8: Her Fiancé

20.5K 2K 18
                                    

"Nona! Apa yang Anda lakukan di sini? Semua pelayan mencari nona sejak tadi--"

"APA?!" Anna terlihat sangat kesal. Wajahnya terlihat sangat garang dan penuh amarah hingga membuat Charti terdiam ketakutan.

"Em, itu nona An-anda dipanggil Raja dan Ratu ke ruang kerja Anda." Suara Charti memelan dan bergetar.

Ekspresi Anna kembali normal, ia langsung mendengus pelan dan kembali menatap Charti yang ketakutan itu dengan lembut. Ia langsung berjalan melewati wanita itu dan menuju ke ruang kerjanya. Sekali lagi kuingatkan bahwa Mansion itu mansion pribadi sang putri dan bukan milik kerajaan.

Sebenarnya ada yang cukup janggal dari kehidupan sang putri sebelum Anna datang. Entah mengapa putri yang seharusnya tinggal di Istana bersama Raja dan Ratu itu tinggal di Mansion pribadi sendiri. Tapi, Anna langsung mengambil dua simpulan, mungkin saja karena aturan dari kerajaan itu dan mungkin juga karena Anna tak mau terusik kehidupan istana.

>>>

Anna masih mengenakan gaun yang sama dan jaket rajutnya. Udara menjadi lebih dingin dari sebelumnya karena salju telah turun. Lihat saja dari udara mengepul yang keluar dari mulutnya saat bernafas, cukup sebagai bukti dinginnya suhu saat itu.

Tap-tap-tap. Suara langkah kaki Anna yang menggunakan heels terdengar di lorong mansion itu. Wajahnya cantiknya terlihat kalem dan penuh kharisma, karena itulah siapapun yang melihatnya tahu bahwa ia adalah sang putri dan mereka akan berhenti sejenak untuk memberi hormat.

Anna berdiri tepat di depan pintu ruangan yang tertutup itu. Dua prajurit yang berdiri di depan pintu baru saja akan mengumumkan kedatangannya dan membukakan pintu untuknya, tapi Anna mengangkat tangannya lebih dulu untuk menghentikan mereka.

Anna mendekati pintu itu, tangannya menyentuh pintu dengan pelan lalu ia mengetuknya Knock-knock-knock Anna mengetuknya dengan cukup keras hingga membuat bunyi yang pastinya terdengar dari dalam.

Lihatlah ekspresi bingung dan terkejut dari dua prajurit itu dan Charti. Tentu saja mereka terkejut, untuk apa seorang putri mengetuk pintu lalu dari mana budaya mengetuk itu. Sama seperti ketiga orang di luar, orang-orang yang berada dalam ruangan itu pun terheran-heran.

"Charti, kamu boleh pergi." Ucap Anna sebelum membuka pintu itu.

"Baik, nona." Ucap Charti lalu memberi hormat dan pergi.

Krieet. Anna membuka pintu ruangan itu. Ah... Tebakannya benar, semua keluarga sang putri ada di sana. Lalu, pria bangsawan yang menciumnya tadi pun ada di sana, tapi dengan santainya duduk di kursi milik sang putri. Kursi itu seharusnya diduduki orang dengan kedudukan tertinggi di ruangan itu, yang artinya Raja lah yang harusnya duduk di sana.

Anna tak memperlihatkan emosi apapun selain menjaga ketenangannya. Ia langsung memberi hormat pada mereka semua layaknya seorang putri kerajaan dan memasang senyum palsu.

"Semoga keberuntungan selalu berpihak pada Anda, salam yang mulia." Ucap Anna dengan nada sopan.

"Hm... Ternyata dia tahu tata cara bersikap sopan." Ucap pria yang duduk di kursi milik sang putri.

Mendengar ucapan pria itu rasanya cukup untuk membuat Anna kesal. Tapi, ekspresi wajahnya tak berubah ia hanya terus menunjukkan senyum palsunya. Bahkan ia menyembunyikan tatapan yang seperti akan menusuk pria itu.

"Anna kemarilah!" Panggilan dari Arthur langsung ditanggapi olehnya. Gadis itu melangkah mendekati mereka. Anehnya, sejak tadi sang Raja dan Ratu tak berbicara apa-apa. Mereka terbungkam seperti patung hidup.

"Kakak, siapa pria itu?" Tanya Anna dengan berbisik pada Arthur.

Pria itu tersenyum ramah, ah... Dari wajahnya Anna sudah tahu jawabannya, ternyata dia lah sang Pheonix kegelapan. Jika tidak salah posisinya adalah Grand Duke, lalu sebagai negara yang kalah dalam perang Raja pun tak bisa menentangnya. Itulah alasan kenapa pria itu duduk di tempat milik sang putri.

The Wrong BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang