004 - Eccedentiast [part 4]

10 0 0
                                    

(n.) Someone who fakes a smile, when all they want to do is cry, disappear and/or die; someone who hides pain behind a smile


"Blessing and glory to Your Majesty." Aku menyingkat salam yang seharusnya dengan asal-asalan dan berusaha untuk mempercepat. "Saya sudah berhasil menyelesaikan misi yang Yang Mulia berikan."

Sesegera mungkin aku ingin menyelesaikan laporan. Pemimpin kerajaan yang duduk di atas singgasananya terlihat acuh tidak acuh.Ini jauh lebih baik daripada ia menunjukkan kebenciannya terang-terangan dari masa lalu. Terkait soal kebencian dan dendam yang menyelimuti kerajaan ini, aku juga termasuk.

Sejak awal ia tidak menyukaiku, sama juga halnya denganku. Namun aku masih terikat dalam belenggu sehingga masih menjadi bawahannya saat ini. Misi-misi yang kuterima juga memiliki keterkaitan. Orang di hadapanku ini hanya ingin memanfaatkan kekuatanku dan menunggu kabar kematianku. Jika dia hanya menginginkan orang yang kuat, tentu masih ada orang lain.

"Sekian dari laporan saya, Yang Mulia."

"Baiklah, permasalahan internal dan eksternal kerajaan hampir usai. Saya hanya tinggal menunggu kabar dari Hazard Fairleigh dan Milicent. Anda diperbolehkan pergi untuk saat ini, Hazard Andrez."

Napasku menjadi lebih lega. Sebagai efek sampingnya, hal yang sebelumnya tidak begitu kukhawatirkan menjadi lebih berdampak padaku saat ini. Kepalaku sakit. Mengesampingkan hal itu, kukira aku menjadi orang yang terakhir melapor, tapi ternyata masih ada dua nama lagi. Fairleigh dan Milicent, itu berarti Xavier dan Kyle. Ini tidak seperti biasanya. Setahuku dua orang itu sangat tanggap dibandingkan yang lain. Sepertinya mereka memiliki kendala atau apa pun itu.

Sudahlah, Aku telah melewati bagian terburuk dari hari ini. Tanpa basa-basi lebih lanjut, aku segera meninggalkan tempat. Seharusnya bagian terburuknya tadi adalah yang terakhir untuk hari ini, tetapi aku salah. Ada bagian lain yang harus kulewati, bahkan jika itu bukan yang lebih buruk dari yang kuanggap paling buruk.

Seorang laki-laki dengan rambut kemerahan yang menyala datang mencegatku. Sikapnya tidak bisa dibilang bersahabat. Di belakangnya, seorang perempuan berusaha untuk menahannya, tetapi dia berakhir dengan ciut karena kata-kata kasar laki-laki itu.

"Hazel Rafelion Andrez, aku menantangmu untuk duel denganku."

In the Future Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang