lebih karna luka semalam terbuka lagi daripada kerasnya tinjuan Jeffrey.

"Kalo lo mau ngerebut Taeyong, jangan pake cara licik!" sahut Jeffrey tanpa bisa bangkit karna
perutnya terasa kram. "Sok-sok pake masalah lo biar dia kasian!"

Jaehyun terdiam sesaat saat
menyadari kebenaran dari perkataan Jeffrey. Taeyong kasihan terhadapnya karna dia adalah si anak yang terbuang, anak yg bermasalah, anak yg butuh pertolongan, bukan anak yg keren, berbakat, dan mempunyai dunia di tangannya.

"Bangun lo," Jaehyun menarik kaus Jeffrey dan mengangkatnya
dengan sekali hentakan.

"Kalo lo mau Taeyong, ambil aja. Gue nggak tertarik," kata Jaehyun lagi
sambil mengempaskan Jeffrey sehingga dia kembali terduduk di lantai teras. Jaehyun menatap Jeffrey
benci, lalu berbalik, bermaksud kembali masuk ke rumah.

Tapi, dia mendapati Taeyong di ambang pintu, sedang menatapnya kecewa. Jaehyun membalas tatapan itu sebentar, lalu memutar haluan, melewati Jeffrey, kemudian menghilang di balik pagar.

Taeyong menatap punggung Jaehyun sampai menghilang, lalu menghampiri Jeffrey yg tampak kepayahan.

"Kamu nggak apa2, Jef?" tanya Taeyong sambil membantu Jeffrey berdiri. "Nggak apa2," kata Jeffrey sambil meringis.

"Aku juga salah, pake acara mukul dia. Jelas aja dia bisa bunuh aku."

"Kenapa kamu pukul dia?" tanya
Taeyong heran.

"Karna dia adalah dia," jawab Jeffrey. "Apa kamu nggak pengen mukul dia sekali aja?"

Sebenarnya, Taeyong ingin memukul Jaehyun karna perkataannya tadi. Jaehyun mengatakan bahwa dia tidak tertarik kepada Taeyong dan menyerahkannya begitu saja kepada Jeffrey.

Padahal, semalam Taeyong yakin Jaehyun sudah kembali menjadi Jaehyun sepuluh tahun yg lalu.

To Be Continued

Short update dulu hihihi

hello, sunshine. (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang