20

3.4K 318 11
                                    

Sudah hampir seminggu lebih Sana dan Dahyun tidak saling sapa ataupun bicara. Meskipun keduanya melakukan aktivitas seperti biasa namun hanya keheningan yang menemani mereka.

Pagi ini Ny. Kim telah membuat keributan dengan omelannya terhadap Dahyun setelah melihat nilainya kembali turun. Dahyun membalas tatapan tajam eomma nya dan beralih menatap Sana di depan pintu secara bergantian.

"Kenapa kau seperti ini lagi, Dahyun?! Apa perlu eomma pergi agar kau berubah? Apa kau membenci eomma? Katakan!" Bentak Ny. Kim. Ia sudah benar-benar hilang kesabaran saat ini. Sudah cukup Dahyun ia perlakukan lembut.

Dahyun diam. Tatapannya tak lepas dari Sana yang menunduk.
"Mianhae eomma... Dahyun sama sekali tidak membenci eomma. Tolong jangan tinggalkan aku lagi." Lirih Dahyun.

Ny. Kim menghela napas. Ia tidak merespon ucapan Dahyun dan memilih untuk pergi berlalu ke kamarnya.

Dahyun mengusap wajahnya kasar. Ia melangkahkan kakinya ke luar dan melewati Sana yang telah menunggunya sejak tadi.

"Maafkan aku..." batin Sana dengan rasa bersalahnya.

.

"Dahyun...." sapa Sana saat di mobil.

"..."
Dahyun hanya diam. Mungkin saja tertidur karena sejak berangkat tadi dia terus memejamkan matanya.

Sana melihat jam di tangannya yang masih menunjukkan pukul setengah 7 pagi. Perlahan mobil ia arahkan ke pinggir jalan dan memberhentikannya.

Mata menatap si gadis putih dengan helaan nafas.

"Dahyun..." ulangnya dengan sedikit lebih keras.

Dahyun terbangun, matanya menelusuri tempat ia berhenti sekarang. Ia mengernyit dan beralih pada gadis di sampingnya dengan tatapan tidak suka.

"Kenapa berhenti? Kau ingin aku terlambat? Kau ingin aku dimarahi oleh eom-"

"Diam dan dengarkan penjelasanku." Ucap Sana meletakkan jari telunjuknya di bibir Dahyun.

"Aku tahu, semua ini lagi-lagi berakar padaku. Nilaimu, sikapmu, semuanya berubah karena diriku. Ku mohon berhentilah bersikap kekanakan seperti ini."

Dahyun menepis tangan Sana kasar. Dan mengadah menatapnya dengan sayu.

"Kekanakan? Iya, itu karena kau, Sana. Kau mengerti kan?" Tekan Dahyun membuat Sana mengangguk.
"Aku...aku... tidak bisa mengendalikan pikiranku-" lanjutnya dengan mata yang mulai berair.

"Aku salah. Bahkan aku membenci diriku sendiri karena membuatmu seperti ini. Aku ingin jujur tapi keadaan belum sepenuhnya mendukung, Dahyun." Ujar Sana menghapus air mata Dahyun.

"Maksudmu? Kenapa kau berkata seperti itu?" Bingung Dahyun.

"Aku menyukaimu. Sudah lama aku merasakannya mungkin sebelum dirimu. Sebenarnya disini kau yang tidak peka dengan hatiku. Kau harusnya sadar akan hal itu. Tapi yang kau pikirkan hanya Jennie saat itu." Jelas Sana membuat Dahyun menyatukan kedua alisnya.

"Mian.. tapi nyatanya kau hanya menganggapku adik. Perasaanmu itu berbeda denganku."

Sana menggeleng pelan dan tersenyum.
"Aku hanya menganggapmu adik, karena kau masih bersekolah, Dahyun. Ny. Kim pernah mengatakan kepadaku jika ia melarangmu untuk berpacaran ketika kau masih berstatus sebagai siswi."

"Lalu?"

Sana menghela napas.
"Jika aku mengatakan hal lebih, kemarin. Kau pasti akan dengan cepat meresmikan hubungan kita. Mianhae... aku tidak ingin kau berpacaran denganku sebelum lulus. Sebenarnya aku ingin, tapi kau belum bisa." Terang Sana membuat Dahyun sedikit mulai paham.

Stuck On You (SaiDa)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang