24.

1.6K 162 30
                                    

Sekeras apapun berjuang, sekuat apapun bertahan. Tapi jika semesta menghendaki harus berhenti, apa yang bisa dilakukan?

Selamat membaca~

***

Pagi-pagi sekali aku terbangun karena suara gaduh di luar kamar, kulihat Lami masih meringkuk di balik selimut barbienya.

Dengan mata sipit dan nyawa setengah, aku meringsut turun dari kasur, lantas melangkah menuju pintu.

"Eonni, ini nggak serius, kan?" Suara Hina Eonni terdengar cemas, membuat gerakkan tanganku tertahan. Kuurungkan untuk menyentuh knop pintu, di sini obrolan mereka sudah terdengar.

"Hina, aku-- sebenarnya...." Kalimat menggantung Jungyeon Eonni membuatku penasaran.

"Eonni..." Lami memanggil. "Jam berapa?"

Kulirik jam di atas meja belajarnya. "Enam, tidur dulu saja, nanti kubangunkan."

Lami mengangguk, lalu tidur lagi. Kemarin dia bergadang menyelesaikan tugas sekolah yang menumpuk karena minggu lalu sibuk latihan.

Minggu ini kami dapat banyak waktu istirahat sebelum bertemu dengan evaluasi akhir bulan. Katanya ada yang berbeda dengan evaluasi akhir bulan ini, kami harus menyiapkan diri.

"Eonni yakin akan berhenti?" Perhatianku kembali teralih pada pintu, keningku berkerut.

"Berhenti?"

"Aku tidak punya pilihan, Koeun-ah."

Brak! Pintu kubuka dengan kasar. Di sana ternyata bukan cuma ada Hina Eonni, Koeun Eonni, dan Jungyeon Eonni. Ada juga Jimin Eonni, dan beberapa trainee lebih tua dariku, mereka sedang mengobrol serius.

"Ada apa?"

Mereka kaget dengan kehadiranku, terlebih Jungyeon Eonni. Dia menatapku seolah sedang menyembunyikan sesuatu dan akhirnya aku tetap tahu.

"Eonni..." Kulihat di dekat Jungyeon Eonni ada sebuah koper berwarna tosca, aku tahu itu miliknya. Kemarin setelah pulang diantar Mark, aku membantu Jungyeon Eonni berbenah.

"Eonni berangkat pagi ini? Masih pagi banget."

Mereka bertatapan satu sama lain, lalu Jungyeon Eonni mendekat dan mengusap puncak kepalaku.

"Kenapa bangun? Kemarin kamu tidur larut, hari ini masih libur. Sana, tidur lagi sama Lami."

Aku menggeleng. "Ini ngapain? Kenapa Hina Eonni... Menangis?"

Hina Eonni yang membuang muka saat aku muncul tadi langsung menoleh, tidak ada air mata lagi tapi aku tahu tadi dia menangis.

"Enggak ada apa-apa," geleng Jungyeon Eonni. "Oh, ya, tadi Kenzie Eonni kirim pesan buat kamu. Tapi di ponsel Koeun."

Aku menatap Koeun Eonni, dia agak kaget karena Jungyeon Eonni menyebut namanya. Kemudian, Koeun Eonni mendekat dan memberikan ponselnya padaku.

Mendengar nama Yeonjung Eonni disebut saja perasaanku sudah bilang ini bukan hal baik, pasti liburku diganggu lagi.

"Ke kantor SM jam 9?" Aku berdecak. "Tuh, kan, kebiasaan."

Dear Dreams - 99 Days With Dream [SELESAI]✔  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang