7: First Snow

22.1K 2K 13
                                    

"Haahh..." Anna menghembuskan nafas berat.

Gadis berambut brunette dengan paras cantik itu berdiri sendiri di veranda belakang mansionnya. Iris matanya yang berwarna safir terlihat mempesona walaupun matanya agak sembab. Melihatnya saja dapat membuat siapa saja merasakan emosinya.

Hari masih pagi, tapi angin musim gugur itu seperti menusuk kulit. Seluruh daun berwarna kemerahan itu telah gugur dengan sempurna. Jika berada di Inggris sekarang, pasti akan masuk musim dingin.

"Kupikir salju akan tadi malam." Ucap Anna saat melihat ke langit yang cerah.

"Ah... Mungkin semalam langit sedang mendung." Tebaknya asal.

Wajahnya kembali sendu saat mengingat salju pertama yang harusnya turun tadi malam. Padahal ia telah berjanji pada Kylie untuk melihat salju pertama bersama-sama tiap tahunnya, tapi ia malah mengingkari janjinya.

"Pasti Kylie sangat marah padaku, ah... Ku harap kamu memaafkanku karena tidak menepati janji..." Anna berbicara pada dirinya sendiri.

Matanya memandang ke arah taman bungan yang indah itu. Suara kereta kuda terus terdengar sejak tadi, tanda bahwa para tamu masih berdatangan.

Ya... Acara ulang tahun ke-19 dan pelepasan gadis yang menjadi syarat genjatan senjata itu sangat dinantikan rakyat Quartz. Mereka bahagia karena takkan lagi menderita akibat efek perang, tak perlu lagi ada korban yang jatuh. Tapi, bagaimana dengan para gadis yang dikorbankan itu? Tentu saja mereka frustasi, sama seperti Annalise yang bunuh diri.

"Dunia ini mirip Bumi, tapi sihir bukan mitos di sini. Walau ada teknologi, mereka hidup seperti abad pertengahan Bumi."

Anna kembali memperhatikan sekelilingnya. Sejak malam ia ditemukan di sungai, sejak itulah sebuah dinding sihir dibangun. Ia bahkan bisa menyentuhnya, tak ada yang bisa keluar-masuk tanpa izin sang Raja sendiri.

Tring! Suara kecil itu terdengar ketika Anna menyentuh dinding sihirnya. Mungkin mereka berfikir ia akan kabur lagi dan pastinya para bangsawan yang mengajukannya.

Anna tersenyum, lalu ia terkekeh pelan. Lucu rasanya, ia tiba-tiba mengingat drama tentang kerajaan abad pertengahan. Seorang Raja memiliki kuasa tertinggi, tapi ia akan kalah dari kumpulan para bangsawan yang licik.

Ya... Benar kan? Saat itu kondisinya juga sama. Negara ini terancam dijajah dan mereka menyerahkan tuan putrinya untuk jaminan. Saat tahu sang putri menolak dan terus-terusan kabur, mereka pasti resah.

Lalu, datanglah Anna yang menggantikan posisi sang putri, meskipun ia bukan sang putri sekalipun mereka takkan melepasnya. Siapa yang akan melepaskannya jika taruhan mereka adalah nyawa. Sudah pasti mereka akan mengurungnya agak tak kabur.

"Hahah... Lucu ya, kok aku berasa nonton drama. Oh... Rasanya mirip drama korea yang genre Saeguk juga, aku pikir akan berbeda dengan Bumi tapi sama aja pikiran mereka sangat licik." Ucapnya sambil tertawa hambar.

Anna tak sadar ada yang memperhatikannya. Seharusnya ia sangat peka karena dilatih sebagai agen rahasia, tapi orang itu benar-benar tidak terasa keberadaannya.

"Ah... Ketemu." Suara mendalam dan nada bicara yang rendah itu terdengar berbisik.

Pendengaran Anna menangkap suara bisikkan itu. Tapi, ia langsung memeluk tubuhnya sendiri dan mengeratkan sebuah jaket rajut yang diberikan untuknya.

Anna mulai berfikiran aneh. Tentu saja ia tak berfikir yang mengatakannya adalah manusia, karena ia tak dapat merasakan kehadirannya. Ia menggigit bibir bawahnya karena takut melihat yang tak-kasat-mata itu.

"Loh...? Orang kan??" Ucapnya pada dirinya sendiri saat sosok itu mendekat.

Ah... Anna mulai bisa merasakan keberadaan orang itu dalam radius 3 meter darinya. Siapapun orang itu pasti ia bukanlah orang sembarangan.

The Wrong BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang