Cuaca di bulan ini memang sedang dingin-dinginnya. Maka dari itu sebagian orang memilih untuk menetap di rumah masing-masing guna menghangatkan tubuh mereka, ketimbang pergi keluar berlalu-lalang tidak jelas.
Well, walaupun begitu masih ada saja orang-orang yang kurang kerjaan yang tetap ngotot keluar di cuaca sedingin itu. Yap, Rachel termasuk salah satu dari orang kurang kerjaan itu.
Ia dengan santainya keluar berjalan-jalan di sekitar taman area komplek perumahannya sambil menaruh kedua tangannya masuk ke dalam saku jaket. Sudah dibilangkan, keadaan di luar sedang dingin-dinginnya, tapi nampaknya Rachel tetap keukeuh dengan pendiriannya, yakni keluar rumah di cuaca sedingin ini.
Entah apa yang ada dipikiran gadis itu.
Tiba-tiba getaran yang berasal dari ponselnya mengalihkan eksistensi Rachel terhadap langit abu-abu. Ia merogoh ponselnya keluar dari saku jaket yang ia kenakan.
"Halo."
"Rachel lo gila ya keluar rumah di cuaca seburuk ini!" cerca suara yang keluar dari ponselnya.
Dengan santai Rachel menjawab, "Tenang, gue udah antisipasi bawa jas hujan, payung, terus sama kantong plastik, kok."
Nggak, Rachel cuma bercanda. Dia sama sekali nggak bawa apa yang tadi dia sebutin.
"Suka suka lo lah. Awas sampe lo sambat ke gue kalo lo sakit gara-gara maen hujan-hujanan. Inget umur, Chel!"
Rachel sontak segera menjauhkan ponselnya dari telinga kesayangannya yang sangat berharga itu. Sungguh suara sepuluh oktaf milik sahabatnya itu bisa kapan-kapan saja merusak gendang telinganya.
"Bawel deh. Iya ini juga mau balik, lagian gue lagi di taman komplek rumah, nggak jauh-jauh amat tuh dari rumah gue. Eh, btw lo kok bisa tau Nin, kalo gue sekarang keluar rumah?!" Pekik Rachel setelah menyadari keganjilan yang di dapatkannya.
Masa iya, Ninda bisa tahu keberadaannya sekarang ini. Apa jangan-jangan Ninda itu fans fanatiknya, yang sampai saking fanatiknya menstalking Rachel kemana-mana.
Oke, berhenti berhalu Rachel.
"Yayang lo tuh tadi ke rumah lo, Rachel. Tapi pas dia kesana lo nya kagak ada di rumah. Makanya dia nanya ke gue Rachel dimana. Dikiranya gue mak lo kali ya, sampe lo ngilang aja yang auto dicariin gue."
Rachel hanya cengengesan menanggapi kalimat super pendek yang dilontarkan Ninda. Hell, lagipula kenapa aksen yang dipakai Ninda sekarang jadi berubah ya. Apa karena sekarang ia masuk grup-grup roleplay, makanya dia jadi suka menggunakan bahasa alien seperti tadi, sambat, auto, dll.
"Malah cengengesan."
Rachel mendengus sebal, "Yaudah deh, ini gue juga mau otw balik. Budek ini telinga dengerin ocehan lo yang cepetnya ngalahin kereta MRT. Oke, bye."
Lalu tanpa aba-aba Rachel segera mematikan sambungan telepon via whatsapp nya itu. Takut jika nanti kuota nya yang sudah susah payah ia hemat habis begitu saja akibat ocehan emak-emak yang terlontar dari bibir cerewet sahabatnya itu.
Kemudian Rachel dengan santai berjalan kembali ke rumahnya. Kan niat awalnya keluar cuma karena ingin menghirup aroma petrichor*. Juga pemandangan langit abu-abu yang menjadi kesukaannya itu.
Jadi karena sudah mencium dan melihat hal yang diinginkannya itu, Rachel lantas segera kembali menuju ke kediamannya.
____
"Rachel, pulang!" Rachel berjalan sambil melepas sandalnya dan menuju ke arah dapur, tempat dimana Bundanya berada.
"Nah udah balik. Tadi dicariin Miko tuh! Nggak sempet ketemu pas di jalan?"
Rachel menggeleng, "Enggak. Sama sekali." Rachel kemudian mencomot bolu yang ada di atas meja makan.
"Kebiasaan! Sana cuci tangan dulu, jorok ih!"
"Udah abis. Nggak ngambil lagi kok hehe. Yaudah, Rachel ke kamar dulu ya Bun." setelahnya Rachel ngacir pergi menjauh dari dapur. Terlalu malas bila mendapat omelan panjang lebar dan tinggi dari ibunda tercintanya itu.
Hit you with that ddu-ddu-ddu~
"Hallo Mik! Kenapa?" Rachel mengganti pakaiannya dengan baju santai sambil menggenggam ponselnya yang berdering akibat sambungan dari Miko.
Jangan bingung darimana Rachel tahu bila yang menelponnya Miko, sebab nama Miko menjadi nama spesial baginya sehingga mendapat nada dering yang spesial pula.
"Udah di rumah ini kamunya?"
"Udah." Rachel membaringkan tubuhnya di kasur, menikmati obrolan teleponnya dengan Miko.
"Oh, yaudah. Jangan sering-sering keluar ya. Sekarang lagi musim nya penyakit. Bahaya."
Rachel tertawa kecil lalu membalas, "Siap, pak RT."
Kemudia obrolan mereka pun mengalir selama beberapa jam lamanya. Tentu Rachel menikmati momen-momen seperti ini. Jadi ia tanpa rasa enggan mau saja terus merespon setiap obrolan yang diucapkan dari mulut Miko. Yang pada akhirnya menjadi obrolan panjang, dengan topik random.
Omong-omong, siapa tadi yang bilang sedang menghemat kuotanya saat ditelpon oleh Ninda.
Tbc
[A/N]
*Petrichor: bau tanah setelah hujan. Bau nya kn menenangkan. Kea akuh:vSorry for typo/'s
Jangan lupa berikan vomment!Stay safe ya!
See u next
Na_Vania
27-03-2020
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK TO YOU [END]
Teen FictionBanyak orang yang bilang jika Rachel dan Miko adalah pasangan yang serasi. Banyak orang yang bilang jika mereka iri dengan kisah romansa Rachel dan Miko yang seolah tak ada hambatan apapun. Namun banyak juga orang yang terkejut setelah mengetahui ji...