Miko berbaring di dalam kamarnya. Hari Minggu nya sekarang jadi terasa membosankan, karena biasanya di hari ini lah ia dan Rachel akan pergi ngedate.
Tok! Tok!
Ketukan itu membuat Miko menolehkan kepala nya ke arah pintu kamarnya. Ia masih saja berbaring di kasurnya, sangat enggan itu beranjak sedikitpun dari benda empuk itu.
"Masuk aja! Nggak dikunci kok!" Pada akhirnya berteriak menjadi opsi yang Miko pilih. Sudah dibilangkan, jika ia terlalu malas gerak hari ini.
Pintu kemudian terbuka, menampilkan sosok dengan kaos putih polosnya dan celana jeans panjang. Sosok itu menyembul dari arah pintu Miko, lalu masuk ke dalam kamar cowok itu.
Miko menatap sosok itu. Ada apa gerangan sosok itu repot-repot mendatangi rumahnya? Biasanya saja jika diajak kesini ia akan menolaknya.
"Tumben lo kesini." Miko bangkit dan merubah posisinya menjadu duduk di atas kasur.
Sosok itu mendengus pelan, lalu dengan suara beratnya menjawab, "Gue pengen liat keadaan lo, siapa tau tadi lo lagi ngelakuin percobaan bunuh diri."
Miko lantas mencibir sosok itu, "Cih! Gue nggak setolol itu Rizal kampret!"
Sosok itu_yang bernama Rizal_terkekeh pelan. Lalu berjalan ke arah sofa kecil di kamar Miko.
"Gue kan cuma khawatir sama temen gue yang lagi galau."
"Heh! Gini-gini gue masi punya niatan buat perjuangin Rachel ya! Setidaknya gua masi berusaha,"
"Ya biasa aja dong lo ngomongnya. Kayak pengen ngajak berantem aja nada bicara lo." Rizal kemudian dengan seenaknya membuka toples camilan yang ada di rak samping sofa yang didudukinya itu.
"Lagian nih, ini juga gara-gara lo."
"Lah kok gue sih? Kan gue juga nggak maksa buat lo ngelakuin itu, lo nya aja yang gengsi buat nolak, terus akhirnya malah kecemplung sama mangsa lo sendiri." Rizal cuma geleng-geleng mendengar pernyataan dari sahabatnya itu.
Bagaimana bisa Miko malah menyalahkannya. Dia memang yang menyuruhnya melakukan itu, tapi bukan dengan paksaan. Kalau pun Miko menolaknya ia juga tidak mempermasalahkannya.
Salahkan harga diri Miko yang terlampau tinggi itu. Oke:)
"Bodo!" Miko kembali membaringkan tubuhnya, melentangkan kedua tangannya. Kedatangan Rizal malah membuatnya semakin pusing.
"Salah sendiri, lo dipancing kecil aja udah terpancing kayak gitu." Rizal dengan santainya membalas sambil beberapa kali mencomot biskuit-biskuit dalan toples yang ia pegang itu dan memasukkanya ke dalam mulutnya.
"Udah tau temen lo kayak gitu, masi aja dipancing-pancing!" Miko mencak-mencak.
Hell, kenapa ia malah menyalahkan keadaan!?
Hening kemudian. Baik Miko ataupun Rizal enggan bersuara. Miko terlalu malas mengeluarkan suaranya itu, sedangkan Rizal lebih memilih menikmati biskuit di dalam toples milik Miko itu.
"Lah! Ada Rizal disini?" suara cempreng itu langsung membuat keduanya menoleh ke arah pintu, dimana asal suara itu berasal.
"Lo ngapain juga dateng kesini?" Miko pusing, kenapa juga Aurel juga harus datang ke rumahnya. Ia semakin pusing dengan kedatangan gadis itu. Dengan adanya Rizal di rumahnya saja sudah membuatnya pusing, apalagi di tambah dengan keberadaan mahluk cempreng bin bawel seperti Aurel.
Aurel menggelengkan kepala. Padahalkan ia sering datang ke rumah Miko, tapi tetap saja cowok itu selalu mengusir-usir nya.
"Gue sering dateng kesini, lo harusnya nggak kaget sama hal itu." Aurel kemudian menengok ke arah Rizal. Ia baru menyadari adanya sosok lain di dalam kamar Miko.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK TO YOU [END]
Roman pour AdolescentsBanyak orang yang bilang jika Rachel dan Miko adalah pasangan yang serasi. Banyak orang yang bilang jika mereka iri dengan kisah romansa Rachel dan Miko yang seolah tak ada hambatan apapun. Namun banyak juga orang yang terkejut setelah mengetahui ji...