09

3.4K 348 10
                                    

Sinar bulan masuk ke celah jendela disertai udara dingin yang kian menjadi, menandakan jika malam ini sudah larut. Sepasang mata masih terbuka dan setia melihat ke sebuah foto yang terpanjang di dinding tepat didepan ia berbaring sekarang.

Suara pintu yang dibuka perlahan nyaris tidak terdengar sama sekali tak mengambil atensinya sedikitpun.

"Eoh, kau belum tidur?" Tanya Sana dengan berjalan mendekat ke arahnya.

"Mendekatlah padaku." Balas Dahyun tanpa menatapnya.

"Aku sudah dekat denganmu."

"Berbaringlah di sampingku,"

"Apa?"
Sana mengerutkan kedua alisnya, ia bingung dengan permintaan Dahyun yang terkesan penuh tanda tanya.

"Ku mohon."
Sana menuruti perkataan Dahyun dan mulai beranjak untuk tidur di sampingnya. Melihat Sana hanya memakai baju pendek yang tipis, Dahyun pun membagi selimut yang Ia pakai untuk Sana agar Ia tidak kedinginan.

Sana heran dengan perlakuan Dahyun yang cukup manis kepadanya dibandingkan kemarin-kemarin saat mereka pertama bertemu. Ya, Sana pikir memang Dahyun adalah anak yang baik dan sangat lucu.

"Ada apa?" Tanya Sana.

"Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?" Tanya Dahyun yang langsung mendapat anggukan dari Sana.

"Katakan saja."

Dahyun menunduk kemudian mengadah menatap wajah si gadis di sampingnya.

"Apa aku sangat menyusahkanmu?"

"Ani... kau sama sekali tidak menyusahkanku." Jawab Sana dengan serius.

"Tapi aku tidak yakin." Ucap Dahyun dengan terisak.

"Hei, ada apa denganmu? Kenapa kau menangis? Sudah ku katakan padamu jika kau tidak pernah menyusahkanku." Ucap Sana panik melihat Dahyun yang menangis secara tiba-tiba.

"Kenapa kau menangis? Apa menurutmu aku berbohong?" Lanjutnya sembari membantu Dahyun mengusap air matanya.

Dahyun menggeleng pelan.

"Lalu apa? Cerita padaku."

Dahyun memegang tangan Sana yang otomatis memberhentikan aktivitas Sana dan mulai mengambil napas panjang.

"Entah kenapa aku tiba-tiba memikirkan appa."
Sana diam mencoba untuk mendengarkan keluhan Dahyun yang sepertinya belum Ia selesaikan. Tapi posisinya kini benar-benar membuatnya tegang. Dahyun terus mengenggam tangannya erat sambil sesekali mengusapnya lembut. Sana yang memiringkan tubuhnya kini juga sudah menjadi sandaran tubuh Dahyun.

"Kau lihat foto di sana." Dahyun menunjuk foto yang sejak tadi ia lihat kepada Sana.

"Itu appa mu?"

"Ne, saat itu aku masih berusia sekitar 12 tahun. Bersama dengan eomma, setiap hari libur kita bertiga selalu menyempatkan waktu pergi ke taman untuk piknik keluarga. Tapi kebiasaan seperti itu tidak bertahan lama. Disaat usiaku menginjak 15 tahun. Appa benar-benar berubah. Ia jarang sekali ada waktu untukku dan eomma. Bahkan, dia jadi lebih sering membentakku ketika aku mengajaknya pergi keluar. Menangis, hanya itu yang bisa ku lakukan. Eomma saja juga sering di sakiti olehnya. Hingga beberapa bulan kemudian appa menggugat cerai eomma dan pergi meninggalkan kami." Jelas Dahyun.

Sana merasa sakit mendengar penuturan Dahyun. Ia sangat tidak menyangka jika appanya bertindak seperti itu pada mereka berdua. Dalam pikirannya pasti appanya telah memiliki wanita lain di hatinya sehingga tega melakukannya.

"Apakah kau ingin melakukan hal itu lagi?" Tanya Sana membuat Dahyun mendongak menatapnya dengan mata berbinar.

"Aku sangat ingin." Jawab Dahyun antusias.

"Baiklah, karena besok juga hari minggu. Kita pergi ke taman dan berpiknik di sana."

Dahyun mengangguk setuju membuat Sana tersenyum.

"Apa aku boleh mengajak Nayeon dan Jihyo unnie juga?"

"Tentu. Semakin ramai semakin seru."

Dahyun tersenyum senang.
"Ya sudah, aku akan kembali ke kamarku. Dan membangunkanmu besok pagi. Kau sudah lebih baik kan?"

"Ne, sudah lebih baik. Tapi-"

"Tapi apa?"

"Aku akan sangat senang jika kau tidur bersamaku lagi. Jujur, aku sangat nyaman berada di dekatmu. Dan aku juga tidak ada masalah jika harus membagi selimutku denganmu."

"M-maksudmu?" Tanya Sana bingung.

Dahyun ikut memiringkan tubuhnya menghadap Sana. Genggaman tangannya kini ia letakkan di dekat  kepalanya tepat di tengah wajah mereka.

"Pejamkan saja matamu, dan tidurlah." Ucap Dahyun tersenyum kemudian memejamkan matanya perlahan di ikuti oleh Sana dengan canggung.

"Jantungku. Semoga ia tak mendengarnya." Batin Sana.

.

Keesokan paginya, Dahyun mencoba menghubungi kedua temannya dan mengajaknya seperti rencana yang sudah ia susun semalam. Namun, seketika ia murung tatkala mereka berdua tidak bisa ikut karena memiliki jadwal sendiri yang padat.

Sana masuk kembali ke kamar Dahyun untuk mengecek apakah Ia sudah siap atau belum. Dilihatnya Ia duduk di ujung ranjangnya sambil menunduk sedih.

"Ada apa lagi?" Tanya Sana.

"Nayeon dan Jihyo unnie tidak bisa ikut bersamaku."

Sana menghela napas pelan. Tangan terangkat mengangkat dagu gadis berkulit putih itu untuk menatapnya.

"Masih ada aku." Ucap Sana penuh penekanan.

"Yang terpenting kita keluar lalu mencari kebahagiaanmu yang dulu." Lanjutnya.

"Kau benar." Dahyun mengangguk.

"Ok, apa kau sudah siap?"

"Ne,"

"Kalau begitu ayo!" Sana menggandeng tangan Dahyun keluar kamar dan berlalu ke arah yang mereka tuju hari ini.













Tbc.
Jangan lupa vote & comment

Stuck On You (SaiDa)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang