10.27 kst
Sana baru saja tiba di rumah Kim. Pagi ini Ia pergi bersama ahjumma untuk membeli beberapa keperluan di supermarket langganan yang sedikit jauh dari rumah.
"Terima kasih telah membantu saya,. Ini memang bukan yang pertama kalinya. Tapi pekerjaan saya lebih ringan berkat anda." Ucap ahjumma ramah pada Sana.
"Tidak masalah ahjumma. Bahkan aku juga bisa membantu setiap hari."
"Tidak perlu, tugasmu hanyalah mengurusi nona Dahyun. Bukan menjadi pembantu dari pembantu rumah tangga."
Sana terkekeh,
"Baiklah, kalau begitu saya ke kamar Dahyun dulu."
Ahjumma tadi mengangguk dan tersenyum.
.
Sana masuk ke kamar Dahyun yang lumayan berantakan menurutnya. Apalagi tadi Dahyun hampir terlambat hingga tidak sempat membereskan tempat tidurnya. Wajar, karena Ia terlalu nyaman tidur dipelukan seorang Sana.
Sesekali Ia tertawa jika mengingat kejadian semalam. Tapi, entah kenapa ia juga sangat mengkhawatirkan ketakutannya itu dalam waktu bersamaan.
"Semakin lama, aku semakin penasaran denganmu." Gumam Sana mulai membersihkan kamarnya.
Drrtt...drrtt...
"Halo Sana,"
"Ne, Ny. Kim ada apa?"
"Dimana kau sekarang?" Tanya Ny. Kim dengan suara cemas.
"Aku berada di kamar Dahyun. Ada apa?" Sana bingung.
"Cepatlah kau susul dia ke sekolah. Gurunya memberitahuku bahwa Dahyun pingsan."
"Mwo?! Baiklah aku akan segera ke sana. Maaf karena tidak bertanggung jawab akan tugasku."
"Sudahlah tak apa. Kau kabari aku tentang keadaannya nanti."
"Ne,"
Sana bergegas pergi. Ia sempat tidak percaya. Apa benar Dahyun pingsan?
.
"Bagaimana dengan Dahyun?" Tanya Sana pada kedua temannya.
"Kata petugas uks tadi Ia baik-baik saja. Ya, walaupun ada sedikit memar di bagian punggung atasnya." Jelas Jihyo.
"Apa yang terjadi sebenarnya?"
"Dia dipukul oleh seseorang menggunakan balok kayu." Jawab Jihyo.
Sana menghela napas kasar.
"Siapa dia?!"
"Kami tidak tahu. Tapi yang jelas sebelum itu Dahyun sempat berbicara pada Jennie, siswi murid kelas sebelas IPA 2." Sambung Nayeon.
Tanpa membuang waktu Sana pergi dan mencari gadis itu.
"Darimana kau tau Dahyun berbicara pada Jennie?" Heran Jihyo.
"Tidak penting. Yang jelas, kita coba bangunkan Dahyun sekarang." Ucap Nayeon.
.
Sana berjalan ke arah kelas Jennie dengan kemarahan. Namun, Ia harus bisa menahannya mengingat ini adalah sekolah dan Ia tidak boleh membuat keributan.
"Bisakah kau panggilkan Jennie? Aku perlu berbicara padanya sekarang." Ucap Sana dingin pada beberapa orang siswa yang berada di pintu masuk.
Salah seorang diantara mereka menurut dan masuk ke dalam memanggil Jennie, hingga tak lama kemudian yang Ia caripun keluar.
Dengan cepat Sana menarik Jennie untuk ikut dengannya. Ia tak peduli dengan tatapan bingung siswa di sekitarnya yang jelas sekarang Ia benar-benar butuh kesaksiannya.
"Lepaskan tanganku!" Pekik Jennie.
Merasa tempat yang sekarang tidak terlalu banyak orang, Sana memutuskan untuk berhenti.
"Apa yang kau lakukan pada Dahyun?"
"Aku tak melakukan apapun."
"Lalu bisakah kau katakam apa saja yang kau bicarakan dengannya?"
"Kau tidak berhak menanyakan hal itu."
"Baiklah, aku tidak akan memaksamu. Tapi, jelaskan kenapa Dahyun bisa seperti itu?!"
"Aku tidak tahu."
"Aku bisa melihat kebohongan di matamu."
"Aku sudah bilang tidak tahu, kalau kau tidak percaya tanyakan saja pada Dahyun sendiri." Ucap Jennie kemudian pergi meninggalkan Dahyun.
Sana menghela napas.
.
"Dahyun, kau sudah merasa baikan?" Tanya Sana.
"K-kenapa kau bisa ada disini?"
"Kalau sudah lebih baik kita pulang dan kau istirahat di rumah."
Dahyun mengangguk. Sana ingin menanyakan siapa pelakunya, tapi tidak untuk sekarang. Ia rasa Dahyun masih terlihat shock dengan apa yang baru saja Ia alami.
"Kalian berdua tolong ambilkan tas Dahyun, aku akan menunggu di parkiran." Ucap Sana pada Jihyo dan Nayeon yang sedari tadi menjaga Dahyun.
"Baiklah. Cepatlah sembuh, Dahyun. Biarkan Ia tidak sekolah sementara waktu. Aku mengkhawatirkan memarnya." Ucap Jihyo.
"Aku tahu." Ucap Sana datar.
Dahyun menatap Sana selagi Ia berbicara pada kedua temannya.
"Kau bilang kau akan mengawasiku dan menjagaku. Tapi kenapa kau sama sekali tak bertanya atau berniat mencari tahu siapa yang membuat aku seperti ini. Apa mungkin kau hanya menuruti perkataan eomma dan tidak benar-benar peduli padaku. Rasanya sakit, Sana." Batin Dahyun.
"Jangan menatapku seperti itu. Bisa-bisa kau akan jatuh di didalamnya."
"Apa yang kau maksud?!"
"Jangan terlalu di ambil hati," Sana terkekeh.
Dahyun menghela napas kesal.
Tbc.
Jangan lupa vote & comment
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck On You (SaiDa)✓
Fanfiction[COMPLETED] Dia datang tiba-tiba membawa perubahan untukku. Perubahan yang aku inginkan selama ini. Warning! GxG