29⭐ Finest Moment🌟

3.3K 521 32
                                    

"Yang bener?" teriak Taeyong girang esoknya, setelah Jaehyun menceritakan kejadian semalam.

"Jadi, kamu udah baikan sama Om?"

Jaehyun menganggukkan kepalanya tak jelas, malu bagai anak perawan yang dilamar duda anak tiga, Lantas segera saja dipukul oleh Taeyong.

"Jawab dong yg bener! Nggak usah pake gengsi gitu," tegur Taeyong disambut cengiran Jaehyun.

Taeyong sangat senang melihat Jaehyun yg sekarang tampak jauh lebih bahagia. Jaehyun meluruskan
duduknya di samping Taeyong, matanya menerawang ke luar jendela.

"Selama ini aku bener2 bego. Nggak dewasa. Seneng nyalahin orang lain. Seneng nyusahin orang lain. Seneng buat orang lain khawatir," kata Jaehyun seolah membuat pengakuan dosa.

Jaehyun terdiam sebentar untuk mengambil napas. Taeyong membiarkannya. Taeyong ingin
mendengarkan Jaehyun.

"Udah terlalu banyak orang2 yg jadi sasaranku. Ayah. Ibu. Yuta. Johnny. Somi. Semua orang,"
lanjut Jaehyun, lalu menoleh kepada Taeyong. "Kamu."

"Selalu. Selalu nyalahin semua orang, tanpa pernah berpikir kalau setengahnya atau lebih
adalah kesalahanku juga. Nggak pernah berpikir jernih, selalu bertindak berdasarkan apa yg aku liat. Mungkin karna, yah, karna aku nggak pernah bisa percaya lagi sama kata hati aku. Kamu tau, kan, aku udah berhenti berharap sejak lama," kata Jaehyun lagi.

"Tapi mulai sekarang, aku bakal coba lagi untuk berharap, dan semoga aja, harapanku bisa terwujud, supaya aku bisa percaya lagi sama kata hati aku. Omonganku aneh nggak Taeyongie?" tanya Jaehyun ke arah Taeyong, yg
tersenyum.

"Nggak, kok," Taeyong meraih tangan Jaehyun dan menggenggamnya. "Kalo begini caranya, kamu bisa menang lomba pidato antar-RT."

Jaehyun nyengir lebar, lalu mempererat genggamannya.
"Kamu tau, Taeyongie," kata Jaehyun kemudian. "Semua ini, semua perubahan ini, semuanya karna kamu. Kamu yg membuka hati aku, kamu yg... yg begitu sabarnya nemenin aku, bahkan bertahan di saat aku bener2 kacau. Aku nggak tau keajaiban apa lagi yg bisa bikin aku lebih bahagia dari ini."

Taeyong tergelak. "Oke, sekarang yg aku tau, kamu tukang gombal."

"Aku nggak gombal," kata Jaehyun cepat2. "Yah, sedikit sih, di bagian akhir..."

Taeyong pasang tampang cemberut. Jaehyun tertawa kecil.

"Bener kok, Taeyong," kata Jaehyun lagi, matanya menatap Taeyong serius.

"Berkat kamu, semua bebanku terangkat. Kamu bener2 seorang malaikan penyelamat bagi aku."
Taeyong tersenyum sesaat, tapi lantas memandang Jaehyun bimbang.

"Tapi Jae, masih ada yg belum
kamu selesaiin."

Jaehyun memandang Taeyong heran, wajahnya meminta penjelasan lebih lanjut.

"Jeffrey," kata Taeyong lagi.
Jaehyun kembali menatap ke luar jendela. Didengarnya Jeffrey menutup pintu depan dan suara motor dinyalakan. Jelas dia akan berangkat ke kampus untuk berlatih basket.

"Kamu tenang aja, Taeyongie," kata Jaehyun kemudian. "Kami bakal baik2 aja kok."

Tapi Taeyong tahu, Jaehyun sendiri tak yakin dengan ucapannya.

.
.
.

"Nice shot!" seru Reno ketika Jeffrey berhasil memasukkan bola ke dalam ring.

Mingyu memandang Jeffrey tidak suka, sementara Jeffrey tidak mengacuhkannya dan berjalan ke
bangku untuk mengambil handuk. Jeffrey sedang mengelap wajahnya ketika Mingyu mendekatinya.

"Lo nggak ambil serius kata2 gue kemaren rupanya," kata Mingyu sambil berpura-pura minum
untuk menghindari tatapan curiga Reno.

"Buat apa?" tantang Jeffrey.

MIngyu terdiam, dan Jeffrey dapat melihat dia mengepalkan kedua tangannya dengan gemetar.

"Denger, gue butuh ini, oke?" katanya dengan nada mengancam. "Kalo lo pikir ini cuma sekadar turnamen, ini bukan buat gue. Gue bener2 butuh main di turnamen ini."

"Kenapa?" balas Jeffrey ketus. "Oh, tunggu. Jangan dijawab. Gue rasa gue tau kenapa. Ini karna Somi, kan?"

"Bukan," sahut Mingyu dingin sambil melirik Lala yg sedang duduk di bangku penonton. "Ini soal
hidup dan mati gue."

"Oh, jadi kalo lo nggak ikut final, lo bakal menggelepar, trus mati, gitu?" sindir Jeffrey, lalu terkekeh.

"Lo tau kan, bokap gue mantan petinggi basket terkenal," sergah Mingyu. "Kalo gue nggak main,
gue nggak akan bisa dilirik manajer tim2 besar! Dan bokap gue bakal bunuh gue!"

Jeffrey menatap Mingyu galak. "Sejak kapan lo jadi pengecut gini, heh?" sahut Jeffrey. Wajahnya
hanya berjarak tiga senti dari wajah MIngyu. "Sekarang lo minta belas kasihan gue untuk main di
final cuma karna lo takut bokap lo?"

MIngyu tampak terhina sesaat, tapi itu tak bertahan lama. Dia kembali mengeluarkan wajah liciknya, lalu mencondongkan tubuhnya ke Jeffrey sehingga mereka sekarang hanya berjarak beberapa mili saja.

"Gue udah meminta lo baik2, bahkan ngasih tau alasan kenapa gue pengen banget final ini, tapi lo kayaknya terlalu sombong. Jangan salahin gue kalo terjadi apa2 nantinya. Inget itu," ancam Mingyu, lalu bergerak pergi.

"Kalo lo emang pengen banget, kenapa lo nggak berusaha?" sahut Jeffrey kesak.

MIngyu tak menjawabnya. Dia berjalan kembali ke lapangan, sambil berusaha menahan rasa sakit di lututnya yg sudah setahun ini menderanya.

-

Jaehyun merebahkan dirinya di sofa. Hari ini, sesuatu yg besar telah terjadi padanya, pada hidup
dan cita-citanya. Jaehyun sudah mendaftarkan diri sebagai siswa sekolah penerbangan di Deraya
Flying School di bandara Halim Perdana Kusuma.

Tadi pagi setelah kuliah, Jaehyun mengecek persediaan uang di ATM-nya. Ternyata sudah cukup untuk membiayai sekolahnya.

Jaehyun telah mengambil formulir, mengisinya dengan penuh gairah, lalu diam2 membubuhkan tanda tangan Ayah yg sudah lama dipalsukannya.

Besok, Jaehyun akan melakukan serangkaian tes kesehatan. Jaehyun yakin dirinya cukup sehat, kecuali keadaan paru-parunya yg sudah memburuk karna rokok. Tes kesehatan ini diperlukan untuk mendapatkan Student Pilot Permit dari pihak Deraya.

Jaehyun mengempaskan kepalanya ke atas bantal dan membayangkan dirinya menerbangkan sebuah pesawat jet. Jaehyun melakukan beberapa manuver, membuat semua orang yg menonton di bawahnya berdecak. Jaehyun menemukan keluarganya di antara orang2 itu, dan dari langit, Jaehyun bisa dengan jelas melihat Ayah yg tersenyum bangga.

Jaehyun membuka matanya lagi. Jaehyun tak pernah sesemangat ini dalam hidupnya.





To Be Contiuned

Doain Jaehyun ya guya biar lolos tes pilotnya. Biar rada bahagia dikit sebelum aku bikin sad ending wkwkwkwk

hello, sunshine. (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang