Part 3: Undercover at stake

16K 1.3K 20
                                    


My early chapters will mostly be short, bear with me okay



This is an emergency, so are you listening?

And I can't pretend that I don't see this

- Emergency, Paramore





[BINTANG]

Bintang menendang ban Mini Cooper nya dengan sebal. Masa iya mobil segini mahal bisa mogok juga? Astagaaa! Dengan kesal ia melirik Cartier nya sambil membuat self-note untuk tidak menggunakan jam tangan yang sama besok. Jam ini terlalu perempuan. Untung rekan – rekannya di kitchen terlalu sibuk sehingga tidak sempat memperhatikan hal itu. Hari ini ada 3 corporate group yang full board meeting di resort sehingga mereka sibuk setengah mati dengan coffee break dan lunch. Untung Bintang masih penyesuaian sehingga tidak harus tinggal sampai dinner. Sudah jam setengah tujuh, dia sudah janji sama Rania akan datang tepat waktu. Sial! Gak mungkin banget dia nyampe ke Dago dari Setiabudi segitu cepat. Tidak di malam minggu seperti ini.

Pasrah dengan kondisi, Bintang akhirnya menelpon bengkel resmi Mini nya dan menunggu mereka datang. Sambil menunggu dia menoleh ke kiri dan ke kanan jalan sambil menarik nafas panjang. Berdoa semoga mobil dereknya gak lama.

Lamunan Bintang terputus saat sebuah Porsche Chayenne hitam berhenti di depannya sambil menurunkan kaca penumpang.

"Hei.." sapa si pengemudi.

Setengah kaget Bintang mendapati kalau pengemudinya adalah pria yang sama yang 2 kali dipergokinya sedang bermesraan hari ini.

"Mobil loe kenapa broe? Sorry, Bintang kan?" sapanya ramah.

Bintang terhenyak kaget. Darimana pria ini tahu namanya?

"Gue Ethan. Ethan Marra." Sambung pria itu lagi seolah sadar kalau Bintang belum mengenalnya. Di tempatnya berdiri Bintang sudah terkesiap. Ethan Marra? Damn! He is the resort owner?

"Eh..Hai.." jawab Bintang mendadak gugup. Seharian ini kitchen sangat sibuk sehingga Chef Evan belum sempat mengenalkannya dengan sang owner yang kebetulan sedang berada di Bandung. Siapa sangka mereka malah ketemu duluan, beberapa kali malah.

"Mobil loe kenapa?" tanya Ethan lagi. "Eh bentar gue minggir dulu deh." ucapnya sambil memundurkan mobil dan memarkirkan mobilnya dibelakang mobil Bintang tepat saat mobil derek yang ditelpon Bintang datang.

Bintang mengurusi mobilnya sejenak sambil berjanji akan mengambil mobil itu besok di bengkel. Sesaat setelah mobil derek bengkel resminya pergi, dia baru menyadari kalau Ethan masih ada di situ. Sedang bersandar di kap mesin Porche nya sambil merayu wanita manalah itu di telepon. Bintang gak bisa menahan untuk mendengus. Tampaknya bosnya ini modelan Don Juan atau bahkan penjahat kelamin.

"Udah?" tanya Ethan sambil menutup sambungan telponnya. Bintang hanya mengangguk.

"Rumah loe dimana?"

"Saya lagi mau ke Dago" jawab Bintang mengalihkan jawaban sesungguhnya.

"Well, kebetulan kita searah. Gue lagi janjian sama temen gue di daerah Dago juga. Naik kuy.."

"Hah?"

"Naik, sekalian elo gue drop, selewatan ini."

"Tapi nanti Bapak repot.."

"Alah, ribet loe kayak cewek." potong Ethan. "Buru Bin.."

Bintang terperangah, bosnya ini, si Ethan Marra ini, benar – benar pribadi yang santai. Dia bahkan memperlakukan Bintang seolah mereka ini teman lama, padahal kenalan resmi juga baru ini. Dengan canggung dia naik ke dalam mobil Ethan.


Mereka berkendara dengan tenang. Setiabudi macet gila – gilaan seperti normalnya malam minggu. Bintang sudah pasrah. Ponselnya sudah bergetar tanpa henti dari tadi, nama Rania berpendar – pendar di layar. Dengan lemas Bintang mengubah settingannya jadi flight mode. Meredakan debar jantungnya mengingat ia akan bertemu Putra beberapa saat lagi.

"Mau kan Bin?"

"Eh.. iya Pak.."  iya apaan sih?

"Sipp deh.." balas Ethan senang. "Nanti gue yang minta izin sama Evan. Wah.. nyokap gue pasti seneng banget."

"Sori.. gimana Pak?"

"Ck.. loe dari tadi manggil gue bapak mulu. Santai broe, gue gak segila hormat itu. Kalo diluar hotel, panggil gue Ethan aja."

"No, maksud saya, bisa diulang pertanyaan kamu?" sahut Bintang akhirnya. Menolak untuk langsung panggil nama, biar gimana pria di depannya ini bosnya.

"Loe tadi udah bilang iya lho Bin. Elo udah oke mau Chef Special di rumah gue minggu depan pas ultah nyokap. Dia doyan banget apapun yang berbahan dasar pandan, dan kue pandan loe siang tadi tuh juara banget."

Bintang terbelalak, dia bahkan gak tau kalo udah bilang oke ke Ethan tadi. Pasti dia lagi melamun pas Ethan nanya. Sial!

"Dimana tadi loe bilang rumahnya?" tanya Ethan. Tanpa terasa mereka sudah masuk kawasan dago atas.

"Jalan Catelya nomor 2" jawab Bintang lemas, masih setengah melamun.

Gak disangka mobil langsung berhenti mendadak dengan wajah Ethan yang menatapnya penasaran.

"Elo apanya Rania?"

Oh Sweet Lord, apa lagi ini?? Masa Ethan kenal sama Rania? Bisa kebongkar dong samaran gue? Mampus!


---

Yang nungguin River, sabar yess.. kayak gue pernah bilang, gue ini nulisnya base on mood. Dan entah kenapa saat ini mood nya lagi di Ethan. Jadi yaa... bersabar sajahh.. gue akan nulis pararel 2 cerita ini sekaligus kok, tenang aja.

Semoga gue gak salah ketik nama, Ethan jadi River dan sebaliknya. Wkwkwk...

OBSESSEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang