"Jeff, si Mingyu akhir2 ini kenapa ya? Kok sering banget keliatan ngobrol sama lo? Nggak biasanya."
Jeffrey mengencangkan tali sepatunya, lalu mendongak menatap Mingyu yg sedang berusaha mati matian di lapangan menghadapi Reno. Jeffrey menoreh ke arah Somi yg tampak bingung.
"Dia nggak pernah cerita sama lo?" tanya Jeffrey, dan Somi menggeleng. Jeffrey mendesah.
"Dia minta final besok."
Somi hanya mengerjapkan matanya selama beberapa detik, tanda tak mengerti. Jeffrey mendesah lagi."Dia mau gue nyerahin posisi gue buat dia di final besok, Som," jelas Jeffrey.
"Katanya sih, bokapnya bisa bunuh dia kalo dia nggak main."Mulut Somi menganga dan matanya melebar saat Jeffrey selesai berbicara. "Yg bener lo? Gue sih tau bokapnya mantan pemain basket, tapi dia nggak akan bunuh si Mingyu, lah!"
"Som, besok banyak manajer tim besar mau dateng, nyari bibit baru. Jelas aja Mingyu mau banget
kesempatan ini. Tapi gimana bisa kalo mainnya aja kayak begitu," Jeffrey memerhatikan Mingyu yg
kena marah Reno karna tak bisa melakukan tembakan tiga angka.Baru sedetik Jeffrey selesai berbicara, Mingyu mendelik ke arah mereka, lalu memelototi Jeffrey
dengan penuh rasa benci."Oke, gue bisa liat dia benci banget sama lo. Dan gue yakin, bokapnya bener2 bakal bunuh dia kalo dia nggak main," kata Somi, sedikit ngeri melihat ekspresi Mingyu.
"Terus gimana? Dia harus berusaha dong, kalo dia mau main. Kalo nggak, Reno bakal maksa gue main penuh. Yg repot kan gue juga," kata Jeffrey, lalu bangkit dan masuk ke lapangan.
.
.
.Jaehyun pulang ke rumah dengan dada berdegup kencang. Belum pernah dia merasa setegang
sekaligus sekonyol inisebelumnya. Saat Taeyong melintas, keringat dinginnya mengucur deras dan
detak jantungnya bertambah cepat tiga kali lipat."Hei, abis dari mana?" tanya Taeyong saat melihat Jaehyun di pintu depan.
"Hm... Taeyong, ikut aku ke taman sebentar," kata Jaehyun sambil memainkan jari-jarinya. Konyol sekali.
Taeyong sampai bingung melihatnya.
"Hah? Oh, oke," katanya, lalu mengikuti Jaehyun ke taman.
Setelah sampai di bawah pohon akasia mereka, Jaehyun tidak segera berbicara atau melakukan
apa2. Baru kali ini Taeyong melihat Jaehyun salah tingkah seperti ini."Jadi?" tanya Taeyong setelah beberapa saat yg menegangkan bagi Jaehyun.
"Mm... Taeyong, apa kamu... maksud aku, apa kita... mm..."
Taeyong hanya bengong menanti kelanjutan kalimat Jaehyun yg bahkan tidak bisa dibilang kalimat.
Jaehyun malah mengepal-ngepalkan tangannya di balik celananya.
"Jaehyun?"
"Kemaren kan kamu udah ngasih aku hadiah, makanya sekarang, aku mau kasih kamu hadiah,"
kata Jaehyun lancar, setelah bisa mengumpulkan seluruh tenaganya."Oh, itu doang," Taeyong tertawa geli. "Aku kirain apaan. Mau kasih hadiah apa? Pasti sesuatu yg
nggak romantis deh," kata Taeyong lagi."Aku nggak tau ini romantis apa nggak," kata Jaehyun, masih terlihat agak salah tingkah, terlihat
sangat cute bagi Taeyong. "Yg jelas, bukan barang mahal.""Nggak peduli," kata Taeyong sambil nyengir. "Yg penting, kamu mau kasih aku sesuatu. Mana, mana?"
Jaehyun memandang Taeyong ragu2 sesaat, lalu mengorek-ngorek sesuatu dari saku celananya dan
mengeluarkan sesuatu yg berkilau. Sebuah cincin bermata batu indah yg berkelip-kelip ditimpa sinar matahari. Jaehyun menyodorkan cincin itu pada Taeyong yg melongo.
KAMU SEDANG MEMBACA
hello, sunshine. (Republish)
FanficJaehyun, Jeffrey dan Taeyong adalah tiga teman sepermainan sejak kecil. Sudah menjadi rahasia umum jika kedua saudara kembar itu menaruh hati pada Taeyong. Semuanya baik saja sebelum Taeyong pindah ke luar negeri. Saudara kembar itu tumbuh dan diper...