Nyaris gak up. Baru kelar banget ngajarin anak gue buat UAS besok dan mulai ngetik chapter ini, untung kelar. Wkwkwk... Ada yang anaknya UAS juga? Semangat ya yang pada turut ngajarin 💪🏻😄Almost, almost is never enough
So close to being in love
If I would have known that you wanted me
The way I wanted you
- Ariana Grande, Almost is never enough
[BINTANG]"Hai Bintang.. ketemu lagi.."
Aku ternganga menatap Ethan yang entah bagaimana ada di depanku saat ini.
Seharusnya aku kesini untuk membantu Linda memanggil Oliver karena pesta ulang tahun anak mereka sudah dimulai tapi Oliver malah berdiam di ruang kerjanya. Tapi ini? Kenapa malah Ethan yang ada disini?
Shit! aku dikerjain.
Aku menggeleng saat menyadari fakta bahwa Oliver dan Ethan juga bersahabat. Jangan – jangan ini emang cuma akal – akalan mereka aja supaya aku terjebak disini sama Ethan.
Sesaat setelah tersadar, reaksi pertamaku adalah melarikan diri dari ruangan ini secepatnya. Karena entah bagaimana berada di ruangan yang sama dengan Ethan nyatanya membuatku sesak. Jadi dengan segera aku berbalik dan setengah berlari menuju pintu keluar hanya untuk menyadari bahwa pintu itu terkunci. Dan ternyata aku butuh password atau finger print untuk keluar.
Damn!
Jantungku bertalu – talu waktu aku mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Shit-shit-shit! Aku nyaris berteriak histeris dan memukul - mukul pintu ruang kerja Oliver, tapi aku tahu kemungkinan ada orang yang mendengar sangat minim karena semua orang pasti sedang berkumpul di taman belakang saat ini. Dan aku ternyata masih cukup rasional untuk tidak melakukan tindakan konyol itu.
Aku mematung dan secara tidak sadar memeluk diriku sendiri saat menyadari nafas Ethan di leherku. Aku bisa merasakan kalau dia berdiri persis di belakangku, tapi dia gak ngapa – ngapain.
Sama sekali.
Apa sih maksudnya ini orang? Minimal ngomong kek. Maka dengan kesal aku berbalik dan menghadapinya. Biar gimana, aku bukan pengecut.
[ETHAN]
Ada begitu banyak hal yang pengen gue omongin sama dia. Begitu banyak pertanyaan dan pernyataan yang berseliweran di sel – sel kelabu otak gue yang kayaknya hari ini kehilangan kemampuannya untuk berpikir. Karena pada kenyataannya, setelah dia beneran ada di depan gue, gue malah mati kutu dan gak bisa ngomong apa – apa. Persis kayak orang bego.
"Kenapa?" teriak Bintang nyolot di depan gue.
Alih – alih membalas, gue malah terperangah di tempat. Astaga! Gak pernah ada seorang perempuan pun yang berani berteriak sama gue, tapi Bintang yang lagi marah – marah gini kenapa begitu seksi?
"Brengsek lo Than. Kalo lo emang gak ada perlu apa – apa sama gue, buka pintunya!" maki Bintang sambil menunjuk pintu.
Gue bergeming. "Nggak akan." Jawab gue kalem.
Dan jawaban gue yang kalem itu tampaknya malah menekan tombol merah tak kasat mata karena detik berikutnya Bintang mulai memukuli dada gue dengan histeris. Sangat-tidak-Bintang-sekali, FYI.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSED
Literatura FemininaWarning 21+ ETHAN Gue bukan Gay. Gue cowok sejati, tulen, doyan perempuan. Sumpah! Tapi.. setelah sekian tahun puas dengan hubungan satu malam kenapa gue malah suka dan mengharapkan komitmen dari Bintang. Padahal Bintang itu kan laki? BINTANG Aku...