Setidaknya berbagi ke orang yang kamu percaya bisa membuat perasaan kamu lebih baik. Jangan dipendam sendiri. Ingat, kamu punya teman-teman di sini. Kita, kan, keluarga.
Selamat membaca~
...
...
...Setelah puas ribut dan dua pelaku penculikkanku sudah datang, sekarang kami makan dengan tenang. Makan siang pukul sebelas lebih lima belas menit.
Perdebatan antara aku, Haechan, dan Jaemin baru berhenti ketika Jeno dan Renjun datang. Tapi keributan baru muncul saat Jeni datang dan mendengarku berteriak karena Haechan tidak sengaja memukul kakiku yang lecet.
Jeno langsung panik sampai lupa melepas sepatu dan masuk ke ruang lesehan ini, sampai Renjun menendang kakinya karena masuk memakai sepatu.
Aku diam ketika Jaemin mulai menjelaskan apa yang terjadi dan alasan kenapa Jeno harus membeli obat P3K, Jeno hanya menggeleng heran padaku
Dengan bantuan Jaemin, luka yang bagiku tidak terlalu parah ini terlihat lebih baik tertutup plester bergambar bunga-bunga.
"Aku kira Haechan yang pakai, jadi ambil yang bunga-bunga," kata Renjun tadi.
Seolah sebelumnya tidak terjadi apapun, sekarang kami makan dengan tenang. Mungkin kecuali aku yang benci pada ketenangan, ketentraman.
Sesekali aku menganggu mereka, menguji kesabaran anak-anak dream yang terlihat tipis ketika mereka tersorot kamera. Selalu ada kehebohan di mana-mana. Tapi kali ini yang kulihat hanya wajah lelah dan mengantuk, mereka seperti tidak tidur beberapa hari.
Akhirnya aku memilih berhenti, kasihan juga melihat wajah melas anak-anak muda pejuang mimpi ini.
Tapi, berada di situasi ini membuatku semakin menyadari jarak antara aku dan mereka yang semakin lama semakin jauh. Lebih jauh dari jarak antar dua negara. Ini adalah batas tak kasat mata yang tercipta oleh waktu dan kesibukkan.
Aku menunduk, tersenyum miris membayangkan dulu kami pernah sangat-sangat dekat sampai dihukum bersama karena kompak melanggar aturan. Untung saja tidak sampai ditendang dari perusahaan.
Setelah selesai makan, Jaemin dan Haechan kembali melanjutkan aktifitasnya tadi, main game, Jeno bergabung bersama mereka. Sementara Renjun ke luar untuk mengambil sesuatu.
Sebenarnya, bohong jika aku tidak merasa diabaikan. Mereka sibuk dengan dunia masing-masing, aku bahkan tidak bisa bergabung. Percuma, aku tidak paham dengan game yang mereka mainkan.
Tapi di sisi lain, aku merasa senang. Sebagai seorang bintang dengan kesibukkan yang padatnya tidak terkadang manusiawi, mendapat waktu senggang seperti ini adalah sebuah hal langka. Mereka harus bisa menikmatinya semaksimal mungkin, apalagi sebentar lagi mereka akan comeback dengan formasi baru. Jadwal promosi akan semakin padat.
Dan mungkin bisa jadi ini terakhir kali aku bisa berkumpul bahkan bertemu dengan mereka, berada di jarak sedekat ini. Seperti dulu saat masih sama-sama menjadi trainee.
Tepat saat Renjun kembali, aku berdehem. Kebosananku sudah berada di puncak. Terlalu lama kabur juga tidak baik untukku. Sekarang pasti Eun Eonni sedang mengomel di ruang latihan trainee karena aku yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar.
Untung-untung kalau Eun Eonni membiarkanku menenangkan diri setelah diusir dengan kejam tadi pagi, kalau malah dihukum bagaimana?
"Kenapa?" tanya Renjun, tiga temannya masih asik main game.
"Aku bosan. Antar ke SM lagi dong, mau ke tempat latihan trainee, kangen mereka," ujarku memelas.
"Manja banget sih." Haechan berkomentar tanpa mengalihkan perhatian dari ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Dreams - 99 Days With Dream [SELESAI]✔
Fanfiction[REVISI] RE-PUBLISH BERKALA Untuk kalian, jangan pernah jadi orang bodoh seperti aku. Namaku Ryu Stiffy Adelard Lahir di Callifornia, 01 September 2001 Menjadi hidden trainee di SM Entertainment sejak 2008 sampai 2019. Debut atau berhenti? Entah...