Short chapter, tapi isinya bikin baper. Wkwkwk... Udah di warning lho yaa..PS: Sambil dengerin lagu di mulmed gaes, enak banget sumpah.
We don't got to hide
This is what you like, I admit
Nothin' feels better than this
- Khalid, Better
[BINTANG]"Maksud lo apa sih Bin?"
"Ya itu tadi Rania" jawabku gemas. "I think Ethan Marra is gay."
Tawa Rania langsung meledak sesaat setelah aku menyampaikan ulang kesimpulan dramatisku.
"Bin, let me tell you something, Ethan Marra is the last man on earth that would turn gay. His sex life is... Astaga Bintang, kalo aja lo tau sesibuk apa kehidupan seksual seorang Ethan Marra." Rania menggeleng – gelengkan kepalanya sambil terkekeh.
Aku mendengus keras. Kalau itu sih gak usah diterangin aku juga tau. Aku ketemu dia pertama kali kan pas dia baru kelar 'begituan' di toilet resort. Astaga.. ngingetnya aja udah langsung berasa dosa.
"Jadi apa yang bikin lo ambil kesimpulan gitu?" tanya Rania lebih lanjut setelah tawanya reda. "Elo salah satu orang paling logis yang gue kenal. Jadi lo pasti ambil kesimpulan gitu karena ada dasarnya."
Aku terdiam. Gantian bingung harus mulai cerita dari mana.
Setelah menghabiskan jus ku dan memesan air mineral, aku akhirnya menceritakan semuanya sama Rania. Dari Ethan yang natap aku aneh waktu kita main PS di rumahnya (Oh yeah, I definitely know what his look means), dia yang gendong aku ke tempat tidur (sumpah ini aneh banget), sampe Ethan yang sering kepergok lagi ngeliatin aku aneh setiap kali kita ketemu di resort.
Rania mengangguk – angguk mendengar ceritaku dan tampak berpikir serius saat aku malah lega karena udah gak ada lagi beban yang aku simpan.
"Gue masih ragu dia beneran putar haluan jadi penyuka sesama jenis Bin. But in the meantime, elo juga harus hati – hati dan jaga jarak, jangan sampe Ethan tahu kalo lo pura – pura jadi laki demi lolos jadi Chef."
"Emangnya kenapa kalo sampe ketauan Ran?"
Rania terdiam sejenak lantas bergidik ngeri. "Karena Ethan paling benci dibohongin. Terakhir yang gue tau, temennya Raffi ada yang bohong ke dia terus Ethan tau, hari itu juga masuk UGD tuh temen mereka."
"Bohong lo." Ucapku kaget.
"Nope, gue liat sendiri soalnya. Gue ikut Raffi besuk ke Mount E pas banget gue lagi di Singapore waktu itu."
"Just.. be careful Bintang."ucap Rania tulus sambil mengelus bahuku pelan. "Elo gak lagi naksir Ethan kan?"
Aku spontan menggeleng. Lies, sebenernya kinerja jantungku udah bermasalah semenjak dia gendong aku dari sofa ke tempat tidur beberapa waktu lalu.
Gak berapa lama ponsel Rania bergetar, nama rumah sakit Borromeus tempat praktek Rania tertera di layar. Dengan tergesa Rania mengangkat telpon.
"Bin, sorry banget gue harus balik ke rumah sakit sekarang juga."
"Gue anter" ucapku sigap.
"Jangan. Makanan lo aja belum disentuh. Gue dijemput Andy aja." Rania menyebutkan nama kekasihnya saat ini.
Aku mengangguk, lantas bangkit berdiri sambil cipika – cipiki. Dan kembali menghabiskan saladku saat Rania berlalu.
[ETHAN]
Gue memarkirkan Porsche gue di parkiran Maja House yang terlihat ramai malam ini, maklum malam minggu. Demi apa gue mendadak laper banget setelah selesai ketemu vendor – vendor lokal itu tadi. Negosiasi emang selalu bikin adrenalin gue naik dan nafsu makan gue melonjak. Dan entah karena bosan atau emang gue lagi pengen suasana lain, gue malah melarikan Porsche gue kesini instead of makan di restoran resort gue sendiri.
Gue sampai di lantai 2 yang ramai dan memutuskan untuk transit ke toilet sebentar. Ternyata toiletnya occupied, jadilah gue berdiri mengantri sambil memainkan kotak rokok gue. Mulut gue udah asem banget pengen ngerokok.
Pintu toilet yang terbuka bikin gue mendongak dan berhenti dari kegiatan main – mainin kotak rokok yang gak penting itu. Dan apa yang gue temuin bikin kotak rokok gue yang malang mendadak terlepas dan meluncur mulus menabrak lantai.
"Bintang?" gue kaget banget ini Ya Lord. Demi apa gue malah gak sengaja ketemu dia disini setelah ngindarin dia abis-abisan. Gue mengusap wajah dengan frustasi.
Di depan gue Bintang menatap gue gak kalah kaget "Ethan?"
Setelah itu gue gak tau apa yang merasuki gue, yang pasti semua kontrol diri gue sudah pasti hilang tak berbekas karena yang gue tau berikutnya gue sudah meraih tubuh Bintang yang kurus namun lumayan tinggi itu dan merengkuhnya dalam pelukan gue. Bintang menahan gue dengan 2 tangannya yang dia letakkan di depan dada, tapi gak berhasil menahan gue untuk tetap meluk dia erat. Sumpah, gue berasa kangen banget sama dia.
Apapun itu yang gue rasakan sama dia, semakin ditahan ternyata malah semakin jadi. Gue menunduk menatap wajah Bintang yang tampak bingung. Wajah itu, astaga.. gue beneran gak tahan. I'm sorry dad, but your son just turn gay.
Gue menahan tengkuk Bintang dan mendekatkan wajah gue ke wajahnya lantas melumat bibirnya buas.
Terserah orang mau bilang apa, I just can't take it anymore.
"Ethan.." bisik Bintang setelah ciuman panas kita berakhir. Tangannya masih bertahan di dada gue.
Gue menatapnya. Demi apa, gue baru aja nyium laki di depan toilet umum di restoran publik. Ini kalo gue apes dan lagi ada paparazzi disini, gue bisa masuk akun mak lambe detik ini juga. Ya Lord..
"Yes.." bales gue juga sambil berbisik, menyatukan kening gue dengan keningnya.
Bodo deh mau kegep juga, gue seneng banget ini akhirnya kesampean nyium Bintang. Bibirnya kayak candu man, nagih.
"We cannot do this, this is wrong. You are not gay." Ucapnya.
Gue menggelengkan kepala tegas. "Fuck it Bin, I don't care anymore. Gue rela jadi gay kalo itu bisa bikin gue sama elo bersatu."
"But why?"
"'Coz I think I really like you."
---
Published on 27 Jul'19
Eaaaaa... jadi gimana rasanya nembak laki Than? Iri gue sama Bintang sumpah, pengen ditembak juga sama Ethan akutuh (dikeplak langsung gue sama pak suami di rumah, wkwkwk...)
Voments jangan lupa cintahh.. happy weekend yess... 💋
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSED
ChickLitWarning 21+ ETHAN Gue bukan Gay. Gue cowok sejati, tulen, doyan perempuan. Sumpah! Tapi.. setelah sekian tahun puas dengan hubungan satu malam kenapa gue malah suka dan mengharapkan komitmen dari Bintang. Padahal Bintang itu kan laki? BINTANG Aku...