023 - Erlebnisse [part 7]

7 1 0
                                    

"Oh, mereka sudah akan berangkat!" setelah mengintip melalui jendela kereta, perempuan yang lebih sering dipanggil Uri itu kembali duduk ke tempatnya. "Akhirnya ... aku tenang."

Kereta kami bergerak di belakang kereta pertama. Tidak ada maksud tertentu, hanya masalah kusir dan kuda kereta yang telah dipersiapkan. Kemudian kami terpaksa berangkat terlambat karena kecerobohan Trevis dan Sasha dari kereta yang pertama sehingga kami menjadi harus menunggu.

"Baguslah kalau begitu." Perempuan yang mewarnai rambutnya menjadi sebiru laut itu terlihat puas. Awalnya, begitu mengetahui kami harus menunggu lebih lama, dia dengan lantang mengatakan 'Sialan kau, dasar belatung! Apa perlu aku mencongkel kedua matamu itu dengan sendok?' dan Estelle yang akhirnya menenangkannya sebelum hinaannya menjadi lebih kasar lagi.

Selang beberapa waktu, akhirnya kereta bergerak. Aku melihat ke orang yang duduk di sampingku, sepertinya dia sudah mulai merasa lebih baik. Tidurnya pulas sekali. Dia tidur tanpa terganggu sedikit pun sejak masuk ke kereta. Karena gemas, aku mencubit pipinya yang masih terasa panas.

Kayleen mulai menyindir lagi, "Seringaimu membuatku merinding." Perempuan itu menunjukkan gelagat seperti yang dikatakannya. Matanya menoleh ke Hazel dan tersenyum merendahkan. "Dia tertidur bahkan sebelum kita berangkat."

"Sudahlah, Kay. Bahkan sebelum matahari terbit kau sudah seperti ini. Lebih baik kaugunakan cara lain untuk melampiaskan emosimu." Estelle mencoba untuk menghentikan Kayleen lagi.

Aku lebih suka untuk memanggil para perempuan Hazard dengan nama utuhnya. Nama depan untuk Sasha Firia dan Kayleen Esterine; serta nama tengah untuk Urania Estelle dan Nathalie Carla. Sementara itu aku laki-laki lain dengan panggilan manis seperti Ernest Laurence dengan Ernie dan Ludwig Alderan dengan Aldy karena mereka sangat manis dipangggil dengan nama itu.

"Nama mengerikan apa itu?"

Namun sayangnya itu tidak bekerja pada Trevis Rickwerd yang awalnya ingin kupanggil Ricky. Katanya dia sangat terkejut hingga merasa seperti merinding. Apa sebegitu buruknya dengan nama itu? Karena respon itu akhirnya aku tidak memanggilnya dengan nama yang kuinginkan.

Mengingat kenangan lucu itu, aku menjadi sedikit tenang. Apalagi melihat Hazel di sampingku yang sangat lelap. Aku tidak memanggil anak itu dengan sebutan lain, bagiku Hazel sudah cukup manis untuknya. "Ah ... rasanya seperti memiliki adik sendiri." Aku melepaskan tanganku dari mencubit pipinya.

"Adik?"' Estelle memiringkan kepalanya heran. Kemudian raut wajahnya berubah seolah menyadarinya. "Betul juga, kalau berdasarkan umur Xavier dan Ludwig adalah yang paling tua."

"Aku lahir dua bulan setelah Aldy," ucapku untuk memperjelasnya. "Setelah itu, tahun berikutnya adalah tahun kelahiran Ernie dan Sasha. Trevis, Estelle, dan Kayleen sepantaran di tahun berikutnya lagi. Lalu Carla dan Hazel adalah yang paling muda." Aku mengingat semua tanggal lahir teman-temanku ... lebih tepatnya seluruh saudaraku. "Bagiku, kalian semua adalah adik-adikku."

Kayleen mulai menyindir lagi. "Tidak kusangka ada orang yang terjangkit penyakit persaudaraan seperti itu." Perempuan itu berterus terang dengan apa yang dia rasakan. "Itu menjijikkan!"

"Sudahlah, Kyle ...."

"Meskipun kau sangat membenciku, tapi aku tidak bisa membencimu, Kayleen."

Sayangnya setengah dari apa yang ucapkan kali ini adalah kebohongan. Semuanya di sini adalah teman akrabku yang pembohong. Mungkin memang sudah melewati batas keakraban biasa, tapi aku masih merasakan ada dinding pemisah yang tidak jelas karena baik aku dan mereka adalah pembohong. Aku sudah tahu apa yang ada di balik dinding itu. Satu-satunya yang bisa kudekati adalah Hazel, karena itu aku sudah menganggapnya sebagai adikku sendiri.

Jika mereka bukan pembohong, aku pasti sudah menganggap mereka semua sebagai adik-adikku yang sangat manis. Meskipun semua itu hanya kebohongan belaka.

In the Future Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang