Part 20: How could you? (1)

12.5K 1.1K 124
                                    


Part ini gue bagi 2 ya. Eitsss... jangan complaint dulu, gue usahain double up hari ini 😉

Baby, how do you sleep when you lie to me?

All that fear and all that pressure

- Sam Smith, How do you sleep?




[ETHAN]

"Ngapain aja kamu sama Oliver berduaan di kamar kemarin malam?" maki gue kencang saat tiba di ressort sore itu.

Kitchen tampak lengang karena lunch service sudah selesai dan dinner preparation baru akan dimulai beberapa jam lagi. Masih cukup waktu.

Demi apa, gue baru aja terbang lintas benua nyaris seharian penuh demi bisa langsung ketemu Bintang. Gue bahkan masih jet lag. Perbedaan waktu yang teramat jauh dan waktu terbang yang teramat lama bikin badan gue rontok dan fokus gue sedikit terganggu. Tapi gue gak bisa nunggu besok buat ketemu Bintang. Bukan hanya karena gue teramat kangen dia tapi juga karena gue nyaris mati karena cemburu.

Kemarin saat menyadari Bintang dan Oli ada di kamar yang sama, gak tau kenapa gue langsung spaneng. Darah gue mendidih dan gue langsung menyadari amarah mulai menguasai gue.

Sudah terlalu lama gue gak ngerasa cemburu dan saat rasa itu kembali lagi, gue ngerasa siap menghancurkan apa saja yang ada di hadapan gue saat itu juga. Jadi demi kewarasan gue yang mulai terasa samar, gue memutuskan sambungan telpon, mematikan ponsel gue, dan langsung pulang ke Indonesia detik itu juga. Perduli setan dengan pekerjaan gue yang belum selesai di Costa Rica. Ketemu Bintang lebih penting buat gue.

Biarpun Oliver sahabat gue, sudah menikah dan punya 3 anak yang teramat menggemaskan, tapi dia mantan player dan mantan penjahat kelamin. Siapa yang tahu apa yang bisa dia lakukan sama Bintang di dalam kamar. Setahu gue juga Oliver bukan gay dan belum pernah naksir cowok. Tapi kalo cowoknya seimut Bintang, kali aja kan dia khilaf.

Gue gila? Emang. Gue gila karena Bintang. Gue terobsesi sama dia.

Bintang membatu di depan gue dengan mata yang melirik liar ke sekeliling gue. Gue baru sadar kalo gue teriak – teriak kayak orang gila di depan semua karyawan gue di kitchen. Chef Evan bahkan terang – terangan menganga di samping Bintang.

Gue menggeram kesal, lagi – lagi gue loose control. Gue menarik lengan Bintang kencang dan memaksanya mengikuti gue sambil berteriak sambil lalu ke Evan. "Gue pinjem Bintang bentar."


[BINTANG]

Aku mengikuti langkah Ethan yang panjang – panjang dengan terseok – seok. Ethan itu tingginya hampir 2 meter, sementara aku walaupun termasuk tinggi tapi tinggi ku cuman 175cm. Tetep kalah dari Ethan dan aku harus berusaha keras biar bisa mengimbangi langkahnya tanpa terjatuh.

Aku tahu Ethan marah, setelah semua yang Oliver ceritakan semalam aku paham kenapa dia semarah ini. Hell! Aku menelan ludah. Mendadak senewen ngabayangin gimana cara nyampein ke Ethan kalau Aku ini sebenarnya perempuan. Oliver sudah memperingatiku semalam, Ethan benci dibohongi.

Flashback on

"Apa Ethan pernah cerita kalo dia punya 5 nyokap?"

Aku mengangguk di hadapan Oliver, belum sepenuhnya mengerti kemana pembicaraan ini berujung. Mata Oliver menatap TV di hadapan kita walau aku yakin sepenuhnya pikirannya tidak disitu. Oliver menghela nafas.

OBSESSEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang