14⭐ Oops🌟

4.3K 705 81
                                    

Maaf sudah bikin kalian tersendu sendu di chapt sebelumnya heheh...

-










"And now, I don't want him anymore"

Jaehyun menyudahi lagunya, dengan permainan gitarnya yang mengagumkan.

Jaehyun berusaha keras untuk bermain gitar, padahal dulu Jaehyun ingat betapa susahnya menghapal semua kunci dan chord.

Semua orang bertepuk tangan riuh begitu Jaehyun selesai membawakan lagu. Jaehyun menunduk untuk memberi penghormatan atas apresiasi para penontonnya, lalu turun dari panggung dan berderap menuju Taeyong.

Taeyong sendiri sudah berhenti menangis, tapi masih menggigit bibirnya.

Dia menatap Jaehyun yang sekarang sudah berdiri tepat di depannya dengan ekspresi marah.

"Ngapain lo? Sama siapa lo ke sini? Dari mana lo tau gue di sini?" cecar Jaehyun emosi.

Taeyong tidak langsung menjawab. Dia menatap Jaehyun lama. "Jaehyun," katanya lirih. "Apa bener? Apa
bener kamu udah nggak menginginkan aku lagi?"

Jaehyun menatap Taeyong sejenak, lalu membuang pandangannya. "Lo denger sendiri lagunya," kata
Jaehyun dingin. "Sekarang, jawab pertanyaan gue. Gimana lo bisa sampe sini?"

"Jaehyun, aku nggak ada maksud nggak ngasih kamu kabar!" sahut Taeyong, tangisnya kembali pecah,
membuat beberapa pengunjung menoleh.

"Jadi?" tanya Jaehyun. Dalam hatinya, dia sangat ingin mendengarkan penjelasan Taeyong. Secuil
sinar harapan tiba tiba muncul di dalam hatinya yang gelap.

Taeyong tidak menjawab walaupun ingin. Air matanya terus mengalir tanpa bisa dikendalikan. Jaehyun
segera tahu Taeyong sebenarnya tak ingin memberikan penjelasan apa pun.

"Lo tau," kata Jaehyun sambil memandang tajam Taeyong yang masih terisak. "Persetan dengan ini semua. Lo nggak harus kasih penjelasan apa pun."

Jaehyun beranjak pergi, tapi Taeyong menahannya. Darah Jaehyun kembali berdesir saat tangan Taeyong
menyentuh tangannya.

"Jaehyun, ayo pulang," kata Taeyong di tengah isakannya.

Jaehyun memicing Taeyong. Taeyong jelas tak paham dengan kata2 Jaehyun barusan.

"Gue ada kerjaan. Gue balik kalo gue mau balik," Jaehyun menepis tangan Taeyong. "Lo pulang aja
sendiri."

"Jaehyun, ini bukan tempat yg cocok buat kamu," Taeyong memerhatikan beberapa laki2 yang sedang
merepet karna mabuk.

"O ya?" sergah Jaehyun. "Trus di mana tempat yg cocok buat gue, hah? Di rumah?" Tawa Jaehyun
membahana, membuat Taeyong bingung.

Jaehyun mendekati Taeyong dan memandangnya tepat di
mata. "Lo denger ya. Ini satu-satunya tempat yg cocok buat brengsek kayak gue. Lo yg nggak
cocok di sini."

Taeyong membalas tatapan Jaehyun dengan berani. "Kamu pikir aku nggak bisa kayak mereka?" tanya
Taeyong marah.

"Mas, bir-nya segelas."

Jaehyun melongo melihat Taeyong yang tiba2 memesan bir. Sebelum bir itu sampai di tangan Taeyong,
Jaehyun sudah meraih tangannya dan menariknya ke luar kelab.

Taeyong mengikuti Jaehyun dengan
segumpal harapan bahwa Jaehyun akan pulang.

Jaehyun membawa Taeyong ke pelataran parkir, lalu melepaskannya di depan sebuah boks telepon umum. Jaehyun mengeluarkan uang receh, lalu menelepon taksi. Taeyong secepat mungkin memutuskan pembicaraan Jaehyun.

hello, sunshine. (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang