Mawar Merah

41 15 0
                                    

Lukisan tentang duri yang menancap hingga air terus mengalir tanpa tepi ....

Sabtu, Desember 2017.

Tidakkah kamu tahu, bahwa keputusan yang kubuat kemarin telah menjadi luka menganga. Mengira tentang canda, padahal terjadi benar adanya. Hatiku kalut, berselimut kabut tanpa mengerti dari mana datangnya asap yang menutup mata.

Kegelapan malam, benar kujamah saat kamu mengatakan kata setuju. Bulan bersembunyi di balik awan pekat, seolah tahu bahwa aku tengah ragu. Mengapa aku harus melakukan hal itu?

Bersama malu, aku menjamu pilu untuk segera bertemu. Meski kamu sudah tak lagi menunggu dan dipaksa mau. Hanya berharap agar ingatan ini menjadi candu buatmu.

Kumohon ... untuk sehari saja kamu tersenyum, karena aku tak ingin melihat tangisan. Tertawa lepas di hadapanku yang akan melepasmu pergi tanpa pesan. Beri aku kebahagiaan tentang kesan perpisahan.

Hamparan kebun teh telah menjadi saksi saat mawar merah masih disimpan tertutup jaket navi. Beningnya air danau adalah pena yang bercerita tentang awal dan akhir hubungan ini. Akankah semuanya berarti?

Jembatan itu, menyimpan kisah mawar merah. Tentang aku yang menyudahi dan memberi tangkai berduri sampai kamu marah. Tawa serta tangis bercampur dengan darah untuk kita menyerah. Pasrah adalah akhir yang tak bisa diubah.

Kini awan menyembunyikan taris, ketika tawa terurai mengiris. Hujan turun, seakan tahu jika aku memang bengis untuk menahan tangis. Terlalu ingin agar kamu terus senyum di atas derita miris.

Kelak ... aku akan kembali menatap semua sudut tentang kita. Kelak ... aku harus bisa melepas semua tentang kita. Kelak ... apakah tetap akan menjadi kita?

Katanya, "kamu, kok, masih bisa ketawa? Padahal hati kamu sakit, aku gak bisa kayak gitu".

Meski akhirnya aku benar-benar menangis perih. Meneteskan bulir yang sedari tadi dipendam untuk meluapkan rasa yang tengah pedih.

Itulah aku yang lemah, berpura-pura bahagia untuk menyembunyikan luka. Menyempurnakan tawa di tengah duri menjerat sukma. Apa itu artinya aku gila?

Aku masih saja berlari dengan menggenggam tanganmu yang sudah longgar. Menebar tawa agar kamu pun ikut liar. Tapi sayang, semua telah pudar.

Kita pulang tanpa ada lagi kabar. Aku terus buyar dengan kamu yang memegang mawar. Kelar!

°
°
°
Bandung, 07 Juli 2019
- Abi -

->>> VERSI CETAK, BISA CEK DI AKUN INSTAGRAM @galeri.ars / di Google PlayBook <<<-

Fact of The Sun, is You! [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang