02

4.8K 443 16
                                    

Pagi hari menyambut. Udara pagi serta cahaya matahari masuk menyentuh kulit melalui celah-celah jendela.

"Bangun! Ini sudah pagi Dahyun!" Teriak Sana tepat di telinga Dahyun yang masih tertidur.

"Kebal juga ni anak." Heran Sana menggaruk tengkuknya.

"Bangun kebo! Sekolah!" Ulangnya lebih keras.

"Apaan sih!" Balas Dahyun kesal lalu mengambil sebuah bantal untuk menutupi telinganya.

"Mau di guyur pakai air seember ya?" Ucap Sana pergi kemudian kembali dengan membawa 1 ember air yang tidak penuh.

"Mau bangun tidak?!"

"Enggak! Malas!" Jawab Dahyun.

Tanpa ragu-ragu Sana menyiram Dahyun menggunakan air tadi hingga membuat Dahyun terduduk membelalakan matanya karena kaget.

"Apa yang kau lakukan?!" Pekik Dahyun mengusap wajahnya yang basah kuyup.

"Kau yang menginginkannya." Ucap Sana.

"Yak! Kau ini benar-benar keterlaluan! Eomma ku saja tidak pernah memperlakukanku seperti ini!"

"Aku kan bukan eomma mu. Inilah diriku. Sana. Aku tidak akan main-main dengan ucapanku. Jadi, kau harus menurut. Tidak ada kata penolakan."

Dahyun menghela napas kasar. Ia bangkit menuju kamar mandi yang berada di kamarnya juga. Pintu pun tak lupa Ia banting dengan keras agar Sana tau seberapa marahnya Ia sekarang. Namun, Sana hanya terkekeh melihat tingkah Dahyun itu.

"Manggil kebo, tapi disuruh sekolah. Apa masuk akal jika ada kebo seperti itu!" Teriak Dahyun dari dalam kamar mandi.

"Satu-satunya jenis kebo yang seperti itu hanya KAU!" Balas Sana kemudian pergi.

"Diamlah!" Teriak Dahyun.

.

.

Perjalanan ke sekolah Dahyun sekarang menjadi tujuan mereka. Di mobil cukup hening yang mereka ciptakan. Dahyun terus-terusan memalingkan wajahnya dan memilih menghadap ke luar jendela.

Tangan terangkat mengambil ponsel yang berada di saku bajunya lalu menekan nomor seseorang untuk di hubungi.

"Eomma, kenapa kau menyuruh manusia macam dia untuk mengawasiku? Aku tidak mau terus-terusan diatur olehnya! Tolong pecat saja dia!" Celoteh Dahyun pada eommanya.

Sana di sampingnya jelas mengerti siapa yang Dahyun maksud. Namun Ia diam dan malah menyunggingkan senyumnya.

"Eomma tidak akan memecatnya. Justru eomma senang melihat Sana melakukan tugasnya dengan baik. Karena eomma sudah tidak tau lagi bagaimana merubahmu."

"Jadi eomma lebih membela dia daripada aku?...hiks..hiks.."

"Bukan se-"

Pip

Dahyun menangis sejadi-jadinya sekarang. Ia tak mengerti bagaimana eommanya bisa mengenal Sana. Padahal Dahyun yakin mereka belum pernah bertemu sebelumnya.

"Berapa eommaku membayarmu ha?" Tanya Dahyun sambil terisak.

"Tidak penting kau membahas itu." Jawab Sana dingin.

"Apa Ia memaksamu?! Atau mungkin eommaku mengancammu makanya kau melakukan hal ini?" Tanya Dahyun kesal.

"Hapuslah air matamu, karena kita sudah sampai." Ucap Sana tanpa menatap Dahyun lalu memberhentikan mobilnya di depan sekolah.

"Hiks..hikss..."

"Ku bilang hapus air matamu Dahyun!!" Bentak Sana membuat Dahyun mendongak takut.

Sana beralih mengambil beberapa lembar tisu yang terletak di depan kemudi. Lalu dengan cepat menghapus air mata itu dari wajah Dahyun.

"Berikan, aku bisa sendiri!" Ucap Dahyun merebut tisu yang di pegang oleh Sana.

"Sungguh, tidak pernah ada satu orang pun yang pernah membentakku selama ini. Dan kau..." Dahyun menggantungkan kalimatnya.

"Kau keterlaluan, aku benar-benar membencimu sekarang." Ucap Dahyun kemudian beranjak pergi meningalkan Sana yang mematung.

"Apa aku terlalu keras padanya? Tapi menurut eommanya hanya ini satu-satunya cara merubah Dahyun.." Gumam Sana.

.

Dahyun berjalan ke arah kelasnya dengan perasaan kesal. Ia beberapa kali menghiraukan siswa lain yang menyapa bahkan mempertanyakan kedaannya.

Dahyun memang termasuk murid famous di sekolahnya. Ia terkenal bukan karena prestasi melainkan karena Dahyun adalah murid yang banyak memiliki masalah akan sekolahnya. Bersama dengan Nayeon dan Jihyo.

Entah mengapa para siswa disana malah banyak yang menyukai ketiganya. Mungkin karena mereka juga termasuk orang dengan golongan atas. Anak yang memiliki segalanya.

"Dahyun!" Panggil seorang gadis yang langsung di balas senyum oleh sang pemilik nama.

"Ne, ada apa?" Jawab Dahyun.

"Kenapa denganmu? Ada masalah?" Tanyanya.

"Tidak ada."

"Baiklah, aku hanya ingin menanyakan itu saja. Kalau begitu aku pergi dulu." Ucapnya kemudian beranjak pergi.

"Tunggu Jennie!" Tahan Dahyun membuat langkah gadis itu terhenti.

"Ada apa?"

"Tidak. Aku hanya sudah lama tidak melihatmu." Ucap Dahyun canggung.

"Aku selalu berangkat, ku pikir malah dirimu yang absen terus-menerus."

"Setiap istirahat, kau jarang keluar. Aku jadi tidak bisa melihatmu."

"Aku lebih nyaman di kelas."

Dahyun mengangguk mengerti.

"Aku kembali ke kelas dulu ya, Dahyun."

"Ne, hati-hati." Ucap Dahyun.

Seketika mood Dahyun kembali membaik. Itu semua karena gadis tadi.

Jennie adalah gadis yang Dahyun sukai sejak beberapa bulan ini. Ia adalah murid pindahan yang langsung membuat Dahyun terpesona kala pertama kali melihatnya. Namun, Ia tidak pernah berniat mengungkapkan perasaannya karena Ia sendiri belum siap melakukannya.

.

Tbc.
Jangan lupa vote & comment

Stuck On You (SaiDa)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang