Dahyun dan Sana sudah tiba di Korea. Mereka bergegas meninggalkan bandara dan menaiki sebuah taksi yang berada di sekitar untuk menuju rumah Dahyun. Sebenarnya Ny. Kim telah menghubungi Dahyun dan berniat untuk menjemput mereka tapi Dahyun menolak. Alasannya ia tidak ingin merepotkan eommanya yang mungkin lelah karena sopir mereka belum kembali dari cuti.
"Apa tubuhmu masih lemas?" Tanya Sana.
Dahyun mengangguk.
"Tapi sudah cukup baik jika dibandingkan tadi." Balasnya santai."Ya, wajahmu masih pucat."
"Dari dulu wajahku memang seperti ini." Jawab Dahyun membuat Sana terkekeh.
"Kenapa kau bisa seputih ini ha? Aku kaget saat pertama kali melihatmu. Ku kira kau albino"
"Aniya... kenapa kau bisa berpikir seperti itu. Aku memang putih tapi aku bukan albino." Protes Dahyun mempoutkan bibirnya.
"Aku mengerti. Jujur aku juga iri dengan kulitmu."
"Ingin bertukar?"
"Maksudmu?" Bingung Sana.
"Bertukar kulit"
"Hei! Apa yang kau katakan. Kau sedang sakit, otakmu sekarang pasti tidak bekerja." Ujar Sana menangkup pipi Dahyun.
"Otakku membeku karena kedinginan. Dan sekarang aku berpikir menggunakan hati."
"Sudah.. sudah.. ucapanmu mulai melantur. Lebih baik kau pejamkan matamu dan beristirahatlah kembali." Sana meletakan kepala Dahyun di bahunya agar si gadis putih itu tidak banyak bicara lagi.
"Dia jauh lebih cerewet jika dalam keadaan seperti ini." Batin Sana sedikit kesal.
"Sana..." Panggil Dahyun.
"Ada apa lagi?"
"Boleh aku mengatakan sesuatu?"
"Hmm.."
"Dadaku sakit."
"Mwo? Benarkah itu?" Panik Sana menatap Dahyun.
"Ne." Suara Dahyun terdengar lemah.
"Kalau begitu lebih baik kita ke rumah sakit saja."
Dahyun menggeleng.
"Dadaku sakit jika aku berada disampingmu. Apalagi dalam keadaan seperti ini." Ujar Dahyun membuat Sana mengernyit.
"Apa kau tak pernah mendengar detak jantungku? Rasanya seperti ingin lepas dari tempatnya karena berdetak tidak teratur." Lanjutnya."Ini menyiksaku... Dan aku ingin bertanya apa penyebabnya." Dahyun memilih mendongak dan mendekatkan wajahnya ke wajah Sana yang masih kebingungan mencerna kalimat Dahyun.
"Apa mungkin karena aku menyukaimu?"
Sana membulatkan matanya karena pertanyaan itu."Yak! Itu tidak mungkin." Tegas Sana.
"Lalu bisa kau jelaskan perasaan apa yang sedang ku alami?"
"A-aku tidak tahu. Kau yang merasakannya bukan aku." Terang Sana sedikit gugup.
Dahyun menghela napas kasar. Ia bergeser menjauh dari Sana memilih untuk bersandar pada pintu taksi dan mengalihkan pandangannya ke arah luar.
"Ku rasa aku salah mengartikan perasaanku. Bahkan dia juga tidak menyadari atau memiliki perasaan yang sama." Batin Dahyun mendengus kesal.
Sana melirik ke arah Dahyun. Rasa bersalah hinggap di dirinya.
"Sungguh aku tidak mengerti denganmu." Batin Sana dan ikut bersandar di lawan sisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck On You (SaiDa)✓
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Dia datang tiba-tiba membawa perubahan untukku. Perubahan yang aku inginkan selama ini. Warning! GxG