Ada masa yang hampir terlupakan. Tentang alasan, mengapa aku masih harus bertahan untuk hidup tanpa tujuan. Saat di mana aku kehilangan seorang yang selalu menjadi kekuatan, agar pijakan kaki ini dapat terus melangkah ringan. Meski sempat kelabakan, tapi aku percaya bahwa itulah keadilan.
Matahari baru saja mengintip dari tempatnya bersemayam. Pagi yang seharusnya cerah, kini berbalik muram--ibuku hanya diam. 11 Oktober menjadi tanggal paling seram untuk ingatan terdalam. Sebab kecupan itu menjadi yang terakhir sebelum kain putih menyatu seiring tanah memendam.
Semua orang di rumah menangis, tapi aku malah tersenyum. Terbius ketenangan tidur panjang ibu dalam senyum yang membuat aku tegar dan kagum. Walau kaku saat tubuhnya kuangkat di bagian kaki, tempat surga bersemayam dalam diri yang harum. Tak ada penyesalan dariku, karena itu memang pasti terjadi pada wilayah hukum.
Sebuah perjalanan yang benar-benar tak disangka. Padahal dulu, aku pernah yakin jika suatu saat nanti akan bisa mengenalkan seorang wanita padanya. Namun, kini hanya doa yang mampu terucap dalam hati untuk ibu lebih bahagia bersama-Nya.
Segala arah seakan hilang dari pandangan, ketika kenyataan memang bukan hiasan. Kekuatanku pergi dengan membawa semua alasan tanpa sisa peninggalan. Apa yang harus aku lakukan? Di mana kini tujuan itu bertahan? Aku sendirian.
Pencarian ini bukan lagi tentang cinta sang insan, melainkan sumber untuk tepian pulang. Cahaya yang menjadi penuntun di kala dunia menyerang. Tempatku bersandar saat lelah menyapa hingga petang. Mengutamakan Tuhan agar aku melepaskan pedang sampai menemukan tiang.
Semesta menarik energi sama dengan kamu yang mungkin memang diminta. Mengikuti intuisi seusai perang mereda dalam dunia fana. Lewat tulisan ini, bolehkah aku memperkenalkanmu pada ibu di sana? Semoga restu didapat meski tanpa kata.
Kini ... alasan, tujuan dan kekuatan itu adalah kamu. Tempat di mana hanya sedikit orang bisa menjamah tanpa ragu. Sebuah istana yang masih kubangun dengan segala amunisi baru agar tak semu. Meski belum tentu tapi aku mau, sampai nanti berlalu lantas bertemu.
Itulah kamu di mataku yang meminta dengan sangat untuk ... ajari aku!
°
°
°
Bandung, 22 Juli 2019
- Abi -
KAMU SEDANG MEMBACA
Fact of The Sun, is You! [TERBIT]
Non-FictionBersama kenangan, kini aku menepi di antara ruang-ruang hampa penuh makna.