9⭐ Somi✨

4.8K 705 45
                                    

Malam ini semuanya sudah berkumpul di ruang makan. Makanan yang disuguhkan benar benar spesial. Jaehyun sampai bingung sendiri karna meja makan mereka tiba tiba penuh sesak dengan gurami goreng tepung, capcay, dan sapo tahu.

"Jadi, kamu mau sampe kapan di sini?" tanya Jeffrey kepada Taeyong.

"Oh, kamu nyuruh aku pulang ya?" Taeyong pura pura merajuk. Jeffrey , Ayah, dan Ibu tertawa.

"Nggak, aku sih pengennya kamu di sini terus, nggak pulang ke Amerika lagi," kata Jeffrey jujur.

"Aduh, kalo gitu nggak bisa," kata Taeyong .

"Aku harus balik lagi ke Amerika sekitar tiga mingguan lagi."

"Tiga minggu aja nggak cukup," Jeffrey berkata dengan wajah serius. "Harusnya kamu tinggal disini."

Taeyong tertawa renyah. "Yah, pengennya juga gitu," katanya sambil melirik Jaehyun yang tampaknya sama sekali tidak tertarik akan pembicaraan mereka.

"Jae, kamu kok diem aja. Nggak kangen sama Taeyong?" tanya Ibu, membuat Jaehyun hampir saja tersedak tahu Jepang.

"Biasa aja," jawab Jaehyun sambil meraih gelasnya dan minum banyak banyak.

Sejak itu, Taeyong tidak lagi
tersenyum selama makan malam.
Jeffrey berhenti makan, lalu menatap Jaehyun lekat lekat, bertanya-tanya apa yang membuatnya tampak sinis seperti biasa di saat ada Taeyong di sini, bersama mereka. Tidak mungkin Jaehyun sudah begitu saja melupakan Taeyong.

Setelah selesai makan, Taeyong dan Jeffrey mengobrol di gazebo. Jaehyun memilih untuk menonton
TV, tidak ingin melihat Taeyong dan Jeffrey berdua.

Jaehyun menyandarkan kepalanya di bantalan sofa. Terlalu banyak yang terjadi hari ini dan entah kenapa Jaehyun tidak mampu menghadapinya.

Ini bukan Jeffrey. Ini bukan Ayah. Ini bukan Ibu atau siapa pun itu.

Ini Taeyong. Orang yang selalu ada dalam mimpinya.

-

Taeyong menatap ke sekeliling ruangan kamar Jaehyun. Entah mengapa, semua ini, poster-posternya, suasananya yg gelap, udaranya yang dingin, membuat Taeyong tenang.

Taeyong merebahkan dirinya ke
atas tempat tidur. Ini tempat tidur Jaehyun. Setiap hari Jaehyun tidur di sini. Mungkin hal ini yang
membuatnya merasa nyaman.

Taeyong mencoba memejamkan mata, tapi yg terbayang olehnya adalah saat makan malam tadi.
Jaehyun sama sekali tidak memandangnya, tidak juga mencuri pandang.

Sepertinya, Jaehyun sudah
sama sekali melupakannya. Saat Taeyong baru datang tadi, Jaehyun bahkan tidak mau menjabat tangannya.

Taeyong membalikkan badannya, lalu sebutir air mata jatuh dari matanya.

Sebenarnya, Jaehyun lah satu-satunya alasan Taeyong datang kembali ke Indonesia. Tapi bahkan alasan itu tidak mengharapkan kedatangannya.

-

Pagi ini, Jaehyun terbangun dengan perasaan hampa. Dia berharap kedatangan Taeyong hanya mimpi, tapi wangi tubuh itu ada di mana mana di rumahnya.

Jaehyun bangkit, mengambil handuk, lalu masuk ke kamar mandi. Dia membasuh kepalanya
dengan air, berharap air itu bisa menghapus bayangan Taeyong di otaknya.

Jaehyun menengadahkan
kepalanya, membiarkan air yg dingin dari shower jatuh tepat ke wajahnya.

Tanggal 14 Februari 2005, kita ke sini lagi, terus kita baca deh surat2 kita!

Jaehyun menghajar tembok di depannya keras keras sampai buku buku jarinya terasa nyeri.
Setelah selesai mandi, Jaehyun segera melangkah menuju kamarnya, sejenak lupa bahwa ada sesosok pria manis yang tidur di sana. Dia baru teringat setelah membuka pintunya dengan berisik dan mendapati Taeyong sedang berbaring di tempat tidurnya.

hello, sunshine. (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang