Jeffrey merasa sekujur tubuhnya dibasahi oleh keringat dingin. Dia pun sangat2 tegang sehingga tak bisa merasakan kedua kakinya. Jeffrey melirik cemas ke arah penonton yg semakin
memadati halaman kampus untuk menonton final."Tenang, woy," Doyoung tertawa geli melihat tampang Jeffrey. "Santai aja."
Jeffrey meringis tak jelas pada Doyoung, lalu tanpa sengaja matanya tertumbuk pada Mingyu yg sedang
berbicara dengan seseorang di tribun atas. Pasti ayahnya, kalau dilihat dari sikap hormat Mingyu yg hampir berlebihan. Jeffrey juga dapat melihat beberapa utusan dari tim2 besar IBL
berdatangan dan duduk di tenda VIP. Jeffrey sekarang serasa menelan sebongkah batu besar."Eh, ngomong2, si Somi sama Taeyong jadi akrab ya?" kata Doyoung lagi, membuat Jeffrey menoleh untuk melihat Taeyong dan Somi.
Mereka sedang duduk bersama di tribun, tepat di seberang Jeffrey berada, dan mereka tampak akur. Mereka tertawa-tawa sambil memegang bendera kampus, lalu mengibar ngibarkannya sambil bernyanyi entah apa. Jeffrey hanya nyengir melihatnya.
Taeyong dan Somi menangkap tatapan Jeffrey, lalu melambai ke arahnya. Jeffrey balas melambai, lalu mendadak tersadar, Jaehyub tidak datang. Jeffrey merasa setengah tenaganya lenyap tertiup angin.
Entah mengapa, Jeffrey benar2 mengharapkan kedatangannya di pertandingan penting ini,
melebihi siapa pun. Jeffrey ingin melihat Jaehyub sesekali bangga padanya.Mingyu melintas di depannya sambil menatap tajam. Jeffrey balas menatapnya. Tanpa dia duga,
Mingyu malah mendatanginya."Gue sebenernya nggak mau ngelakuin ini," Mingyu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tapi lo udah maksa gue."
"Apa sih maksud lo?" tanya Jeffrey bingung.
"Setelah pertandingan ini, lo bakal tau," kata Mingyu geram. "Jadi, kalo sampe terjadi, jangan salahin gue."
"Anceman kosong," Jeffrey meludah. "Lo nggak jantan. Lo kalah, makanya lo bakal balas dendam. Gue nggak takut."
"Oke, kalo gitu," kata Mingyu enteng. "Kita liat aja nanti."
Mingyu berbalik lalu bergabung dengan tim. Jeffrey menghela napas, lalu bergerak mengikutinya
untuk bergabung dengan tim.Jeffrey memang merasa ada sesuatu yg salah, tapi dia tidak bisa mundur lagi. Dia harus melakukannya seperti laki2, dan Jaehyun pasti bangga karnanya.
"Oke," kata Reno dengan suara khawatir yg dikuat-kuatkan. "Kita punya tim yg bagus. Kita punya strategi bagus. Kita datang ke sini untuk menang, kan?"
Suara Reno tenggelam oleh riuh rendah para penonton yg sudah memenuhi lapangan."Selamat datang di UII Cup, Turnamen Bola Basket antarkampus 2005, antara Universitas Kencana dan tuan rumah, Universitas Internasional Indonesia!" suara announcer membahana, membuat suasana semakin bising.
"POSISI STARTER KAYAK KEMAREN!" sahut Reno mengatasi suara announcer dan penonton
yg menggila. "Daniel, Doyoung , Seongwoo, Guanlin, Jeffrey!"Anak2 mengangguk mengerti, sementara Reno menjelaskan strategi, Jeffrey malah hampir2 tak mendengar suara Reno. Dia hanya memikirkan akan bermain sebaik mungkin sehingga membuat semua orang bangga.
"Dari Universitas Kencana, dengan nomor punggung 5, Mario! 17, Hernan! 11, Lius! 22, Rio! 10, Simon!"
Suara riuh rendah mengiringi saat para pemain basket dari Universitas Kencana memasuki lapangan.
"Dan dari Universitas Internasional Indonesia, yg pastinya sudah ditunggu-tunggu, dengan nomor punggung 13, Daniel! 9, Doyoung! 17, Seongwoo! 5, Guanlin! Dan, pada nomor punggung 21, sang kapten, Jeffrey!"
KAMU SEDANG MEMBACA
hello, sunshine. (Republish)
FanficJaehyun, Jeffrey dan Taeyong adalah tiga teman sepermainan sejak kecil. Sudah menjadi rahasia umum jika kedua saudara kembar itu menaruh hati pada Taeyong. Semuanya baik saja sebelum Taeyong pindah ke luar negeri. Saudara kembar itu tumbuh dan diper...