Entahlah, semenjak up nya jadi seminggu sekali chapternya malah jadi diatas 1000 words terus :pCan't we just talk?
I've never felt like this before
I apologize if I'm movin' too far
- Khalid, Talk
[BINTANG]"Chef Bintang, satu Chef Special"
Aku menoleh ke pintu kitchen dan menemukan Arifin, salah seorang waiter sedang berdiri sambil menatapku. Aku mengangguk singkat dengan bingung, jarang banget ada yang minta chef special siang – siang di restoran ini. Aku menggelengkan kepala singkat, memutuskan untuk kembali fokus ke pekerjaanku.
Siang ini aku yang in charge di restoran. Chef Evan memilih shift malam karena lagi ada corporate group besar yang akan dinner di restoran kami. Sengaja split shift sama aku karena siang ini juga ada grup arisan sosialita Bandung yang sudah reserved lunch disini. Aku kebagian shift siang karena pastry adalah bidangku dan para sosialita itu lebih sering ingin dimanjakan dengan dessert yang menggoda lidah setelah mereka selesai lunch. Mestinya sih saat lagi penuh gini kita berdua kerja double shift, tapi berhubung jadwal restoran padat sampai seminggu kedepan maka split shift adalah keputusan terbaik biar kami gak sama – sama tumbang setelah minggu gila ini berakhir.
30 menit kemudian setelah memastikan semua order yang masuk on track, aku memutuskan untuk keluar kitchen sebentar. Aku memang terbiasa untuk menyapa langsung pelanggan yang memesan chef special.
Kuharap Braised short Ribs dan Lemon Meringue Pie yang kusajikan sebagai Chef special siang ini sesuai dengan selera sang tamu.
Aku melirik Arifin dengan menaikan sebelah alisku, Arifin langsung tanggap dan menunjuk meja diujung kanan dekat jendela. Seorang pria tegap sedang duduk membelakangiku. Aku menghampiri meja tersebut dengan percaya diri.
"Selamat siang, saya Chef Bintang. Bagaimana rasa makanan..." kata – kata yang sedang mengalir lancar dari mulutku mendadak terhenti saat aku menyadari wajah siapa yang sedang menatapiku balik.
Holy Crap!
What the hell is he doing here? Modyarr!
"Hai Bin, ketemu lagi. So.. you're a chef now. Entar malem balik praktek lagi?" tanyanya kalem. Pertanyaannya memang sederhana, tapi tatapan tajam yang menyertai pertanyaan itu dan nada suaranya yang dingin mendadak bikin aku berharap ditelan bumi detik ini juga.
"Eum.. Hai.. Oliver"
---
Aku membunyikan bel suite room 101 di depanku dengan gelisah. Masih gak percaya ini terjadi. Mimpi apa aku semalam sampai kepergok Oliver disini?
Demi apa aku setengah mati berusaha fokus menyelesaikan shiftku hari ini. Setelah pertemuan 'sangat-tak-sengaja' dengan Oliver siang tadi, udah bagus gak ada satupun masakanku yang hangus. Untungnya lagi, Oliver stay di resort ini. Sehingga aku bisa menunda penjelasanku. Dan kini dengan sangat terpaksa, sesuai yang aku janjikan, aku menyambangi dia setelah jam kerjaku berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSED
ChickLitWarning 21+ ETHAN Gue bukan Gay. Gue cowok sejati, tulen, doyan perempuan. Sumpah! Tapi.. setelah sekian tahun puas dengan hubungan satu malam kenapa gue malah suka dan mengharapkan komitmen dari Bintang. Padahal Bintang itu kan laki? BINTANG Aku...