17

3.3K 315 26
                                    

Langkah kaki perlahan mendekat pada seorang gadis yang duduk melamun dengan tatapan kosong dibalik sebuah penghalang jeruji besi. Nafas menghela pelan ketika ia sudah tepat dihadapannya tetapi tidak di perhatikan.

"Nayeon," sapanya namun sang pemilik nama malah mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Maafkan aku. Jujur, aku sangat kecewa padamu. Tapi asal kau tau, aku masih memperdulikanmu. Bahkan aku masih sangat mencintaimu. Aku melakukan ini agar kau berubah sama seper-"

"Hentikan Jennie! Pergilah!" Bentak Nayeon.

"Tolong dengarkan aku. Aku tahu kau adalah orang yang baik. Orang tuamu akan bersedih jika melihatmu seperti ini. Ku mohon... lupakan semuanya dan jangan terjebak oleh masa lalumu terus."

"Aku tidak bisa"

"Kau harus bisa. Dahyun dan eommanya tidak tahu akan apa yang sudah terjadi pada keluargamu. Mereka sudah tidak berhubungan dengan laki-laki itu saat ia mendekati ibumu. Mereka juga ditelantarkan begitu saja olehnya. Kau harus mengerti itu, Nayeon. Mereka berdua adalah korban sama sepertimu. Tolong maafkan mereka." Bujuk Jennie semakin mendekat ke arah Nayeon.

"Pergilah! Aku tidak ingin menemuimu, tapi kenapa kau masih tetap mengejarku?" Tanya Nayeon dengan tatapan sayu.

"Karena aku mencintaimu. Aku rela menggantikan posisimu jika kau memang tersiksa disini. Tapi ku harap setelah itu kau mau memaafkan Dahyun."

Nayeon menatap Jennie tidak percaya.
"Apa cintamu memang sebesar itu untukku?" Tanyanya yang dibalas anggukan oleh Jennie.
"Aku sudah mengkhianatimu. Aku sudah mengecewakanmu bahkan sampai membuatmu celaka. Tapi-"

"Aku sudah melupakan semuanya. Aku memang ingin membencimu. Tapi rasanya aku tidak bisa. Kau tidak perlu membalasnya jika kau tidak memiliki perasaan yang sama padaku." Potong Jennie membuat Nayeon terdiam.

Jennie menghela napas pelan.
"Aku akan kembali lagi besok. Dan aku akan bawakan makanan karena ku rasa kau terihat sedikit kurusan sekarang. Aku tidak mau kau sakit." Lanjutnya bangkit dan melangkah pergi meninggalkan Nayeon yang masih mematung.

.
.
.

Disisi lain kini Sana malah memasang wajah kesal dan marah pada gadis di sampingnya yang dari tadi ikut canggung karena berubahnya suasana.

"Aku ingin pergi." Ucap Sana membuka pintu mobil.

"Tunggu! Kau mau pergi ke mana?" Dahyun menahan lengan Sana.

"Aku malas berurusan denganmu." Ucap Sana datar.

"Maafkan aku Sana."

"Kenapa kau tidak jujur saja. Kau tahu, aku seperti dipermainkan olehmu Dahyun!" Ujar Sana mulai meninggikan nada bicaranya.

"Mian... aku hanya-"

"Hanya apa?!" Bentak Sana membuat Dahyun menunduk takut.

Sana menghela napas kasar. Ditutupnya kembali pintu itu dan mata masih setia menatap gadis putih di sampingnya.

"Seharusnya kau mengatakan jika itu memang dirimu. Kau benar-benar membuatku gelisah. Aku sangat mengkhawatirkanmu tapi kau malah mencoba mempermainkanku. Aku sungguh marah padamu saat ini." Jelas Sana membuat Dahyun mengangguk pelan.

"Mian... aku mengaku salah." Sesal Dahyun.

Jari Sana mencoba mengangkat dagu Dahyun untuk kembali menatapnya.

"Lalu bagaimana dengan sikap Ny. Kim kepadaku waktu itu?" Tanya Sana lembut.

"Ketika aku selamat. Saat itu juga aku langsung menghubungi eomma dan menceritakan semua yang terjadi padanya. Dia sangat terkejut, tapi aku menyuruhnya untuk tetap tenang." Dahyun menghentikan kalimatnya membuat Sana mengernyit heran.

"Kenapa berhenti?"

"Aku butuh bernafas."

Sana memutar bola matanya malas.

"Disaat itu juga aku memberitahunya tentang rencanaku. Aku berniat untuk menghilang agar Nayeon unnie menyangka jika aku sudah tiada."

"Nayeon?"

"Nayeon unnie adalah orang yang ingin mencoba membunuhku."

Tangan reflek menutup mulut dan mata terbelalak menggambarkan betapa terkejutnya Sana sekarang.

"Kenapa ia seperti itu?"

"Aku akan menceritakannya nanti...  Sekarang aku harus melanjutkan penjelasan ku yang tadi." Ucap Dahyun diangguki oleh Sana.
"Jadi, eomma setuju dan memenuhi permintaanku walaupun ia beresiko kehilangan pekerjaannya. Setelah selesai menghubungi eomma, aku beralih mengirim pesan padamu yang dibantu oleh Jennie karena tanganku masih terasa sakit."

"Kau sangat kesakitan? Mianhae, apa sekarang masih sesakit itu?" Ucap Sana cemas.

"Aniya hanya sedikit."

"Baiklah, bisa dilanjutkan?"

"Kau bilang jika kau akan menikah. Sungguh aku benar-benar terkejut saat itu. Tapi ketika kau memberitahuku jika kau sudah memiliki pengganti, di sana aku berpikir bagaimana rencanaku selanjutnya." Dahyun mengambil nafas panjang lagi sebelum melanjutkan.

"Eomma menghubungi ahjumma di rumah untuk menurut setiap kata yang eomma perintahkan padahal itu semua aku yang meminta"

"Jadi saat itu Momo dibohongi oleh ahjumma itu?!" Pekik Sana.

"Tidak. Dia kan sudah memberitahu semuanya secara jujur. Bedanya dia tidak menceritakan tentangku yang sebenarnya baik-baik saja."

"Aku tidak menyangka kalian benar-benar seperti itu." Sana menghela napas lalu menatap mata Dahyun tajam.

"Aku sudah jika ini adalah drama. Kau pikir aku tidak bisa seperti itu?"

"Berarti Ny. Kim memarahiku han-"

"Hanya skenario. Setelah selesai denganmu eomma memberitahuku bagaimana tingkahmu ketika menghadapinya. Dan kau tahu, aku benar-benar tertawa keras saat itu. Sayang kau tidak bisa mendengarnya."

Wajah Sana berubah datar. Ia sangat kesal jika dipermainkan oleh Dahyun seperti ini apalagi dia tidak memiliki rasa bersalah sedikitpun padanya.

"Maafkan aku,..Sana."

"Sudahlah. Aku ingin pulang. Bisakah kau mengantarku?"

"Kenapa kita tidak jalan-jalan terlebih dulu? Aku jarang sekali ke Jepang dan aku ingin menikmati liburanku selama disini."

"Liburan?"

"Tunjukan dimana tempat yang bagus untuk makan. Aku sudah sangat lapar sejak tadi." Ujar Dahyun tanpa mempedulikan ucapan Sana.

"Kita bertukar posisi saja. Biar aku yang mengemudi."

Dahyun mengangguk setuju.
"Bolehkan nanti malam aku menginap di apartemenmu?" Tanya Dahyun ragu.

"Kenapa tidak. Hanya semalam?"

"Ne besok aku akan kembali lagi, dan ku mohon kau harus ikut denganku."

"Sepertinya aku ti-"

"Tidak ada penolakan. Momo unnie berkata padaku jika kau sebenarnya ingin kembali ke sana lagi."

"Momo? Kau sudah bertemu dengan Momo?"

"Dia yang sudah membuatku sampai disini. Aku mengetahui alamatmu karena dia juga."

Tangan Sana mengepal,
"Mengapa dia bilang tidak memiliki info penting padahal dia sudah bertemu denganmu! Aku akan memberimu pelajaran, Momo!"

"Aku yang menyuruhnya. Jadi, tolong jangan memarahinya."















Tbc.
Jangan lupa vote & comment.

Stuck On You (SaiDa)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang