Semua orang yang berada dalam ruangan itu terdiam ketika Anna memilih tongkatnya. Sang pemilik toko langsung mengusir semua orang keluar dari sana kecuali Anna dan Ash. Ia mengunci semua pintu dan menutup rapat jendela tokonya.
"Mari ikuti hamba, yang mulia." Pria itu membungkuk lalu menuntun mereka ke sebuah ruangan di balik meja kasir.
Ash menggenggam tangan Anna yang terlihat ragu. Ekspresinya terlihat lebih lembut dari biasanya sehingga membuat Anna merasa tenang. Tentu saja ia tahu jika sesuatu terjadi pasti sang Duke akan melindunginya.
Keduanya masuk ke dalam ruangan kecil itu. Cahaya ruangan itu tampak remang tapi terlihat jelas bahwa di sana hanya dikelilingi oleh atribut layaknya seorang peramal. Anna pernah sekali datang ke tempat Tarot dan ia merasakan suasana yang sama dengan tempat itu.
"Silahkan duduk, yang mulia." Pria pemilik toko itu
Ash menarikkan kursi untuk Anna hingga gadis itu duduk dengan nyaman. Ia segera duduk setelah Anna dan diikuti oleh pemilik toko itu.
Sebuah bola kristal yang tadinya redup tiba-tiba menyala dengan terang dan menampakkan tongkat sihir yang dipilih Anna. Tongkat itu bersinar dengan terang di tangan seseorang yang tampak seperti seorang gadis.
Anna mengernyit. Tangan gadis itu seperti tak asing baginya, tapi ia tetap diam tanpa menanyakan pertanyaan dalam benaknya itu. Tetapi tangan itu milik seorang anak kecil yang mengenakan pakaian dari sutra.
"Terasa familiar, tuan putri?"
Anna terdiam. Ia mendengar suara-suara yang memanggilnya dengan samar hingga refleks menutup telinganya.
"Tidurlah yang nyenyak tuan putri kecilku..." Suara seorang wanita yang sedang menyanyi terdengar di telinganya.
"Anna... Anna! Anna!!" Suara itu memanggil namanya dengan lembut lalu berubah menjadi sebuah panggilan yang horror.
"Menderitalah hidupmu! Matilah!! Jangan pernah kembali!!!" Teriakkan itu terdengar memenuhi otaknya.
Darah. Anna hanya bisa melihat darah dimana-mana. Warna merah itu perlahan tertutupi oleh salju pertama yang turun. Perlahan tapi seluruh pijakannya tertutupi salju hingga akhirnya ia melihat dirinya yang berusia 9 tahun terjatuh di atas tumpukan salju putih dengan berlumuran darah.
"Aku benci musim dingin." Anak itu kehilangan kesadarannya dan Anna kembali tersadar.
Ia melepaskan tangannya yang menutupi telinganya, lalu mengangkat wajahnya dan menatap tajam pria di depannya. Matanya terlihat penuh dengan amarah, seakan-akan tatapannya dapat mencabik siapapun yang menghalanginya.
Prang!! Angin berhembus dengan kencang dari sekitar tubuhnya. Bola kristal yang ada di hadapannya langsung pecah seketika dan semua benda terhempas begitu saja.
"Hiks...Hiks..." Suara tangisan yang memilukan itu hanya terdengar oleh Anna. Ia kembali menutup kedua telinganya dan menutup paksa kelopak matanya.
Pemilik toko itu terlihat takjub dengan yang dilihatnya. Kakinya seakan tak kuasa menahan gravitasi, ia berlutut dihadapan Anna yang masih dikelilingi angin kencang.
"My lord... Anda kembali." Ucap pria itu lalu merangkak mendekati Anna.
"Aku sudah menunggu Anda selama 18 tahun, ikutlah denganku my lord." Pria itu menjulurkan tangannya pada Anna, tapi ia tak bisa mendekatinya.
"Silent!!" Anna menjerit dan semua cahaya menghilang dari ibukota Pyrite dalam sekejap.
Perasaan horor menyelimuti seluruh kota itu, semua orang disana merasa kedinginan seakan-akan mereka berada di bawah hujan salju tanpa sehelai pakaian. Hanya beberapa orang yang sadar jika hal itu bukanlah sesuatu yang wajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wrong Bride
Fantasy[[Telah Diterbitkan!]] Anna Stewart, seorang agen rahasia dari International Agent Company (IAC). Agen wanita termuda dan paling dipercaya oleh perusahaan. Disebut sebagai seorang jenius karena menguasai 8 bahasa dan 8 jenis bela diri serta gelar Ma...