16

3.2K 336 37
                                    

Seorang gadis nampak begitu gelisah tatkala melihat waktu yang terus berjalan lebih cepat dari biasanya hari ini. Tangan sibuk memainkan ponselnya berniat mengubungi seseorang yang tiba-tiba menghilang selama 3 hari ini.

"Momo!! Kenapa kau baru mengangkat teleponku sekarang?! Tidakkah kau tahu aku sangat menanti info darimu?" Pekik gadis itu kesal.

"Mian Sana... sebenarnya aku sengaja melakukan hal itu. Bukan karena aku malas! Hanya saja aku tidak bisa." Balas Momo jujur.

"Mengapa tidak bisa?"

"Ya karena tidak bisa, Sana.."

"Lalu sekarang apa kau mendapat informasi penting?" Tanya Sana sedikit malas.

"Tidak ada. Mian.."

"Baiklah, tidak apa."

"Hari ini kau jadi menikah?"

"Ne. Kau tahu, aku benar-benar ingin Dahyun datang kemari. Tapi sampai sekarang saja aku tidak tahu dimana keberadaannya. Aku sangat merindukannya Momo."Jawab Sana terdengar parau.

"Kau sangat merindukannya? Apa mungkin sebenarnya kau juga menyayanginya?" Tanya Momo membuat Sana terdiam.
"Sana? Apa kau mendengarku?"

"Ne, aku mendengarmu. Aku akan menghubungimu lagi nanti karena ku rasa ada seseorang dari balik pintu apartemenku." Ucap Sana ketika mendengar suara ketukan.

"Baiklah, aku akan mengunjungimu suatu hari nanti. Sampai jumpa."

Sana meletakkan ponselnya dan beralih menuju pintu di depannya. Diraihlah knop itu lalu dengan malas ia membukanya. Terlihat seseorang dengan masker dan topi hitam sedang menatapnya.

"Siapa kau?" Tanya Sana mengernyit heran.

"Aku? Aku adalah orang suruhan Eunha untuk menjemputmu." Balasnya menunjuk diri sendiri.

Sana menghela napas kasar. Di tatapnya orang didepannya itu lalu mengangguk pelan.

"Tunggu,.. aku akan bersiap-siap terlebih dahulu." Ujar Sana mendengus kesal lalu kembali masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil tas dan keperluan lainnya.

.
.
.

Sana duduk terdiam sembari memandang luar jendela selama perjalanan. Mata seakan enggan berkedip walaupun sudah cukup lama ia membukanya.

"Kenapa kau terlihat tidak bahagia? Bukannya hari ini kau akan menikah?" Tanya seseorang yang duduk disampingnya sambil mengemudi.

"Setiap orang akan bahagia jika menikah didasari dengan cinta. Tapi aku tidak. Aku menikah dengan Eunha karena dulu orang tuaku pernah berhutang padanya."

"Dan kau menikah karena terpaksa?"

Sana mengangguk dan beralih menatap lawan bicaranya tersebut.

"Kalau begitu lebih baik kau tidak usah datang kesana dan memilih untuk kabur saja."

"Aku ingin melakukannya. Tapi aku juga berpikir bagaimana cara aku membayar hutang dari Eunha itu. Orang tua ku juga pasti tidak akan tenang sebelum hutangnya terlunaskan." Ucap Sana memelas.

Sana sedikit mengernyit ketika matanya beralih menuju jalan yang ia lewati.

"Tunggu-.. kau akan kemana? Rumah Eunha belok kiri dari pertigaan tadi. Tapi kenapa kau tetap lurus ke depan?" Pekik Sana bingung.

"..."

"Apa yang kau lakukan?!" Bentak Sana memukul bahu orang di sampingnya itu.

"Akhh... jangan memukul disana, kau menyakitiku." Ringisnya kesakitan.

"Berbaliklah! Kemana kau akan membawaku pergi!" Sana tidak memperdulikan ucapan orang itu dan terus memukulnya dengan semakin kencang.

Sana bernafas lega ketika mobil itu berhenti dengan tiba-tiba. Mata menatap tajam si pengemudi yang masih meringis kesakitan sambil memegang bahunya.

"Lemah sekali. Padahal aku hanya memukulmu tapi kau sudah kesakitan seperti ini." Ujar Sana meremehkan.

"Sana.. kau tidak tahu, ini memang benar-benar sakit." Balasnya sambil membuka masker yang masih menutupi wajahnya.

Sana mematung. Mata memandang tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang. Tangan terangkat menutup mulutnya sendiri karena terkejut.

"Da--Dahyun?" Ucap Sana gugup.

"Ne, ini aku. Dan ku mohon jangan memukulku seperti tadi." Balasnya masih meringis.

"Ta-tapi bagaimana bisa? Kau-"

"Aku masih hidup. Dan aku kesini untuk menyelamatkan-"

Ucapan Dahyun terpotong karena Sana sudah memeluknya lebih dulu membuat dirinya tersenyum.

"Ku kira aku tidak akan bertemu denganmu lagi, Dahyun." Lirih Sana. "Tapi aku harus ke rumah Eunha sekarang."

"Untuk apa? Menikah? Oh tidak bisa begitu." Balas Dahyun kesal.

"Kau tidak mengerti keada-"

"Siapa bilang? Eomma sudah membayar hutang orang tuamu padanya. Dan mulai sekarang kau bebas. Kau bisa mendapat seseorang yang lebih baik darinya."

"Mwo? Dahyun..."

"Wae?"

"Gomawo, tapi berarti sekarang aku memiliki hutang pada eommamu?"

"Tidak. Kau tidak memilikinya. Anggap saja itu sebagai ucapan terima kasih karena kau sudah membuatku berubah."

"Tapi kemarin eomma mu sangat kecewa padaku kare-"

Dahyun tertawa membuat Sana menggantungkan kalimatnya.
"Mengapa kau tertawa?"

"Mian... mian... eomma ku tidak serius saat itu. Dia hanya seperti berakting." Ucap Dahyun dengan cengiran khasnya.

"Akting? Maksudmu?"

"Baiklah akan ku ceritakan. Selama aku menghilang kau mendapat pesan atas namaku bukan?"

Sana mengangguk cepat.
"Kau tau siapa dia? Aku benar-benar kesal dengan setiap pesan yang ia kirim. Dan ku rasa saat itu dia adalah orang dibalik kecelakaanmu kemarin." Jelas Sana.

"Aku tahu, tapi coba tebak dulu siapa dia?"

"Menurutku dia adalah Nayeon. Karena terakhir kau bersama dengannya."

"Tidak tidak. Kau salah besar."

"Lalu siapa?! Aku benar-benar emosi dengannya. Gara-gara dia aku tidak bisa tidur karena terus berpikir."
Sana mencengkeram kuat lengan Dahyun untuk lebih menatapnya tapi lagi-lagi Dahyun malah meringis dibuatnya.

"Sana... jangan seperti ini. Ini sangatlah sakit untukku."

"Kau ini kenapa sebenarnya? Ku kira kau hanya bercanda."

Dahyun memutar bola matanya.
"Sana ku sayang... kemarin aku kecelakaan tapi kenapa kau masih bertanya kenapa..?" Ucap Dahyun dengan malas.

Sana terdiam kalimat itu benar-benar membuatnya membatu.

"Kenapa diam? Apa aku salah bicara?" Tanya Dahyun bingung.

"Tidak ada. Dimana yang sakit? Maaf aku sungguh tidak tahu." Jawab Sana sembari mengusap lengan dan bahu Dahyun lembut.
"Kau belum memberitahuku siapa yang memakai ponselmu itu!" Lanjutnya menatap kembali gadis di depannya.

"Eoh? Baik, jadi sebenarnya..."













Tbc.
Jangan lupa vote & comment.

Stuck On You (SaiDa)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang