07. Tentang Miko

8.4K 457 17
                                    

Miko tak pernah menampakkan diri di hadapan Rachel lagi. Bukannya ia lelah karena penolakan yang selalu Rachel berikan untuknya, tapi ia ingin menunggu gadis itu siap untuk mendengar penjelasan darinya.

Namun, dia tak tahu sampai kapan Rachel akan merimanya kembali.

Miko menghembuskan nafas gusar. Ia sekarang percaya pada butterfly effect. Atau mungkin karma. Ia terlalu sembrono memenuhi permintaan itu sampai ia terjebak dan sulit melepaskan Rachel.

Iya, Rachel yang memutuskan hubungan mereka.

Miko kembali teringat ketika saat-saat dimana Rachel meminta mengakhiri hubungan mereka. Wajah gadisnya itu, yang sekarang menjadi mantannya, sembab. Ekspresinya kentara sekali kecewa. Lebih tepatnya kecewa padanya.

Miko tentu tak bisa mengelak dengan alasan Rachel meminta putus, karena alasan yang dilontarkan gadis itu pada kenyataannya memang benar.

"Miko," Miko menoleh ke sampingnya. Cewek ini selalu mengikutinya kemana pun.

Ia risih dengan keberadaan Aurel. Karena ia tak ingin Rachel jadi salah sangka dengan hubungan mereka.

Padahal mereka tak punya hubungan apapun dan tidak dibolehkan mempunyai hubungan apapun.

Ia hanya jengah berdekatan pada gadis itu karena sifat manjanya.

"Apa?" Miko menatap Aurel dengan malas.

Tadi Aurel seenaknya bertamu di rumahnya dan mengajak__atau lebih tepatnya merengek__untuk pergi ke mall bersama.

Ia ingin menolak, tentu saja. Tapi Aurel paham betul jika ibunya pasti akan memaksanya untuk menuruti keinginan bocah ini.

Aurel menggandeng lengannya, katanya itu memang kebiasaannya. "Ayo ke foodcourt!"

Miko menurutinya, daripada ia harus mendengarkan suara cempreng gadis di sebelahnya ini yang sedang merengek.

Ia tak suka gadis yang berisik, kecuali Rachel :)

Tidak, Rachel bukan gadis yang berisik. Ia memang cerewet tapi Rachel tidak pernah merengek ini itu padanya.

Sampai-sampai ia ingin sekali Rachel merengek padanya walaupun satu kali.

Tapi ya yang namanya harapan tinggal harapan. Sekarang saja ia malah putus dengan gadis itu.

Aurel sedari tadi berceloteh tidak jelas. Miko tak menggubrisnya, ia lebih memilih menikmati burger yang ada di hadapannya saat ini.

"Ih, lo dengerin gue dong!" sentak Aurel lagi sambil menggoyang-goyangkan tangan Miko.

Miko menatap Aurel jengkel. Jika bukan karena ibunya, ia tak akan mau jalan bersama dengan Aurel. Entahlah, di matanya Aurel terlihat sangat menyebalkan.

"Duh, ngobrol sama orang yang susah move on dari pacarnya emang susah ya." Aurel pura-pura tak peduli dengan tatapan menohok yang Miko tujukan untuknya.

Toh, ia berpikir jika suatu hubungan itu tak akan bisa bertahan selamanya jika dalam hubungan itu ada satu kesalahan, yang entah disadari maupun tidak.

Aurel punya pikiran seperti itu, jadi ia secara terang-terangan mengolok-olok Miko yang sedang galau itu.

"Sana balik aja ke asal lo." Miko mendengus, Aurel sangat menyebalkan dengan segala rengekan dan lontaran kata yang diucapkan oleh mulut gadis itu.

"Lo itu ditugasin buat jaga gue. Jangan bawel deh." Aurel menyantap burgernya lahap.

Percuma mengobrol dengan Miko, jika Miko sendiri terlihat membencinya.

"Kalo bisa nolak sih gue mungkin udah nolak dari dulu."

Aurel terbahak, ia senang mendengar penuturan Miko itu. "Halah, kayak lo bakal nolak gue aja."

Miko mendengus. Ia sadar bagaimana pun penolakan yang ia katakan pasti tak akan mempengaruhi apapun. Seperti sekarang, ia harus tetap bersama Aurel dan menjaganya.

"Lo terlalu ngerepotin gue."

Aurel tersenyum miring, "Gue ini masih murid baru kalo lo lupa. Gua nggak punya banyak kenalan di sekolah lo."

"Makanya sana cari temen. Yang banyak."

Aurel mendengus, Miko tetaplah orang yang kekanak-kanakan menurutnya. Walaupun ia sering dianggap oleh cowok itu kekanak-kanakan juga.

"Gue aja mau deketin mereka buat kenalan, mereka nya malah jauhin gue. Katanya pelakor lah, apa lah. Heran gue. Padahal ngerebut Rachel dari lo aja enggak. Kenal Rachel aja nggak."

Miko mencibir, ia tahu banyak murid di sekolahnya yang menyayangkan hal itu. Iya, menyayangkan putusnya ia dengan Rachel.

Lagi-lagi Aurel yang mengumbarnya. Ia mengatakan pada orang-orang jika Rachel sudah tidak ada hubungan apapun dengan Miko.

"Bukan urusan gue."

"Iya iya, ntar kalo gue udah ada temen gue nggak bakal nebeng ke lo lagi. Lo kira gue nggak jengkel gitu di ejek-ejek sama temen-temen lo yang sok tau itu." Aurel melipat tangannya.

Ia kesal, hari-hari di sekolah baru nya sekarang sangat menyesakkan untuknya. Padahal ia masih nurid baru disana, tapi banyak sekali orang yang membencinya, karena dinilai ia yang merebut Miko dari Rachel.

Hell, jangan sampai membuatnya jengkel pada Rachel oke.

"Secepatnya kalo bisa."

"Bacot ya."

Miko melotot, ia paling tidak suka ada orang yang berkata kasar di hadapannya apalagi kata-kata kasar itu ditujukan untuknya.

Aurel menatap Miko yang melotot ke arahnya. Ia sebenarnya tahu jika Miko paling tidak suka ada orang yang berkata kasar, tapi ia bodo amat.

"Apa!? Nggak suka!?"















Tbc
[A/N]

Total kata tanpa A/N adlh 746 kata.

Hayuuuuu....
Double up gaisss....

Yaampun tadi sempet salah ngetik namanya, masa hampir setengah chap nama Miko kutulis ganti jadi Angga:v //aku padamu Ngga😍

Tabok sini thor -Angga.

Heheh:')
Maaf A/N nya nggak guna :)

Sorry for typo/'s
Jangan lupa berikan vomment!

See u next

Na_Vania

21-07-2019

BACK TO YOU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang