Semua orang punya porsi masing-masing dalam hal keberuntungan ataupun kemalangan. Jika sekarang keberuntunganmu belum datang, bukan berarti kamu tidak akan pernah mendapatkannya, hanya menunggu waktu hingga giliranmu tiba.
Jangan menyerah, Tuhan tahu seberapa kuat kamu, kesabaranmu akan memberikan sesuatu yang manis di kemudian hari.
Selamat membaca~
...
...
...Aku dirawat satu minggu di rumah sakit karena kejadian mengerikan itu, dan sekarang adalah dua hari sebelum comeback Lee.
Astaga! Kenapa aku masih memikirkan itu? Padahal seharusnya memikirkan diri sendiri yang sekarang terbaring lemah.
Aku sempat kritis, katanya. Mau tidak percaya, tapi semua yang menjenguk bilang seperti itu.
Beberapa senior menjengukku bergantian selama tiga hari terakhir, karena aku baru bisa dikunjungi selain keluarga.
Bibi Shin pamit pulang dulu untuk mengambil pakaianku lagi, tadi pagi Shin Ryujin dan Hwang Yeji menjengukku, tapi tidak lama dan langsung kembali.
Katanya setelah ini akan ada yang menjengukku lagi, karena itu Bibi Shin bisa meninggalkanku.
Cekleck!
Pintu ruangan terbuka, memunculkan pemuda tinggi dengan masker dan topi hitamnya. Aku tersenyum tipis melihat Johnny yang datang.
"Siang, Ryugi," sapanya, meletakkan parsel buah yang dia bawa ke atas nakas.
Johnny menarik kursi dan duduk di sebelah kiri ranjang tempatku berbaring, bagian kanan kamar rawatku sudah penuh karangan bunga yang dibawa setiap menjengukku. Padahal aku masih hidup.
"Bagaimana keadaanmu?" tanyanya.
Aku mengangguk lemah. "Lebih baik," jawabku singkat.
Johnny mengangguk, pemuda jangkung meraih buah jeruk lalu mengupasnya. Dia menatapku selama mengupas jeruk.
"Lukanya masih sakit?" Johnny menyodorkan satu bagian buah jeruk tepat di depan mulutku, aku langsung membuka mulut dan menyantapnya.
Aku menggeleng. "Nggak sakit, cuma kadang perih kalau dibuat gerak."
"Selain wajah ada yang luka lagi?"
Aku sedikit kesal saat mengetahui fakta kalau wajahku sekarang sangatlah parah. Lebam dan beberapa luka gores, bahkan aku baru bisa bicara kemarin karena wajahku bengkak.
Katanya aku jelek, kok dibuat semakin jelek. Dasar, anak-anak!
"Tanganku yang kiri kebakar, kayaknya kopi deh." Aku melirik lengan bawah tangan kananku yang diperban, katanya melempuh, tapi tidak parah.
"Terus?" Johnny masih menyuapiku setiap buah jeruk di mulutku habis.
"Udah nggak ada, itu doang."
"Itu doang?!" Johnny mengulangi, tapi dengan nada berbeda, sedikit lebih tinggi, seolah tidak percaya aku mengatakan seperti itu.
"Itu doang tapi nggak bisa ngapa-ngapain seminggu," dengusnya. "Kok bisa sih? Masalahnya apa? Mereka siapa?"
Entah Johnny sunbae orang ke berapa yang telah bertanya seperti ini, aku selalu menjawabnya dengan senyuman.
Aku tidak mau dia merasa bersalah. Kenapa? Faktanya mereka adalah penggemar group Johnny, otomatis penggemarnya juga. Kalian jangan bilang padanya. Aku tidak mau dia-- dan teman-teman segerombolannya merasa bersalah atas kejadian ini.
"Senyum doang, hm? Siapa pelakunya?"
"Anak sekolah. Biasa lah, masalah sepele."
"Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Dreams - 99 Days With Dream [SELESAI]✔
Fanfiction[REVISI] RE-PUBLISH BERKALA Untuk kalian, jangan pernah jadi orang bodoh seperti aku. Namaku Ryu Stiffy Adelard Lahir di Callifornia, 01 September 2001 Menjadi hidden trainee di SM Entertainment sejak 2008 sampai 2019. Debut atau berhenti? Entah...