09.

1.4K 139 10
                                    

Ryugi sulit untuk menunjukkan perasaannya, karena itu ia menulis lagu.

Selamat membaca~

...
...
...

"Payah."

Brak!!

Semua manusia di ruangan ini membeku setelah pintu dibanting dengan penuh amarah, tidak terkecuali aku yang sekarang hanya bisa menatap kosong pintu silver itu.

Selama beberapa saat, aku tidak berkedip, bahkan menahan napas. Sampai akhirnya setetes keringat masuk ke dalam mataku, memberikan sensasi dingin dan perih dalam satu waktu.

Sama seperti kejadian yang baru saja berlalu, suara dingin yang penuh penekanan mengukir rasa perih yang sulit dijelaskan.

Pundakku naik turun bersamaan dengan napas yang tidak beraturan, dadaku rasanya sesak, namun ini bukan saat yang tepat untuk terisak.

Aku menghela napas, merepet pada tembok tidak jauh di belakangku. Lalu merosot dan duduk meringkuk masih dengan pikiran kosong.

Dalam keadaan seperti ini, aku masih berusaha mencerna satu kata yang sukses membuat seisi ruangan ini hanya diam mematung, bahkan Eun Eonni.

Payah? Payah? Pa-yah? Aku payah?! What the— payah?!

Shit! Kenapa sekarang semakin sesak?

Aku menghela napas, menekan bagian dadaku yang seakan baru saja ditusuk dengan anak panah yang bermata tajam. Sakit.

Beberapa pasang mata yang semula memaku pada pintu silver itu, menoleh padaku, mereka tampak terkejut, lalu berlarian ke arahku.

"Ryugi, kamu tidak apa?"

"Ryugi,"

"Ryugi, katakan sesuatu!"

"Hei, jangan diam saja!"

"Ryugi!"

"Aku—" Tenggorokkanku tercekat. "Payah?" ucapku susah payah sambil menunduk, tidak ada air mata yang jatuh, namun ini malah semakin membuat rongga dadaku sakit.

Tenggorokkanku terasa panas, dan semua terasa menyakitkan.

Hina Eonni menggeleng, mencengkeram kedua bahuku, lalu mengguncang pelan tubuhku yang terasa sangat lemas.

"Ryugi, dengarkan kami--"

Aku mendengar kalian sejak tadi, namun terlalu sulit untuk merespons. Otakku bekerja sangat lambat sekarang, masih mencerna satu kata itu.

Seakan pikiranku tidak berada di tempat ini, pergi bersama semangat dan tenagaku, entah ke mana. Seseorang tolong aku, ini membingungkan.

"Ryugi—"

"Eonni,"

"Ya? Kamu butuh sesuatu? Katakan saja." Aku melihat wajah panik mereka, membuatku merasa jahat.

"Aku capek, istirahat dulu ya, nanti latihan lagi," ujarku lemas.

Jungyeon Eonni duduk di sebelah kananku, menarik kepalaku agar bersandar di bahunya. Aku hanya menurut, lemas sekali.

"Kamu lemas banget, pulang ke dorm aja ya?"

Aku menggeleng, membiarkan Jungyeon Eonni mengusap puncak kepalaku.

"Ya Ryugi, kamu pulang saja, nanti aku bilang pada yang lain kalau kamu izin pulang." Eun Eonni mendekat, lalu duduk di hadapanku.

Aku tertawa kecil, ini saja rasanya menguras tenaga. "Eonni mau buat alasan apa? Aku sakit? Jangan. yang ada malah aku disuruh masuk rumah sakit gara-gara sakit-sakitan mulu." Kuakhiri dengan kekehan susah payah.

Dear Dreams - 99 Days With Dream [SELESAI]✔  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang