Fact of The Sun, is You! [TERBIT]

Memicu Candu

Aku hanyalah seorang insan yang tak luput dari nafsu ....

Ketika rindu berpadu dengan rasa yang menggebu untuk segera bertemu. Luapan nafsu memicu candu tiada ragu. Bercumbu dengan kamu dalam balutan kemesraan mengharu biru.

Menjadi seorang pria yang dengan beraninya menggenggam jemari lembutmu. Mengurai tawa saat bahagia melangkah bersama dengan irama candu. Seolah bumi tak berpenghuni, hanya ada kita yang menyatu.

Pelukan erat seakan melepas penat dari hariku yang melarat. Tak ada lagi sekat, kita terus semakin mendekat. Kenikmatan hidup tanpa jerat untuk menghambat. Terbius aku dibuatnya semakin melekat.

Belaian lembut dari seorang wanita yang menyuguhkan secangkir kopi untuk menemani waktu sibukku. Semakin menggebu aku tak mampu menunggu candu. Mengikat kuat tentang rindu meski sepanjang waktu adalah temu.

Bara melebur menjadi abu dan tertiup angin malam. Dari kamu yang mengecup untuk amarah sekejap redam. Taktik meredup ego menuang kilau senyuman nilam.

Sepanjang sudut kota Bandung adalah kenangan kita yang tak akan pernah hilang. Cerita unik tersimpan di tempat kita berdiam saat membutuhkan ruang. Termasuk sekolah yang mempertemukan kita pada waktu siang.

Radar Neptunusku terkenang dalam almamater. Perjuangan seorang pendidik mengarungi biduk tempatnya bernaung dengan cahaya senter. Aku hanya tersenyum, melihat kerepotan jari dan komputer.

Waktu pagi adalah temu, siang menunggu, sore meragu dan malam bercumbu, dengan kamu yang selalu ada meski kadang pilu. Kalau boleh, aku ingin kembali seperti itu ... apa kamu masih mau?

Ilusi semata ....

Aku benar-benar rindu kamu. Tentang secangkir kopi dan suapan mesra saat perut menggerutu. Tentang si hitam yang menjadi pelana untuk kita berkendara memicu candu.

Begitulah bagian dari hariku dulu. Terasa indah hingga sulit berlalu. Meski berakhir pilu tapi aku terharu. Semoga kamu terus bahagia dengan dia yang kini menyandingmu.

I love you ....

°
°
°
Bandung, 05 Juli 2019
- Abi -