15.

1.3K 126 21
                                    

Tidak ada yang mustahil selama kepercayaan dan tekat itu masih melekat kuat di dalam dirimu.

Selamat membaca~
...
...
...

Benar yang dikatakan Haechan, kami langsung menuju SM setelah menjemput Jisung dan Chenle.

Dua maknae line itu sekarang sedang membuat kegaduhan di samping Jaemin, Renjun duduk di seat samping kursi kemudi, sementara Jeno yang mengambil alih kemudi.

Sebenarnya aku tidak percaya cowok itu yang akan memegang kemudi, tapi mengingat hanya dia yang berani mengemudi di usia baru menginjak 20 tahun, kami tidak punya pilihan lain.

Aku duduk di seat paling belakang, bersama Haechan yang kini terlelap, dia tampak kelelahan. Tentu saja.

Haechan baru kembali dari tour Eropa bersama NCT 127, tapi sekarang dia malah keluar bersama Dreamis seperti ini.

Saat tertidur seperti ini, wajah tengilnya tidak terlihat, hanya menampilkan Haechan polos yang kelelahan. Aku tersenyum.

"Haechan." Perlahan tanganku mengguncang bahu lebarnya.

Haechan mengerjap, langsung menegakkan duduknya, dia menoleh padaku. Terbiasa dibangunkan mendadak dan paksa, Haechan jadi cepat merespons.

"Ada apa? Sudah sampai?" tanyanya dengan suara serak.

Aku menggeleng. "Nggak sakit ya sandaran di sana? Nggak pusing kepentok?" tanyaku.

Haechan tidak menjawab selama beberapa saat, hanya menatapku kosong, lalu menggeleng.

"Sini tidur." Aku menepuk pundak, membuat Haechan mengikuti arah gerakkan tanganku.

Dia tersenyum tipis. "Terima kasih." Lalu menyandarkan kepalanya di bahuku dan kembali terlelap.

"Jaga kesehatan, Haechan. Jangan sakit, nanti banyak yang sedih," bisikku.

Tanpa kusangka, Haechan menggangguk. Kukira dia sudah terlelap lagi, aku hanya tersenyum.

...
...
...
...
...

"Hei, bangun. Haechan, Ryugi. Malah ketiduran!"

Aku merasakan seseorang mengguncang bahuku, samar-samar terdengar suara memanggil namaku dan Haechan.

Aku masih menutup mata saat merasakan sesuatu yang bersandar di pundakku bergerak, lalu terdengar perdebatan.

"Ryugi, bangun."

Sekarang mataku mau terbuka walau mungkin hanya terlihat segaris, samar aku melihat Jaemin di tempatnya namun dengan posisi berbalik untuk membangunkanku.

"Kita sudah sampai, ayo keluar," kata Jaemin ketika aku mengucek mata untuk menjernihkan penglihatan.

Aku mengangguk, lalu keluar bersama Haechan. Gedung tinggi SM terlihat sangat megah dari tempat ini, kami ber-tujuh berjalan menyeberangi jalan menuju halaman gedung itu.

Kami memang tidak langsung parkir di halaman karena Jeno tidak mau dimarahi dengan alasan menyetir sendiri, nanti supir akan membawa van kecil yang kami tumpangi tadi.

Selama perjalanan aku hanya menunduk, bodohnya aku lupa membawa masker, dan sekarang berjalan beriringan dengan enam Idol bermasker.

Jika ada Fans, Fansite, atau bahkan Ssaeng mereka, aku bisa mati.

Jeno yang berjalan di sampingku mungkin mengerti kegelisahanku, dia melepas jaket dan menyodorkannya padaku.

"Tutup wajahmu," titahnya.

Aku langsung mengerti, memakai jaket Jeno tanpa banyak bertanya lagi, dan menutup separuh wajah dengan penutup kepalanya. Lumayan.

Baru sampai di depan lift yang kebetulan terbuka, aku langsung bertemu dengan orang yang menghancurkan moodku tadi pagi.

Dear Dreams - 99 Days With Dream [SELESAI]✔  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang