16: Another

15.5K 1.5K 7
                                    

Anna berjalan menuju kamar barunya di asrama wanita, kamar 307

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anna berjalan menuju kamar barunya di asrama wanita, kamar 307. Bangunan bertingkat tiga itu lebih terlihat seperti sebuah mansion, terlalu mewah untuk disebut asrama. Tapi, tentu saja masuk akal karena rata-rata murid di sana adalah bangsawan.

Kamar Anna berada di lantai 3, karena itulah ia harus menaiki tangga sebanyak 2 kali. Sebenarnya asrama itu cukup aneh, memang bangunannya terlihat seperti 3 tingkat tapi sebenarnya masih ada 3 lantai di bawah tanah.

Dari informasi yang didengarnya 3 lantai di bawah khusus untuk rakyat biasa yang bukan dan bangsawan setingkat Baron dan Viscount. Sedangkan lantai 1 hingga 3 ditempati oleh bangsawan setingkat Earl hingga Duke dan di atasnya. Tapi, dalam hal fasilitas dalam kamar tak ada yang berbeda. Ya... Setidaknya ada satu hal yang bagus.

>>>

Anna berdiri tepat di depan kamarnya lalu meletakkan pass cardnya pada pemindai di gagang pintu. Beep-beep! Click! Cahaya berwarna hijau terlihat dari gagang pintu. Tiba-tiba terdengar suara dari pintu itu sebelum akhirnya terbuka.

Dunia itu memang sedikit mirip dengan Bumi dalam beberapa aspek, salah satunya adalah kartu pas yang dimilikinya sebagai akses untuk semua hal di akademi. Kartu pas untuk murid wanita berwarna pink sedangkan pria berwarna coklat dengan motif yang berbeda.

Cara membedakan kartunya adalah nama yang tertera pada motif yang berada tepat di tengah kartu. Selain itu, kartu mereka sudah dilengkapi pemindai data diri, jika tidak sesuai dengan pemilik aslinya maka akses akan ditolak langsung. Ya... Tindakan pencegahan kejahatan yang cukup baik.

Anna memasuki kamarnya sambil membawa koper miliknya. Menurut arahan sebelumnya, semua barang-barang yang dibawa oleh mereka telah dimasukkan ke dalam kamar masing-masing. Jadi, barang yang tidak dimasukkan hanya yang dipegang oleh mereka sendiri seperti koper ditangannya itu.

 Jadi, barang yang tidak dimasukkan hanya yang dipegang oleh mereka sendiri seperti koper ditangannya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh my God, I really love this room!" Pekiknya ketika memasuki kamarnya. Lihat saja semua yang ada di kamar dominan putih itu. Interiornya terlihat girly dan sederhana tapi tetap saja indah.

Pintu di belakangnya terkunci otomatis. Ia meletakkan kopernya di lantai begitu saja lalu berlari ke arah single size itu. Anna menjatuhkan dirinya ke atas kasur yang empuk itu. Ia benar-benar menyukai kamar itu.

"Rasanya seperti kamarku sendiri." Ucap Anna yang melanjutkan aktivitasnya. Ia segera menikmati kamar sementaranya itu lalu kembali membereskan barang-barangnya.

>>>

Clang! Suara berdesis yang terdengar dari pedang yang saling bertubrukkan itu terdengar cukup nyaring. Seorang pria berambut coklat walnut terlihat lelah, lihat saja dari keringat yang sudah berkucuran dari wajahnya. Sedangkan pria berambut hitam yang menjadi lawannya terlihat begitu tenang, hanya sedikit keringat yang terlihat mengucur dari wajah tampannya itu.

Clang! Pria berambut coklat walnut itu melepas pedangnya hingga terjatuh ke tanah, lalu berlutut di atas rumput hijau di bawah pijakannya. Ia mengangkat kedua tangannya di atas kepala lalu menatap pria di hadapannya.

"Aku menyerah." Ia menghembuskan nafas berat.

"Jika Kapten Phoenexus lemah sepertimu, pasti mereka sangat menderita." Ucap pria itu sarkas.

Pria berambut hitam itu menatap dingin lawannya, lalu berbalik pergi. Tapi, dengan suara yang sengaja dibuat terdengar mendayu ia membuat pria itu terhenti.

"Ck-ck-ck, aku merasa kasihan pada adikku yang rapuh karena menjadi tunangan duke yang kejam ini, ah... Dia pasti sedang menangis di bawah pohon karena kesepian di asrama itu." Pria itu memelankan nada bicaranya.

"Astaga bodohnya aku! Adikku tidak dapat menggunakan sihir, bagaimana mungkin ia bisa bertahan di akademi itu, hiks... Dia pasti merasa kebingungan, malangnya nasib adikku."

Pria berambut hitam itu mengernyit. Sudut matanya menyipit, ia sedang memikirkan sesuatu yang sangat serius. Ia langsung bergegas setelah terlihat sebuah lekukan kecil dari sudut bibirnya.

"Ubah jadwalku!" Perintah pria itu pada seorang pelayan pria di sampingnya.

"Baik yang mulia." Pria itu membungkuk hormat ketika tuannya pergi.

Pria berambut coklat walnut itu melakukan eye contact dengan sang pelayan yang dibalas anggukan. Raut wajah pria itu terlihat kebingungan lalu beberapa detik kemudian ia tertawa terbahak-bahak.

>>>

Anna pergi ke taman dekat akademi untuk menikmati pemandangan di sekitar sana. Matanya terlihat bersinar kagum ketika melihat hal yang belum pernah dilihatnya. Bangunan dan pemandangan yang jarang ada di Bumi, semuanya terlihat sangat indah baginya.

Anna mendengar bahasa yang asing di telinganya. Anehnya ia sama sekali tak mengerti arti ucapan para murid itu, padahal ia dapat memahami bahasa yang digunakan di dunia itu tanpa mempelajarinya.

"Api?!" Serunya ketika melihat api yang keluar dari tongkat yang dipegang seorang murid.

"Tunggu sebentar, itu kan magic wand! Woah, sihir itu benar-benar ada?! Keren!!" Ia melompat girang setelah menepuk tangannya.

"Apa yang sedang Anda lakukan tuan putri? Ah... Maafkan kelancanganku, yang mulia." Suara yang terdengar harmonis itu terdengar sedikit bergetar.

Mata Anna membulat tak percaya ketika mendengar suara itu. Pemilik suara harmonis yang dapat terdengar memekik ketika bersemangat itu membuatnya bernostalgia. Ia berbalik dan semakin tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Apakah itu mimpi?

"Kylie...?" Panggilnya ragu.

Gadis itu terlihat kaget saat Anna memanggil namanya. "Anda tahu namaku, yang mulia?" Ucap gadis itu ragu. Wajahnya mirip dengan sahabat Anna, tapi sifat mereka berbeda. Gadis itu tak seperti Kylie yang terlihat berani, malah sebaliknya ia ketakutan dan menunduk.

Anna langsung tersadar melihat reaksi gadis yang mirip sahabatnya itu. Ah... Tentu saja ia takut, gadis itu yang membuat sang tuan putri terpaksa mengambil panah Duke Wayne. Anna bahkan bisa merasakan kebencian sang putri pada gadis itu lewat diary-nya.

"Ah... Tentu saja aku ingat namamu, gadis yang mengalahkan sang putri pada tahap akhir." Anna menatapnya dengan lembut.

"Code name-mu Athena kan? Namaku Anna, kamu pasti tahu code name-ku juga jadi panggil aku dengan itu." Anna memegang dagunya sambil memikirkan kata-katanya.

"Mulai sekarang jangan panggil aku tuan putri karena kamu tunangan resmi Putra Mahkota dan aku tunangannya Grand Duke, karena itu... Mari berteman!" Anna menjulurkan tangannya pada Kylie dari dunia itu.

Kylie terlihat ragu dan ketakutan saat akan menjabat tangan Anna. Ia mengulurkan tangannya lalu ditarik kembali karena ragu. Anna tersenyum dan langsung menjabat tangan gadis itu dengan kedua tangannya.

"Mohon bantuannya, Athena!" Ucap Anna sambil tersenyum tulus.

"I-Iya!!" Kylie terlihat ragu saat menjawab namun, setelah melihat senyum tulus Anna ia ikut tersenyum. Itulah awal dari pertemuan Anna dengan Kylie dari dunia lain. Setidaknya salah satu janjinya telah terlaksana.

[[[-16-]]]

The Wrong BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang