32⭐ Brother🌟

3.7K 526 37
                                    

"Jaehyun, kamu udah bener bener ngewujudin impian aku," Taeyong menatap Jaehyun dalam dalam, lalu
memeluknya.

"Makasih ya."

Jaehyun membiarkan wajahnya terbenam di antara rambut halus dan wangi milik Taeyong. Jaehyun tak pernah menyangka akan sebahagia ini, dan merasa tak akan bisa lebih bahagia lagi.

"Aha!" sahut Taeyong tiba2, lalu melepaskan pelukannya.

"Aku tau! Aku juga bisa ngewujudin impian kamu!" Jaehyun mengerutkan dahi, lalu ketika Taeyong memainkan kedua alisnya, Jaehyun mendadak mengerti. Jaehyun segera mencabut pikirannya bahwa ia tak akan bisa lebih bahagia lagi.

.
.
.

"Ayo Jaehyun, aku mau naik roller coaster!" sahut Taeyong sambil berlari memasuki Dufan dengan
ceria. "Ayo buruan! Nanti keburu panjang antreannya!"

Jaehyun membiarkan Taeyong berlari, lalu memandang berkeliling Dufan. Baru kali ini selama dua
puluh tahun hidupnya, Jaehyun menginjakkan kakinya di Dufan.

Jaehyun baru tahu bahwa di Dufan
terdapat banyak Teletubbies berkeliaran. Jaehyun baru tahu lantai Dufan terbuat dari terakota.
Jaehyun tak bisa berhenti nyengir. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Jaehyun merasakan
kegairahan, seakan masa anak-anaknya yg hilang kembali begitu saja. Jaehyun bahkan tertawa
kepada siapa pun yg dilihatnya, terutama anak2 kecil yg berlari gembira sambil memegang es
krim.

Jaehyun menatap sebuah keluarga kecil yg melintas. Anak laki-lakinya yg berumur tujuh atau
delapan tahun tersenyum kepadanya. Jaehyun balas tersenyum, lalu berhenti berjalan, menikmati
udara di sekitarnya. Jaehyun tidak percaya inilah yg menjadi impiannya selama ini. Inilah hal yg pernah ditulisnya di surat permohonan. Hanya saja, tidak ada Ayah dan Ibu yg menemaninya.

Jaehyun membiarkan rambutnya dimainkan angin. Taeyong, yg tadi sudah duluan, kembali melihat
Jaehyun. Taeyong tersenyum memandang Jaehyun. Taeyong tahu hanya ini yg bisa dilakukannya untuk Jaehyun.

"JAEHYUN!" sahut Taeyong, membuat Jaehyun tersadar. "Sini cepet! Kita main roller coaster!"

Jaehyun mengangguk, lalu melangkah pasti ke arah Taeyong yg merentangkan tangannya lebar2.
Jaehyun masih tidak bisa berhenti tersenyum mengingat kejadian tadi siang bersama Taeyong. Jaehyun
akan menyimpan sebagai memori indahnya.

.
.

Tadi siang, Jaehyun merasakan bagaimana serunya menaiki roller coaster. Juga bagaimana
asyiknya bermain arung jeram. Dan merasakan ketinggian dari bianglala. Jaehyun sempat merasa
dirinya terlalu konyol untuk merasa kelewat senang telah bermain di Dufan, tapi Jaehyun tak peduli.

Bahkan, Jaehyun sudah berjanji di dalam hati akan mengajak Ayah dan Ibu ke sana suatu saat.
Jaehyun benar2 tidak bisa tidur, bahkan setelah coba memejamkan matanya selama beberapa menit. Jaehyun melonjak kaget ketika terdengar suara pintu kamar Jeffrey terbuka.

Jeffrey muncul dari kamarnya, lalu menatap Jaehyun datar. Ia menghampiri Jaehyun yang terbaring di sofa.

"Lo belom tidur kan? Geseran," Jeffrey duduk di kaki Jaehyun yg masih terjulur.

Jaehyun membenarkan posisi duduknya, lalu memandang Jeffrey heran. "Kenapa lo?" tanya Jaehyun akhirnya.

"Nggak bisa tidur," jawab Jeffrey singkat.

"Oh," gumam Jaehyun sambil menonton TV yg sudah dinyalakan Jeffrey. Jaehyun bisa maklum. Besok final, dan Jeffrey pasti terlalu tegang sampai tidak bisa tidur.

Selama beberapa menit, tidak ada yg berbicara. Jeffrey menyibukkan diri mencari-cari channel yg
sesuai -yg sepertinya tidak bisa ditemukannya. Jaehyun menggaruk-garuk kepalanya, dan tanpa
sengaja Jeffrey melihat cap di tangan Jaehyun.

"Lo abis ke Dufan?" tanya Jeffrey, membuat Jaehyun sempat kaget. Dia melihat tanda di tangan
kanannya sendiri.

"Iya," jawab Jaehyun pendek, merasa terlalu konyol untuk membicarakannya dengan Jeffrey.

"Oh," kata Jeffrey terdengar maklum, membuat Jaehyun berang.

"Kenapa emang? Kalo mau ketawa, ketawa aja," kata Jaehyun panas.

"Nggak ada yg lucu," jawab Jeffrey tenang tanpa mengalihkan pandangannya dari layar TV.
Jaehyun menatap Jeffrey sebentar, lalu kembali menekuni layar TV. Di sana tampak para pemain
bola dari Intermilan dan AC Milan sedang berlarian mengejar bola. Untuk beberapa saat,
keduanya memerhatikan pertandingan itu.

"IP gue," kata Jeffrey tiba2, membuat Jaehyun terkejut, tidak menyangka Jeffrey yg sedang berbicara.

"Kemaren nggak begitu bagus. Gue bohong sama Ayah."
Jaehyun tahu dia mengangakan mulutnya sedikit, tidak percaya atas pernyataan Jeffrey. Kenyataan
bahwa Jeffrey membicarakan sesuatu yg tidak masuk akal kepadanya pun membuatnya bingung.

"Apa pentingnya lo kasih tau gue?" tanya Jaehyun setelah bisa menguasai diri.

Jeffrey mengedikkan bahu. "Mungkin, cuma pengen nunjukin kegagalan gue. Apa membantu?"
tanyanya sambil menoleh kepada Jaehyun yg salah tingkah.

"Hah? Eh, yah, mungkin," kata Jaehyun tak jelas.

Jaehyun tak habis pikir mengapa Jeffrey mengatakan sesuatu yg menurutnya mungkin akan
membantunya. Jaehyun benar2 tak tahu mengapa Jeffrey melakukannya. Walaupun demikian, Jaehyun tidak senang. Mungkin sangat berguna kalau Jeffrey mengatakannya dulu, di saat Jaehyun sedang terpuruk, tapi sekarang Jaehyun tidak senang mendengarnya. Jaehyun sudah benar2 bahagia, sampai2
pengakuan kegagalan Jeffrey tidak bisa membuat Jaehyun lebih bahagia lagi.

"Yah, semua orang pernah gagal," kata Jaehyun kemudian. "Tapi peduli amat sih. Lo kan pasti bisa
bangkit lagi."

Jeffrey menoleh untuk melihat wajah kakaknya yg salah tingkah, lalu mengalihkan pandangannya
ke TV. Sudut kanan bibir Jeffrey mengangkat sedikit. Jaehyun benar2 tidak berbakat memberi
nasihat.

Akhir2 ini, semua berjalan mulus bagi Jaehyun. Sangat2 mulus sampai terasa nyaris tidak wajar.
Jaehyun amat berharap keadaan ini bisa berlangsung selamanya.

To Be Continued

-------------------

24 Desember 1994

Dear Santa, besok natal. Aku gak mau kado apa apa. Jatah kado ku dikasihin ke kak Jaehyun aja. Aku mau dia sehat selamanya biar dia bisa terus jagain aku terus sampai gede, jadi orang orang ga berani bully aku lagi. Aku sayang banget sama role modelku, kak Jaehyun sehat selalu ya. - from Adek yang mirip banget sama kakak, Jeffrey Jung.

----------------------

Sisa 4 chapter lagi, book ini akan tamat.. Yeayy!!

hello, sunshine. (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang